28 Kabupaten/Kota di Jateng Rawan Longsor
Selasa, 27 September 2016 13:30 WIB
Warga beserta relawan dan Tim SAR gabungan membersihkan puing bangunan rumah warga yag terkena longsor di Desa Gumelem Kulon, Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (19/6/2016). Hujan deras yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Banjarnegara, te
Semarang, Antara Jateng - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Tengah mengungkapkan bahwa 28 dari 35 kabupaten/kota di Jateng masuk kategori rawan longsor sehingga perlu mendapat perhatian semua pihak terkait guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Perinciannya adalah 2.024 desa dari 280 kecamatan di 28 kabupaten/kota itu memiliki titik-titik potensi rawan longsor yang harus diwaspadai," kata Kepala Dinas ESDM Jateng Teguh Dwi Paryono di Semarang, Selasa.
Sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah melakukan sejumlah tahapan tanggap bencana, seperti memberikan mitigasi kepada pihak kabupaten/kota yang menggunakan prosedur dalam analisis sistem informasi geografis berupa grafis peta potensi kebencanaan, pemasangan alat deteksi dini, dan sosialisasi menggunakan berbagai teknologi informasi.
Sosialisasi kepada masyarakat di daerah yang rawan longsor juga terus dilakukan secara intensif oleh jajaran Dinas ESDM Jateng.
"Masyarakat juga kami minta mewaspadai jika curah hujan tinggi atau hujan selama 3 jam berturut-turut tanpa henti atau saat mereka melihat aliran keruh di sungai dan jika tiba-tiba muncul mata air maka harus diwaspadai dengan siaga tanggap darurat," ujarnya.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah Tuban Wiyoso menambahkan bahwa musim hujan pada tahun ini datang lebih cepat karena pengaruh fenomena La Nina.
Oleh karena itu, kata dia, kewaspadaan masyarakar harus ditingkatkan, terutama saat peralihan dari kemarau basah ke hujan berintensitas tinggi.
"Masyarakat harus mengenali tanda-tanda alam di wilayahnya sendiri. Misalnya, siang panas sore mendung dan langit tertutup awan gelap diikuti petir dan angin, itu ciri-ciri hujan lebat sehingga perlu mewaspadai longsor dan banjir," katanya.
"Perinciannya adalah 2.024 desa dari 280 kecamatan di 28 kabupaten/kota itu memiliki titik-titik potensi rawan longsor yang harus diwaspadai," kata Kepala Dinas ESDM Jateng Teguh Dwi Paryono di Semarang, Selasa.
Sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah melakukan sejumlah tahapan tanggap bencana, seperti memberikan mitigasi kepada pihak kabupaten/kota yang menggunakan prosedur dalam analisis sistem informasi geografis berupa grafis peta potensi kebencanaan, pemasangan alat deteksi dini, dan sosialisasi menggunakan berbagai teknologi informasi.
Sosialisasi kepada masyarakat di daerah yang rawan longsor juga terus dilakukan secara intensif oleh jajaran Dinas ESDM Jateng.
"Masyarakat juga kami minta mewaspadai jika curah hujan tinggi atau hujan selama 3 jam berturut-turut tanpa henti atau saat mereka melihat aliran keruh di sungai dan jika tiba-tiba muncul mata air maka harus diwaspadai dengan siaga tanggap darurat," ujarnya.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah Tuban Wiyoso menambahkan bahwa musim hujan pada tahun ini datang lebih cepat karena pengaruh fenomena La Nina.
Oleh karena itu, kata dia, kewaspadaan masyarakar harus ditingkatkan, terutama saat peralihan dari kemarau basah ke hujan berintensitas tinggi.
"Masyarakat harus mengenali tanda-tanda alam di wilayahnya sendiri. Misalnya, siang panas sore mendung dan langit tertutup awan gelap diikuti petir dan angin, itu ciri-ciri hujan lebat sehingga perlu mewaspadai longsor dan banjir," katanya.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
KPU Jateng Jamin Distribusi Logistik Pilkada Tepat Waktu di Tujuh Kabupaten/Kota
27 November 2016 13:46 WIB, 2016
Menpan-RB: 13 Kabupaten/Kota Belum Laporkan Pantauan ASN Pascalibur Lebaran
26 July 2016 6:53 WIB, 2016