Popularitas Merkel Turun Tajam di Tengah Serangan Teror Oleh Pendatang
Sabtu, 13 Agustus 2016 6:33 WIB
Kanselir Jerman Angela Merkel (REUTERS/Emmanuel Dunand/Pool)
Berlin, Antara Jateng - Popularitas Kanselir Jerman Angela Merket turun tajam pada bulan lalu, demikian sebuah jajak pendapat menyatakan pada Jumat, menunjuk pada penolakan warga terhadap kebijakan pengungsi yang membuat Jerman rentan terhadap serangan kelompok radikal.
Menjelang pemilihan umum nasional tahun depan, jajak pendapat dari radio ZDF menunjukkan bahwa popularitas Merkel turun 0.4 menjadi hanya 1.0 dalam skala 5.0 sampai minus 5.0, lapor Reuters.
Dia menempati urutan keempat di belakang gubernur negara bagian Baden-Wuerttemberg dari Partai Hijau, Winfried Kretschmann, menteri luar negeri dari Partai Sosial Demokrat, Frank-Walter Steinmeier, dan menteri keuangan dari kubu konservatif, Wolfgang Schaeuble.
Ujian pertama bagi Merkel akan muncul dalam pemilu negara bagian pada bulan depan di Berlin dan Mecklenburg-Vorpommern, di mana partai anti-immigran Alternative for Germany (AfD) diperkirakan akan menangguk suara besar.
Kebijakan Merkel yang sangat terbuka untuk pada pedatang kini tengah mendapatkan kritik tajam usai terjadinya dia insiden serangan yang diklaim oleh kelompok bersenjata ISIS pada bulan lalu.
Jajak pendapat ZDF menunjukkan hanya 44 persen warga Jerman yang menyetujui kebijakan tersebut dan 52 persen menilainya sebagai buruk.
Meski Jerman berhasil menghindari serangan dengan skala besar seperti yang terjadi di Prancis dan Belgia, serangan terorr di sebuah kereta dekat Wuerzburg dan festival musik Ansbach telah mengguncang Jerman.
Dua serangan tersebut juga memaksa pemerintah untuk merencanakan sejumlah kebijakan keamanan yang baru.
Jajak pendapat yang sama menunjukkan bahwa 54 persen warga Jerman skeptis terhadap kesepakatan migran antara Uni Eropa dengan Turki. Sekitar 35 persen berpendapat bahwa perundingan antara Uni Eropa dengan Ankara terkait kenggotaan Turki harus dihentikan mengingat situasi politik di negara tersebut.
Dalam kesepakatan pengungsi itu, Turki akan membantu Eropa mengurangi angka pendatang--yang pada umumnya mengambil rute dari Turki ke Yunani melalui Laut Tengah. Sebagai imbalan, Eropa akan memberi bantuan finansial dan menjanjikan kunjungan bebas visa bagi warga Turki.
Warga Jerman mengkhawatirkan proses integrasi terhadap sejuta lebih migran yang datang sepanjang tahun lalu. Sebagian besar di antara mereka adalah pelarian perang dari Afghanistan, Suriah, dan Irak.
Dua pekan lalu, Merkel kembali menegaskan bahwa pihaknya mampu mengatasi kedatangan pada migran dan berjanji tidak akan mengubah kebijakannya.
Menjelang pemilihan umum nasional tahun depan, jajak pendapat dari radio ZDF menunjukkan bahwa popularitas Merkel turun 0.4 menjadi hanya 1.0 dalam skala 5.0 sampai minus 5.0, lapor Reuters.
Dia menempati urutan keempat di belakang gubernur negara bagian Baden-Wuerttemberg dari Partai Hijau, Winfried Kretschmann, menteri luar negeri dari Partai Sosial Demokrat, Frank-Walter Steinmeier, dan menteri keuangan dari kubu konservatif, Wolfgang Schaeuble.
Ujian pertama bagi Merkel akan muncul dalam pemilu negara bagian pada bulan depan di Berlin dan Mecklenburg-Vorpommern, di mana partai anti-immigran Alternative for Germany (AfD) diperkirakan akan menangguk suara besar.
Kebijakan Merkel yang sangat terbuka untuk pada pedatang kini tengah mendapatkan kritik tajam usai terjadinya dia insiden serangan yang diklaim oleh kelompok bersenjata ISIS pada bulan lalu.
Jajak pendapat ZDF menunjukkan hanya 44 persen warga Jerman yang menyetujui kebijakan tersebut dan 52 persen menilainya sebagai buruk.
Meski Jerman berhasil menghindari serangan dengan skala besar seperti yang terjadi di Prancis dan Belgia, serangan terorr di sebuah kereta dekat Wuerzburg dan festival musik Ansbach telah mengguncang Jerman.
Dua serangan tersebut juga memaksa pemerintah untuk merencanakan sejumlah kebijakan keamanan yang baru.
Jajak pendapat yang sama menunjukkan bahwa 54 persen warga Jerman skeptis terhadap kesepakatan migran antara Uni Eropa dengan Turki. Sekitar 35 persen berpendapat bahwa perundingan antara Uni Eropa dengan Ankara terkait kenggotaan Turki harus dihentikan mengingat situasi politik di negara tersebut.
Dalam kesepakatan pengungsi itu, Turki akan membantu Eropa mengurangi angka pendatang--yang pada umumnya mengambil rute dari Turki ke Yunani melalui Laut Tengah. Sebagai imbalan, Eropa akan memberi bantuan finansial dan menjanjikan kunjungan bebas visa bagi warga Turki.
Warga Jerman mengkhawatirkan proses integrasi terhadap sejuta lebih migran yang datang sepanjang tahun lalu. Sebagian besar di antara mereka adalah pelarian perang dari Afghanistan, Suriah, dan Irak.
Dua pekan lalu, Merkel kembali menegaskan bahwa pihaknya mampu mengatasi kedatangan pada migran dan berjanji tidak akan mengubah kebijakannya.
Pewarta : Antaranews
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Akademi G20 Serahkan Rekomendasi Peningkatan Kesehatan ke Angela Merkel
23 March 2017 12:31 WIB, 2017
Masih Soal Insiden Salaman, Ini Alasan Trump Tak Pedulikan Ajakan Salaman Merkel
21 March 2017 7:45 WIB, 2017
Sekutu Utama Merkel Nyatakan London Mestinya Dibolehkan Pikir Ulang Brexit
27 June 2016 8:59 WIB, 2016
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017