Sekutu Utama Merkel Nyatakan London Mestinya Dibolehkan Pikir Ulang Brexit
Senin, 27 Juni 2016 8:59 WIB
Seorang imigran mengambil foto 'selfie' bersama Kanselir Jerman, Angela Merke, di depan kamp pengungsian dekat Kantor Federal untuk Imigrasi dan Pengungsi setelah pendaftaran di distrik Spandau, Berlin, Jerman, Kamis (10/9). Jerman di dalam kerangka
Berlin, Antara Jateng - Kepala staf Kanselir Jerman, Angela Merkel, menyatakan, politisi di London seharusnya diberi kesempatan memikirkan lagi dampak memisahkan diri dari Uni Eropa.
"Politisi di London memiliki kemungkinan mempertimbangkan kembali dampak keluar dari Uni Eropa," kata koran jaringan RND, Minggu, mengutip pernyataan Peter Altmaier, kepala staf Merkel.
"Jika betul-betul memisahkan diri, maka Inggris akan kesulitan dengan berbagai dampaknya," kata RND mengutip pernyataan Altmaier.
Tentu saja, Inggris dapat mengajukan permohonan bergabung kembali dengan Uni Eropa, namun butuh waktu lama, demikian RND melaporkan pernyataan kepala staf itu.
Jerman menyumbang kontribusi terbesar bagi Uni Eropa dari sisi perekonomian dan pasar, diikuti Prancis. Sedangkan Inggris menyumbang sekitar 11,8 persen.
The Independent, koran utama Inggris, dalam edisi 25 Juni-nya, menyatakan, ada petisi yang dikeluarkan warga Inggris untuk menggelar referendum ulang tentang kesertaan mereka dalam Uni Eropa. Petisi itu telah ditandatangani 700.000 pemilih yang punya hak suara.
Sebagian anak muda Inggris mengaku menyesal memilih Brexit dan kurang paham akan sejumlah konsekuensinya.
"Politisi di London memiliki kemungkinan mempertimbangkan kembali dampak keluar dari Uni Eropa," kata koran jaringan RND, Minggu, mengutip pernyataan Peter Altmaier, kepala staf Merkel.
"Jika betul-betul memisahkan diri, maka Inggris akan kesulitan dengan berbagai dampaknya," kata RND mengutip pernyataan Altmaier.
Tentu saja, Inggris dapat mengajukan permohonan bergabung kembali dengan Uni Eropa, namun butuh waktu lama, demikian RND melaporkan pernyataan kepala staf itu.
Jerman menyumbang kontribusi terbesar bagi Uni Eropa dari sisi perekonomian dan pasar, diikuti Prancis. Sedangkan Inggris menyumbang sekitar 11,8 persen.
The Independent, koran utama Inggris, dalam edisi 25 Juni-nya, menyatakan, ada petisi yang dikeluarkan warga Inggris untuk menggelar referendum ulang tentang kesertaan mereka dalam Uni Eropa. Petisi itu telah ditandatangani 700.000 pemilih yang punya hak suara.
Sebagian anak muda Inggris mengaku menyesal memilih Brexit dan kurang paham akan sejumlah konsekuensinya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Ciptakan perputaran ekonomi Rp10,42 triliun, BRI kembali jadi sponsor utama Liga 1 2024-2025
06 August 2024 20:39 WIB
Keamanan data dan dana nasabah jadi prioritas utama, BRI perkuat benteng digital
30 July 2024 12:27 WIB
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017