Noorsy: Ahok Berkarakter Keras. Agus-Sylvi Cerminkan bisa Bernegosiasi
Rabu, 28 September 2016 11:43 WIB
Harimurti Yudhoyono (kedua kiri) bersama istri Anisa Pohan (kiri) dan calon wakil gubernur Sylviana (kedua kanan) usai menjalani tes bebas narkoba di kantor Badan Narkotika Nasional, Jakarta, Minggu (25/9/2016). (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta Antara Jateng - Pengamat politik ekonomi Ichsanuddin Noorsy menilai pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mewakili hal-hal yang tidak ditemui pada Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang sama-sama bersaing di Pilkada DKI.
Berbeda dengan Ahok yang dikenal dengan karakter keras, Agus - Syilfi mencerminkan orang-orang yang bisa bernegosiasi.
"Posisi Sylvi merepresentasikan Islam, perempuan dan birokrat DKI yang gelisah dengan perilaku Ahok," katanya saat dihubungi ANTARA News, Selasa.
Perempuan yang pernah jadi Wali Kota Jakarta Pusat itu menurut Noorsy mampu bersikap netral dan bisa tawar menawar dengan situasi.
“Itu modal besar dan penyumbang terbesar bagi Agus,†katanya.
Sementara itu, Agus yang memiliki latar belakang ketentaraan menggambarkan kualitas kepemimpinan.
Pria yang memiliki tiga gelar master ini tumbuh besar di bawah didikan Susilo Bambang Yudhoyono - Ani Yudhoyono yang dinilai membuatnya menjadi orang yang bisa mengadopsi serta mengadaptasi situasi.
"Agus - Sylvi adalah gambaran masyarakat yang tidak fanatik agama, tetapi juga beragama," katanya.
Di sisi lain, Ichsanuddin berpendapat Ahok punya kelemahan terkait hal ini.
“Dia tidak mampu membangun sinergi muslim dan nonmuslim, sementara kekuatan Agus - Sylvi bisa mensinergikan keduanya.â€
Sedangkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak pernah mencerminkan sosok keagamaan yang kental.
Selama ini, Ahok dinilai telah menampilkan sosok yang memusuhi masyarakat bawah. Hal itu menimbulkan simpati dari kalangan tertentu untuk membela masyarakat bawah, meski belum tentu mereka sepenuhnya benar dalam posisi hukum.
"Ahok sedang mengakumulasi kebencian masyarakat secara struktural terhadap dirinya," katanya.
Kebencian yang tertuju pada individu itu dinilai bisa berdampak pada PDIPP, Golkar, Nasdem dan Hanura yang mengusung Ahok. Empat partai itu disebut sedang mengambil jarak psikologis dengan masyarakat Jakarta yang berbahaya untuk kans di pemilu 2019.
“Dalam bahasa sederhana, empat partai itu sedang membenarkan ‘divided society’, mereka bukan lagi penghimpun aspirasi, tetapi pemecah belah aspirasi,†imbuh dia.
Berbeda dengan Ahok yang dikenal dengan karakter keras, Agus - Syilfi mencerminkan orang-orang yang bisa bernegosiasi.
"Posisi Sylvi merepresentasikan Islam, perempuan dan birokrat DKI yang gelisah dengan perilaku Ahok," katanya saat dihubungi ANTARA News, Selasa.
Perempuan yang pernah jadi Wali Kota Jakarta Pusat itu menurut Noorsy mampu bersikap netral dan bisa tawar menawar dengan situasi.
“Itu modal besar dan penyumbang terbesar bagi Agus,†katanya.
Sementara itu, Agus yang memiliki latar belakang ketentaraan menggambarkan kualitas kepemimpinan.
Pria yang memiliki tiga gelar master ini tumbuh besar di bawah didikan Susilo Bambang Yudhoyono - Ani Yudhoyono yang dinilai membuatnya menjadi orang yang bisa mengadopsi serta mengadaptasi situasi.
"Agus - Sylvi adalah gambaran masyarakat yang tidak fanatik agama, tetapi juga beragama," katanya.
Di sisi lain, Ichsanuddin berpendapat Ahok punya kelemahan terkait hal ini.
“Dia tidak mampu membangun sinergi muslim dan nonmuslim, sementara kekuatan Agus - Sylvi bisa mensinergikan keduanya.â€
Sedangkan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak pernah mencerminkan sosok keagamaan yang kental.
Selama ini, Ahok dinilai telah menampilkan sosok yang memusuhi masyarakat bawah. Hal itu menimbulkan simpati dari kalangan tertentu untuk membela masyarakat bawah, meski belum tentu mereka sepenuhnya benar dalam posisi hukum.
"Ahok sedang mengakumulasi kebencian masyarakat secara struktural terhadap dirinya," katanya.
Kebencian yang tertuju pada individu itu dinilai bisa berdampak pada PDIPP, Golkar, Nasdem dan Hanura yang mengusung Ahok. Empat partai itu disebut sedang mengambil jarak psikologis dengan masyarakat Jakarta yang berbahaya untuk kans di pemilu 2019.
“Dalam bahasa sederhana, empat partai itu sedang membenarkan ‘divided society’, mereka bukan lagi penghimpun aspirasi, tetapi pemecah belah aspirasi,†imbuh dia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kabar rencana pernikahan Ahok hingga kontroversi tes benchmark Huawei
08 September 2018 14:05 WIB, 2018
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017