Semarang, Antara Jateng - Penyaluran kredit PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk. sepanjang semester 1 (Januari-Juni) 2016 mencapai Rp61,6 triliun atau naik 11 persen dibanding periode sama tahun lalu yang mencatat Rp55,7 triliun.

Direktur Utama BTPN Jerry Ng dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Selasa, menyatakan kendati mengalami kenaikan penyaluran kredit hingga dua digit, kredit bermasalah (non-performing loan) tercatat hanya 0,7 persen (gross).

Kenaikan penyaluran kredit, katanya, tetap diimbangi dengan asas kehati-hatian yang tercermin dari tingkat rasio kredit bermasalah yang rendah. "Itu (NPL 0,7 persen itu, red) salah satu yang terbaik di Tanah Air," katanya.

Menurut dia, pertumbuhan kredit sebesar 11 persen dengan NPL terjaga di 0,7 persen menunjukkan BTPN masih ekspansif dengan tetap memegang prinsip kehati-hatian.

"Banyak kalangan sempat mengkhawatirkan kredit yang akan melambat sebagai imbas dari masih melemahnya daya beli masyarakat. Untuk itu, kami bersyukur kredit BTPN tumbuh 11 persen," kata Jerry.

Selama ini, BTPN juga tetap fokus dan konsisten melayani masyarakat berpenghasilan rendah serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk masyarakat prasejahtera produktif (mass market), sekaligus terus memperkuat perannya dalam melayani masyarakat dari segmen tersebut.

Pertumbuhan kredit dimotori oleh penyaluran dana ke segmen UMKM dan masyarakat prasejahtera produktif.

Hingga akhirJuni 2016, katanya, kredit UMKM, termasuk pembiayaan prasejahtera produktif yang disalurkan melalui BTPN Syariah,mencapai Rp20,8 triliun atau meningkat 16 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp18 triliun .Sementara itu, segmen kredit lainnya naik 9 persen menjadi Rp39,3 triliun.

NPL rendah, menurut Jerry, tidak lepas dari upaya BTPN melakukan pendampingan dan pemberdayaan terhadap nasabah melalui Program Daya.

BTPN meyakini nasabah "mass market" tidak hanya membutuhkan kecepatan dan kemudahan memperoleh pinjaman, tetapi juga memerlukan pendampingan secara terus-menerus.

Disebutkan, selama Januari-Juni 2016, BTPN telah menyelenggarakan 110.581 pelatihan Daya dengan jumlah peserta sebanyak 791.065 nasabah.

Untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi sekaligus menciptakan efisiensi, BTPN terus menyeimbangkan kecukupan likuiditas dengan laju kredit.

Per 30 Juni 2016, total pendanaan meningkat 7 persen (yoy) menjadi Rp69,6 triliun. Dari jumlah tersebut, komposisi dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp65,3 triliun atau tumbuh 14 persen dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp57,1 triliun.

Sedangkan pinjaman bilateral dan obligasi mencapai Rp4,2 triliun.
"Beberapa obligasi dan pinjaman sudah jatuh tempo sehingga porsi pendanaan dari non-DPK semakin berkurang," katanya.

Namun demikian, rasio likuiditas (loan to deposit ratio/LDR) kami tetap terjaga di level 94 persen. Jika memperhitungkan pinjaman pihak lain dan "equity", rasio likuiditas berada di level 73 persen, katanya, sangat sehat dan kuat.