Indonesia-Finlandia akan Teliti Resistensi Antibiotik
Selasa, 11 Oktober 2016 11:57 WIB
Jakarta Antara Jateng - Indonesia dan Finlandia menindaklanjuti nota kesepahaman dua negara untuk melakukan penelitian terhadap resistensi antibiotik yang menjadi ancaman di berbagai tempat di dunia.
"Resistensi antibiotik ini ditandai dengan bibit penyakit yang kebal terhadap obat. Akibatnya, obat antibiotik tidak memberi efek kepada makhluk hidup," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB BPPT) Eniya Listiani Dewi di Jakarta, Selasa.
Atas ancaman resistensi bibit penyakit terhadap antibiotik itu, Eni mengatakan kerja sama TAB BPPT dan University of Helsinki (UH) Findlandia menjadi penting untuk studi resistensi antibiotik.
Dia mengatakan antibiotik saat ini tidak hanya dipakai untuk pengobatan manusia saja. Tetapi antibiotik juga dipakai untuk usaha peternakan dan perikanan.
Menurut dia, pemberian antibiotik mengalami kecenderungan berlebihan secara takaran. Akibatnya, antibiotik itu justru memberi kekebalan terhadap bibit penyakit karena sudah menyesuaikan diri.
Parahnya, kata dia, zat antibiotik itu sudah mencemari lingkungan, terutama di sungai-sungai.
Sungai di Indonesia, kata dia, sering digunakan sebagai tempat pembuangan zat-zat yang mengandung antibiotik. Pembuangan diduga banyak dilakukan oleh fasilitas kesehatan, peternakan dan perikanan yang menggunakan antibiotik.
Penelitian awal akan dilakukan di dua sungai yang diduga kuat tercemar zat antibiotik yaitu Cisadane dan Kalicode.
Di dua sungai itu, kata dia, akan diteliti secara mendalam mengenai kandungan zat di air sungai.
"Resistensi antibiotik ini ditandai dengan bibit penyakit yang kebal terhadap obat. Akibatnya, obat antibiotik tidak memberi efek kepada makhluk hidup," kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB BPPT) Eniya Listiani Dewi di Jakarta, Selasa.
Atas ancaman resistensi bibit penyakit terhadap antibiotik itu, Eni mengatakan kerja sama TAB BPPT dan University of Helsinki (UH) Findlandia menjadi penting untuk studi resistensi antibiotik.
Dia mengatakan antibiotik saat ini tidak hanya dipakai untuk pengobatan manusia saja. Tetapi antibiotik juga dipakai untuk usaha peternakan dan perikanan.
Menurut dia, pemberian antibiotik mengalami kecenderungan berlebihan secara takaran. Akibatnya, antibiotik itu justru memberi kekebalan terhadap bibit penyakit karena sudah menyesuaikan diri.
Parahnya, kata dia, zat antibiotik itu sudah mencemari lingkungan, terutama di sungai-sungai.
Sungai di Indonesia, kata dia, sering digunakan sebagai tempat pembuangan zat-zat yang mengandung antibiotik. Pembuangan diduga banyak dilakukan oleh fasilitas kesehatan, peternakan dan perikanan yang menggunakan antibiotik.
Penelitian awal akan dilakukan di dua sungai yang diduga kuat tercemar zat antibiotik yaitu Cisadane dan Kalicode.
Di dua sungai itu, kata dia, akan diteliti secara mendalam mengenai kandungan zat di air sungai.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Peringati Hari Batik, Dekranasda Kota Tegal akan gelar Lomba Batik Fahion Show
05 September 2024 17:44 WIB
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016