Logo Header Antaranews Jateng

Menggapai ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan bekas rob

Sabtu, 4 Januari 2025 20:20 WIB
Image Print
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan Lili Sulistyawati (kiri) bersama Komandan Kodim 0710/Pekalongan Letkol Rizky Aditya (kanan) saat acara panen padi bersama di bekas lahan rob di Pekalongan, belum lama ini. (ANTARA/Kutnadi)

Pekalongan (ANTARA) - "Tidak ada rotan akar pun jadi," merupakan ungkapan yang sekarang menjadi tren bagi Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, dalam upaya meningkatkan produksi pangan menuju swasembada.

Lahan pertanian yang terbatas dan lahan luas bekas rob yang menjadi kendala di Pekalangon kemudian menjadi lahan kerja sama berbagai pihak berkat semangat tren tersebut.

Berdasarkan data yang tercatat pada Dinas Pertanian dan Pangan (Dinperpa) Kota Pekalongan pada 2022, luas lahan pertanian di wilayah itu mencapai 832 hektare yang tersebar di empat kecamatan.

Dari 832 hektare itu, lahan pertanian paling luas berada di Kecamatan Pekalongan Selatan dengan  414 hektare, yang tersebar di Kelurahan Sokoduwet seluas 140 ha, Kuripan Yosorejo 109 ha, Kuripan Kertoharjo 90 ha, Banyurip 66 hektare, dan Buaran sembilan  hektare.

Kemudian di urutan kedua yakni Kecamatan Pekalongan Timur 264 hektare dengan rincian Kelurahan Kalibaros 102 ha, Gamer 81 ha, Setono 67 ha, dan Klego 14 ha.

Namun lahan pertanian di Kelurahan Klego sudah tidak dapat lagi ditanami padi karena terdampak banjir dan rob.

Adapun luas lahan pertanian di Kecamatan Utara 86 hektare yang terdiri atas 36 hektare berada di Kelurahan Degayu dan Krapyak seluas 50 hektare. Kondisi yang sama dialami oleh kedua wilayah itu karena memiliki kadar garam tinggi akibat tergenang banjir dan rob.

Selanjutnya lahan pertanian seluas 68 hektare yang berada di Kecamatan Barat. Dari seluas 68 hektare itu, sebesar 62 hektare di antaranya sudah tergenang dan kondisi air yang mulai asin, serta beralih fungsi.

Cakupan luasan lahan pertanian di kota kecil ini terus berkurang yang pada tahun 2024 masih menyisakan 723,45 hektare, tersebar di empat wilayah kecamatan, yaitu Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan, Timur, dan Pekalongan Selatan.

Banjir dan rob memang masih menjadi problematika di Kota Pekalongan ketika musim hujan dan gelombang pasang air laut yang menyebabkan lahan pertanian sulit untuk ditanam padi.

Luasan lahan pertanian pada 2024 di wilayah itu diperkirakan akan makin menyempit dengan adanya beberapa lahan yang sudah beralih fungsi dan faktor lainnya.

Untuk menyelamatkan lahan yang terdampak banjir dan rob, Pemerintah Kota Pekalongan berupaya melakukan inovasi dan kerja sama dengan pihak lain agar lahan yang semula sudah tidak bisa ditanami padi dapat berfungsi lagi dengan model tanam benih langsung.

Pada tahap awal, pada 2024 Pemkot Kota Pekalongan bersama Kodim 0710 Pekalongan, dan Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk Bogor  melakukan uji coba penanaman padi jenis biosalin di lahan seluas lima  hektare di lahan terdampak banjir dan rob.

Lahan terdampak rob yang dibiarkan hingga tumbuh rerumputan liar selama delapan tahun itu berada di Kelurahan Krapyak Kecamatan Pekalongan Utara.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan Lili Sulistyawati menyebutkan lahan baku sawah pada 2024 masih menyisakan seluas 723,45 hektare.

Meski dengan lahan terbatas namun hal ini tidak mengurungkan semangat Pemkot Pekalongan untuk bisa berdaya saing seperti kabupaten/kota lain dalam mendukung swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional.

Sejak adanya program penanggulangan banjir dan rob di daerah ini terdapat 95 hektare lahan terdampak rob yang sudah mengering ditargetkan menjadi lahan sawah. Namun, upaya mencapai target itu, akan dilakukan secara bertahap.

Kegiatan pembukaan lahan pertanian di bekas lahan terdampak rob ini terlaksana atas kerja sama Pemkot Pekalongan bersama BBPSI Biogen Bogor.

Pada awalnya, pembukaan lahan demonstration pilot (demplot) ini seluas lima hektare. Namun, ternyata lahan eks rob ini pada saat musim kemarau sangat ekstrem dengan kandungan kadar Total Dissolved Solids (TDS) yang sangat tinggi yang mencapai 8.643 TDS dan salinitas tinggi.

"Dengan kondisi lahan seperti itu, maka membutuhkan perlakuan khusus," kata Lili Sulistyawati.

Pembukaan lahan sawah seluas lima  hektare itu juga tidak serta merta sukses dilakukan oleh Pemkot Pekalongan karena adanya keterbatasan anggaran dan sarana dan prasarana, serta kondisi yang ekstrem.

Sebagai langkah awal menuju ketahanan pangan dan swasembada pangan ini, Pemkot Pekalongan hanya bisa melaksanakan demplot seluas 1,2 hektare di area lahan sawah Kelompok Tani Harapan Jaya Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara.

Pelaksanaan dimulai dari  Juni hingga November 2024 yang dimulai dengan pembukaan lahan dan penyemprotan pestisida dengan menggunakan drone.

Berdasarkan hasil ubinan dari BPS untuk padi Biosalin 1 dengan kadar salinitas 7 Part Per Million (PPM), produktivitas padi bisa mencapai 7,1 ton per hektare dengan jangka waktu panen sekitar 94 hari.

Pada awalnya, pemkot merencanakan penanaman padi di lahan terdampak rob seluas 5 hektare. Namun kondisi lahan yang kering pada saat kemarau esktrem tidak memungkinkan untuk melakukan hal itu.

Namun, upaya untuk menggapai ketahanan pangan dan swasembada pangan terus digerakkan dengan membuka lahan sawah yang banyak ditumbuhi rerumputan liar dengan menggunakan traktor dan penyemprotan sebagai tahap awal mengolah lahan.

Demikian pula Pemkot dan Kodim 0710/Pekalongan melakukan normalisasi saluran pertanian yang tersendat agar air bisa mengalir lancar. Dengan kondisi lahan sawah yang masih membutuhkan banyak perhatian tidak bisa sekaligus dilakukan oleh Pemkot Pekalongan.

Dari target awal mengolah lahan pertanian terdampak rob seluas 5 ha di Kelurahan Krapyak ini hanya bisa dilakukan oleh Pemkot Pekalongan seluas 1,2 ha.

Salah satu permasalahan lahan sawah payau di pesisir pantai ini adalah kondisi salinitas yang tinggi, baik salinitas sumber airnya maupun tanah hasil dari intrusi air laut. Dampaknya, jika ditanam akan terjadi keracunan ion, dimana jumlah anakan berkurang dan menyebabkan produktivitas padi juga turun.

Karena itu, lahan dengan kondisi seperti itu perlu diupayakan mendapatkan padi dengan varietas unggul baru yang tahan terhadap salinitas tinggi yaitu menggunakan padi biosalin.

Varietas padi biosalin tersebut, selain di Kota Pekalongan juga sudah diujicobakan di daerah lain dengan kondisi tektur tanah di daerah lain seperti Provinsi Banten dan beberapa wilayah di pantura mulai dari Bekasi dan Merauke.

Tentunya, dengan kondisi curah hujan yang tinggi seperti sekarang ini diharapkan produksi hasil panen padi akan semakin tinggi dan bagus sehingga bisa menjaga ketahanan pangan sekaligus membantu swasembada pangan nasional.

Komandan Kodim 0710/Pekalongan Letkol Infantri Rizky Aditya berharap dengan adanya penanaman padi di lahan bekas rob seperti di Celumprit, Bendungan, dan Degayu ada keinginan para petani menggarap lahan.

Namun demikian, sebelumnya lahan bekas rob yang akan ditanami padi akan dicek kondisinya apakah layak bisa ditanam atau tidak, terkait dengan sumber air dan salinitasnya.

"Jadi, tidak serta merta lahan sawah terdampak rob itu bisa ditanam padi. Akan tetapi perlu dicek kondisi lahan sawah itu," katanya.


Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya Kota Pekalongan Moh Besar mengaku setelah lahan sawahnya terendam rob selama delapan tahun sulit untuk ditanam padi karena kandungan air asin yang tinggi sehingga pertumbuhan tanaman padi terganggu dan mengalami gagal panen.

Meski mengalami gagal panen, para petani berupaya mengulangi mengolah lahan pertanian itu dengan harapan bisa mendapatkan panen yang bagus. Kendati demikian semangat para petani pun akhirnya menyerah dengan keadaan yang ada karena tanaman padi yang ditanam gagal panen lagi.

Namun, dengan adanya kerja sama serta pendampingan dari Pemkot Pekalongan dan Kodim 0710 Pekalongan, para petani untuk menanam padi jenis varietas biosalin di lahan bekas rob tumbuh kembali.

Setelah pembukaan lahan sawah di bekas rob ini oleh Pemkot Pekalongan dan Kodim memberikan semangat lagi bagi para petani menanam dan mengelola lahan pertanian tersebut agar bisa lebih produktif lagi.

Pada hasil uji coba tanam padi pada November 2024, para petani bisa menikmati hasil panen mencapai sekitar tujuh  ton per hektare.

Setidaknya dengan dibukanya uji coba penanaman padi di lahan sawah bekas terdampak rob ini akan membuka secercah harapan para petani setempat menikmati hasil panen padi dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka dan bisa menjaga ketahanan pangan di daerah itu.

Hasil panen pada November itu juga memperlihatkan bahwa kerja sama berbagai pihak di Pekalongan bisa mengatasi berbagai hambatan alam dalam menjaga ketahanan pangan.

Tak ada lahan subur untuk ditanami, bekas rob pun ternyata bisa digarap secara bersama.



Baca juga: Pemkot Pekalongan hentikan rekrutmen tenaga honorer baru


Editor: Heru Suyitno
COPYRIGHT © ANTARA 2025