Ungaran, Antara Jateng - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberikan dampak langsung terhadap meningkatnya omzet usaha konveksi di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

"Ketika nilai tukar dolar turun saya mampu meraih omzet mencapai Rp75 juta per bulan dibanding ketika dolar naik yaitu rata-rata Rp50 juta per bulan," kata Adi, pemilik usaha konveksi di Ungaran, Jumat.

Dia mengatakan harga kain impor yang dibeli di pabrik berpatokan pada nilai kurs dolar, sehingga jika nilai dolar turun cukup memberikan keuntungan.

"Selain usaha konveksi saya juga menjual kain kepada para pedagang dan pengusaha konveksi industri rumah tangga lain di Ungaran agar bisnis saya semakin berkembang," katanya.

Dia mengatakan usaha konveksinya memproduksi pakaian komplit mulai dari topi sampai celana dan mampu melayani hingga seribu pesanan dalam setiap bulan.

Harga setiap satuan produk, lanjutnya, dijual mulai dari topi Rp12-Rp35 ribu, kaos Rp55-Rp95 ribu, baju Rp55-95 ribu, celana pendek Rp35-Rp60 ribu, celana panjang berbahan dril Rp60 ribu, celana olahraga Rp45-65 ribu, satu setel pakaian berbahan dril Rp75-Rp95 ribu, satu setel berbahan katun Rp120-Rp150 ribu dan berbahan spandek Rp150-Rp225 ribu.

"Kalau permintaan meningkat, saya juga bekerja sama dengan pengusaha konveksi lainnya dalam hal pengerjaan agar target pemesanan bisa selesai tepat waktu," katanya.

Dia mengatakan membidik perkantoran dan sekolahan sebagai target usahanya, di samping memasarkan hingga luar daerah seperti Bali, Jakarta, bahkan hingga Kalimantan.

Sementara itu, Joko Sriyanto (50) pemilik Untung Sport Collection di Ungaran mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh berarti terhadap usahanya.

"Saya membeli bahan kain lokal dan harganya relatif stabil. Selain itu kualitasnya tidak kalah bersaing dengan kualitas impor," katanya.