116 Grup Kesenian Rakyat Kirab Ruwat-Rawat Borobudur
Rabu, 1 Juni 2016 19:36 WIB
Sejumlah warga mengenakan pakaian adat Jawa berdiri di pelataran Candi Borobudur dalam rangka kirab budaya puncak Ruwat-Rawat Borobudur 2016 di Magelang, Kamis (2/6) sore. (Hari Atmoko/dokumen).
Borobudur, Antara Jateng - Sebanyak 116 grup kesenian rakyat dari berbagai desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ikut kirab budaya puncak kegiatan Ruwat-Rawat Borobudur sebagai wujud komitmen bersama masyarakat untuk ikut serta melestarikan warisan budaya dunia tersebut, Kamis sore.
Mereka yang mengenakan pakaian berbagai tarian tradisional itu, melakukan kirab dengan berjalan kaki dari areal parkir kendaraan wisata Taman Wisata Candi Borobudur menuju pelataran Zona I Candi Borobudur.
Berbagai tetabuhan tarian mereka bunyikan sepanjang jalur kirab yang masuk melalui Pintu VII TWCB. Sebelumnya, sejumlah grup kesenian melakukan pementasan di areal parkir TWCB dengan disaksikan masyarakat dan para wisatawan candi yang dibangun sekitar abad VIII masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Para pelaku kirab budaya, antara lain rombongan kesenian tarian Soreng, Kuda Lumping, Jatilan, Kubro Siswo, Topeng Ireng, Lengger, dan pemain sendratari Kidung Karmawibangga, serta Pitutur Laras Madya. Mereka juga mengusung gunungan cukup besar berisi aneka hasil pertanian di daerah itu.
Sejumlah orang yang mengenakan pakaian adat Jawa kemudian memimpin berjalan paling depan mengelilingi Candi Borobudur sambil membawa sapu, sebagai lambang menyingkirkan kotoran yang menempel di batuan bangunan tersebut.
Penanggung Jawab Ruwat-Rawat Borobudur 2016 yang juga Ketua Komunitas Warung Info Jagat Cleguk Borobudur Sucoro mengatakan rangkaian kegiatan seni budaya pada tahun ke-13 tersebut berlangsung sejak 18 April hingga 1 Juni 2016.
"Kegiatan ini untuk mendukung pengembangan destinasi wisata Candi Borobudur dengan kawasannya yang berbasis tradisi budaya. Butuh sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pengelola kepariwisataan Candi Borobudur," ujarnya.
Ia menjelaskan tentang makna ruwatan yang sebagai upaya memperkuat kesadaran diri setiap pihak untuk melestarikan Candi Borobudur.
Ia menyebut kegiatan tahunan Ruwat-Rawat Borobudur selalu mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas.
Peserta kirab juga datang dari sejumlah grup kesenian dari Kabupaten Temanggung, Boyolali, Wonosobo, dan Yogyakarta.
Bupati Magelang Zaenal Arifin dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Bidang Kesenian dan Nilai-Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Magelang Achmad Husein menyampaikan apreasi atas kegiatan seni budaya tersebut, terutama karena bermanfaat bagi pelestarian budaya kawasan Candi Borobudur.
"Candi Borobudur warisan budaya adiluhung dengan nuansa budaya yang masih hidup dan terpelihara dengan baik. Kita ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan agar tidak punah oleh modernisasi," katanya.
Mereka yang mengenakan pakaian berbagai tarian tradisional itu, melakukan kirab dengan berjalan kaki dari areal parkir kendaraan wisata Taman Wisata Candi Borobudur menuju pelataran Zona I Candi Borobudur.
Berbagai tetabuhan tarian mereka bunyikan sepanjang jalur kirab yang masuk melalui Pintu VII TWCB. Sebelumnya, sejumlah grup kesenian melakukan pementasan di areal parkir TWCB dengan disaksikan masyarakat dan para wisatawan candi yang dibangun sekitar abad VIII masa pemerintahan Dinasti Syailendra itu.
Para pelaku kirab budaya, antara lain rombongan kesenian tarian Soreng, Kuda Lumping, Jatilan, Kubro Siswo, Topeng Ireng, Lengger, dan pemain sendratari Kidung Karmawibangga, serta Pitutur Laras Madya. Mereka juga mengusung gunungan cukup besar berisi aneka hasil pertanian di daerah itu.
Sejumlah orang yang mengenakan pakaian adat Jawa kemudian memimpin berjalan paling depan mengelilingi Candi Borobudur sambil membawa sapu, sebagai lambang menyingkirkan kotoran yang menempel di batuan bangunan tersebut.
Penanggung Jawab Ruwat-Rawat Borobudur 2016 yang juga Ketua Komunitas Warung Info Jagat Cleguk Borobudur Sucoro mengatakan rangkaian kegiatan seni budaya pada tahun ke-13 tersebut berlangsung sejak 18 April hingga 1 Juni 2016.
"Kegiatan ini untuk mendukung pengembangan destinasi wisata Candi Borobudur dengan kawasannya yang berbasis tradisi budaya. Butuh sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pengelola kepariwisataan Candi Borobudur," ujarnya.
Ia menjelaskan tentang makna ruwatan yang sebagai upaya memperkuat kesadaran diri setiap pihak untuk melestarikan Candi Borobudur.
Ia menyebut kegiatan tahunan Ruwat-Rawat Borobudur selalu mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas.
Peserta kirab juga datang dari sejumlah grup kesenian dari Kabupaten Temanggung, Boyolali, Wonosobo, dan Yogyakarta.
Bupati Magelang Zaenal Arifin dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Bidang Kesenian dan Nilai-Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Magelang Achmad Husein menyampaikan apreasi atas kegiatan seni budaya tersebut, terutama karena bermanfaat bagi pelestarian budaya kawasan Candi Borobudur.
"Candi Borobudur warisan budaya adiluhung dengan nuansa budaya yang masih hidup dan terpelihara dengan baik. Kita ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan agar tidak punah oleh modernisasi," katanya.
Pewarta : M Hari Atmoko
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Khong Guan Grup luncurkan "Sejuta Bola Superco Untuk Indonesia" tahun ketiga
11 November 2024 13:29 WIB
Berikut jadwal lengkap timnas Indonesia U-19 di babak grup Piala AFF U-19 2024
08 July 2024 8:20 WIB
Terpopuler - Alfamart
Lihat Juga
Perayaan Tahun Baru, Pengunjung Objek Wisata Tawangmangu Pesta Kembang Api
01 January 2017 8:32 WIB, 2017
Sambut Tahun Baru, Boyolali Gelar Pertunjukan di 22 Titik Termasuk Godbless
29 December 2016 13:55 WIB, 2016