Pengakuan Bekas Anggota NII: Syarat Mutlak Rekrut Teroris bukan Anak TNI/Polri
Kamis, 14 April 2016 12:57 WIB
Anggota Brimob bersenjata lengkap menggiring salah satu dari dua tersangka teroris menuju mobil saat dipindahkan di Markas Detasemen B Brimob Ampeldento, Malang, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Tanjungpinang (ANTARA News) - Teroris tidak akan berhenti mengembangkan
radikalisme dan semakin intensif mengincar mahasiswa sebagai
"pengantin", kata bekas anggota Negara Islam Indonesia, Sarwani, di
Tanjungpinang, Kamis.
"Sasaran (teroris), para generasi muda. Hebatnya, pengikut mereka adalah sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal di Indonesia," ungkap dia dalam dialog pencegahan radikalisme yang diselenggarakan Forum Komunikasi Penanggulangan Teroris Kepulauan Riau.
Sarwani yang berbicara selama sekitar 30 menit membuat para peserta dialog terperangah, apalagi fakta menunjukkan dari 19 aksi bom bunuh diri di Indonesia, pelakunya diketahui sebagai pelajar, mahasiswa dan pemuda.
"Usianya di antara 19-30 tahun. Ini menyedihkan," kata dia.
Menurut dia para pemuda mulai direkrut sejak 2011, dan sekarang makin gencar dan bertahap. Prosesnya adalah pendekatan emosional berupa diskusi, perekrutan, doktrin, janji setia dan pelatihan di berbagai negara seperti Filipina, Suriah dan Afghanistan.
Kemudian, kata Sarwani, mereka dipulangkan ke Indonesia. Mereka kemudian dibina dengan target memperjuangkan dengan radikal syariat Islam menjadi ideologi Indonesia.
"Tugas orang-orang baru yang direkrut antara lain menggalang dana, dengan berbagai cara, seperti mencuri dan merampok," kata dia.
Menurut kelompok radikal ini, sambung Sarwani, orang-orang yang tidak masuk organisasi mereka, termasuk aparat pemerintah, TNI dan Polri, dianggap murtad.
"Syarat mutlak untuk merekrut adalah orang-orang yang direkrut (adalah) bukan anak anggota polisi dan TNI," ujar Sarwani.
Dia mengatakan Negara Islam Indonesia (NII) terus berkembang dan memiliki perwakilan di-33 provinsi, bahka di Kepri sejumlah santri menjadi pengikutnya.
Santri itu dapat dipastikan sudah lama terindoktrinasi dengan pemahaman yang salah. Bila sudah didoktrin, pengikut NII siap menjadi "pengantin" (pelaku bom bunuh diri).
Sarwani memaparkan, doktrin yang lazim disampaikan adalah bila melakukan bom bunuh diri, maka langsung masuk surga, dan di surga sudah menunggu 72 bidadari.
Orang-orang yang direkrut, kata Sarwani, akan selalu siap melaksanakan perintah pimpinan dan mereka siap mati.
"Sasaran (teroris), para generasi muda. Hebatnya, pengikut mereka adalah sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal di Indonesia," ungkap dia dalam dialog pencegahan radikalisme yang diselenggarakan Forum Komunikasi Penanggulangan Teroris Kepulauan Riau.
Sarwani yang berbicara selama sekitar 30 menit membuat para peserta dialog terperangah, apalagi fakta menunjukkan dari 19 aksi bom bunuh diri di Indonesia, pelakunya diketahui sebagai pelajar, mahasiswa dan pemuda.
"Usianya di antara 19-30 tahun. Ini menyedihkan," kata dia.
Menurut dia para pemuda mulai direkrut sejak 2011, dan sekarang makin gencar dan bertahap. Prosesnya adalah pendekatan emosional berupa diskusi, perekrutan, doktrin, janji setia dan pelatihan di berbagai negara seperti Filipina, Suriah dan Afghanistan.
Kemudian, kata Sarwani, mereka dipulangkan ke Indonesia. Mereka kemudian dibina dengan target memperjuangkan dengan radikal syariat Islam menjadi ideologi Indonesia.
"Tugas orang-orang baru yang direkrut antara lain menggalang dana, dengan berbagai cara, seperti mencuri dan merampok," kata dia.
Menurut kelompok radikal ini, sambung Sarwani, orang-orang yang tidak masuk organisasi mereka, termasuk aparat pemerintah, TNI dan Polri, dianggap murtad.
"Syarat mutlak untuk merekrut adalah orang-orang yang direkrut (adalah) bukan anak anggota polisi dan TNI," ujar Sarwani.
Dia mengatakan Negara Islam Indonesia (NII) terus berkembang dan memiliki perwakilan di-33 provinsi, bahka di Kepri sejumlah santri menjadi pengikutnya.
Santri itu dapat dipastikan sudah lama terindoktrinasi dengan pemahaman yang salah. Bila sudah didoktrin, pengikut NII siap menjadi "pengantin" (pelaku bom bunuh diri).
Sarwani memaparkan, doktrin yang lazim disampaikan adalah bila melakukan bom bunuh diri, maka langsung masuk surga, dan di surga sudah menunggu 72 bidadari.
Orang-orang yang direkrut, kata Sarwani, akan selalu siap melaksanakan perintah pimpinan dan mereka siap mati.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Aktivitas Presiden Joko Widodo jelang pensiun, napak tilas ke mantan sekolah
12 October 2024 13:28 WIB
Usai penghapusan aset, Pasar Babe Kudus segera dibangun dengan anggaran Rp1,5 miliar
30 August 2024 10:39 WIB
PLN sediakan mesin penampung botol plastik dan baju bekas di lingkungan kantor
27 June 2024 13:27 WIB
Terpopuler - Hukum dan Kriminal
Lihat Juga
"Garis Bawahi Ya Hanya kamaludin yang Minta Uang,Patrialis tidak Pernah," kata Basuki
01 February 2017 18:16 WIB, 2017
Pengacara Minta Penyidik Menyelidiki Laporan agar Membongkar Kasus Rekayasa Antasari
01 February 2017 16:25 WIB, 2017