Rupiah Stagnan di Posisi Rp13.260
Jumat, 2 September 2016 10:30 WIB
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar A
Jakarta, Antara Jateng - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi belum bergerak atau stagnan di posisi Rp13.260 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan inflasi yang rendah cukup berhasil memicu penguatan surat utang negara (SUN) sehingga rupiah bergerak stabil di tengah penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia akibat buruknya data ekonomi Tiongkok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2016 terjadi deflasi 0,02 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender mencapai 1,74 persen (year to date/ytd). Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) sebesar 2,79 persen.
Ia menambahkan bahwa inflasi yang menurun akan meningkatkan harapan pemangkasan Bank Indonesia 7-Day Repo Rate. Kondisi itu membuka peluang bagi nilai tukar rupiah untuk bergerak menguat.
"Apalagi disertai dengan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dapat mempertahankan sentimen positif dari domestik," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan periode Agustus yang mencatatkan deflasi itu mendorong harapan target inflasi 2016 ini akan tercapai. Bank Indonesia menargetkan inflasi 4 persen dengan plus minus 1 persen.
"Dari dalam negeri sentimennya cukup positif. Namun, maraknya sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) pada September nanti masih membayangi laju mata uang domestik," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan inflasi yang rendah cukup berhasil memicu penguatan surat utang negara (SUN) sehingga rupiah bergerak stabil di tengah penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang di kawasan Asia akibat buruknya data ekonomi Tiongkok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2016 terjadi deflasi 0,02 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender mencapai 1,74 persen (year to date/ytd). Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2016 terhadap Agustus 2015) sebesar 2,79 persen.
Ia menambahkan bahwa inflasi yang menurun akan meningkatkan harapan pemangkasan Bank Indonesia 7-Day Repo Rate. Kondisi itu membuka peluang bagi nilai tukar rupiah untuk bergerak menguat.
"Apalagi disertai dengan optimisme pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dapat mempertahankan sentimen positif dari domestik," katanya.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk, Rully Nova menambahkan periode Agustus yang mencatatkan deflasi itu mendorong harapan target inflasi 2016 ini akan tercapai. Bank Indonesia menargetkan inflasi 4 persen dengan plus minus 1 persen.
"Dari dalam negeri sentimennya cukup positif. Namun, maraknya sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) pada September nanti masih membayangi laju mata uang domestik," katanya.
Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024