Dewi Lestari: Menulis Novel Ibarat Lari Marathon yang Membutuhkan Nafas Panjang
Sabtu, 7 Mei 2016 15:28 WIB
Dewi Lestari saat "15 Tahun Supernova: Bintang Jatuh Hingga Embun Pagi", di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (28/2/2016). (www.antaranews.com/Nanien Yuniar)
Jakarta, Antara Jateng - Sebagian dari penyuka karya penulis Dewi Lestari Simangunsong (atau Dee) mungkin tahu bahwa buku Filosofi Kopi itu kumpulan 18 cerita pendek dan prosa tulisan Dee. Namun, bagi Dee karya itu tak lain bentuk strateginya rehat dari menulis novel.
"Ketika saya tidak punya cukup nafas untuk menulis novel, saya mulai berkarya pendek. Itu strategi," kata dia di sela penyelenggaraan ASEAN Literary Festival 2016 di Jakarta, Sabtu. Sembari tersenyum, dia berkisah Filosofi Kopi dibuat saat dia hamil anak pertama. Saat itu dia mengaku belum menemukan ritme untuk menulis novel.
"Kalau saya buat kumpulan cerpen, hati-hati. Karena kemungkinan saya sedang hamil. Kenapa buat Filosofi Kopi? Waktu itu saya baru punya anak pertama. Saya belum menemukan ritme menulis novel," tutur penulis Supernova itu.
Bagi Dee, menulis novel ibarat lari marathon yang membutuhkan nafas panjang.
"Kalau menulis novel itu ibarat marathon, membutuhkan nafas sangat panjang. Sebelumnya saya masih single, lalu terbut tiga buku berturut-turut. Ketika mempunya anak, dunia saya berubah," kata dia.
Dee berbagi, Filosofi Kopi bagian dari adaptasi dirinya. Semula dia selalu menulis di malam hari, namun setelah memiliki anak dirinya mulai berteman dengan "hantu siang hari".
"Saya mulai berteman dengan "hantu siang hari", saya mulai membiasakan diri menulis di siang hari. Filosofi Kopi itu bagian dari adaptasi saya. Bentuknya cerita pendek," kata dia.
"Ketika saya tidak punya cukup nafas untuk menulis novel, saya mulai berkarya pendek. Itu strategi," kata dia di sela penyelenggaraan ASEAN Literary Festival 2016 di Jakarta, Sabtu. Sembari tersenyum, dia berkisah Filosofi Kopi dibuat saat dia hamil anak pertama. Saat itu dia mengaku belum menemukan ritme untuk menulis novel.
"Kalau saya buat kumpulan cerpen, hati-hati. Karena kemungkinan saya sedang hamil. Kenapa buat Filosofi Kopi? Waktu itu saya baru punya anak pertama. Saya belum menemukan ritme menulis novel," tutur penulis Supernova itu.
Bagi Dee, menulis novel ibarat lari marathon yang membutuhkan nafas panjang.
"Kalau menulis novel itu ibarat marathon, membutuhkan nafas sangat panjang. Sebelumnya saya masih single, lalu terbut tiga buku berturut-turut. Ketika mempunya anak, dunia saya berubah," kata dia.
Dee berbagi, Filosofi Kopi bagian dari adaptasi dirinya. Semula dia selalu menulis di malam hari, namun setelah memiliki anak dirinya mulai berteman dengan "hantu siang hari".
"Saya mulai berteman dengan "hantu siang hari", saya mulai membiasakan diri menulis di siang hari. Filosofi Kopi itu bagian dari adaptasi saya. Bentuknya cerita pendek," kata dia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Pekalongan memfasilitasi pembentukan kelompok pekarangan pangan lestari
08 March 2023 22:33 WIB, 2023
Lestari Moerdijat ajak mahasiswa di Purwokerto perkuat Empat Pilar Kebangsaan
08 December 2022 18:20 WIB, 2022
Warga Manyaran Semarang korban bis maut dimakamkan di TPU Sasono Loyo
04 December 2022 20:39 WIB, 2022
UMKM binaan Sahabat Lestari dan INAmikro ditawari modal dari Bank Raya
24 March 2022 16:38 WIB, 2022
Terpopuler - Musik, Film, dan TV
Lihat Juga
Mudji Massaid tak mau Komentar soal Kasus Reza Artamevia Terkait Narkoba
30 August 2016 15:32 WIB, 2016