Megawati Usulkan Satu Menit Hening Hari Bumi
Kamis, 13 Oktober 2016 13:06 WIB
Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
Nusa Dua Antara Jateng - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarno Putri mengusulkan dunia mengadopsi budaya masyarakat Bali melaksanakan Catur Brata Penyepian dengan menerapkan satu menit hening di Hari Bumi.
"Penduduk Bali sangatlah heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras, bahkan ada yang berwarga negara asing tinggal di Bali. Mayoritas rakyat Bali memeluk agama Hindu, dan salah satu hari besarnya adalah Nyepi yang dirayakan tidak dengan pesta pora, tapi dengan penuh keheningan," kata Megawati pada pembukaan World Culture Forum (WCF) 2016 di Nusa Dua, Kamis.
Ia mengatakan masyarakat Bali yang memeluk agama Hindu, pada perayaan Nyepi melakukan Catur Brata Penyepian dengan menjalankan amati geni (tidak menyalakan api), amati lelanguan (tidak berkegiatan), amati karya (tidak bekerja), dan amati lelungan (tidak bepergian).
Bali, lanjutnya, adalah satu-satunya pulau di dunia, yang mampu "mengistirahatkan bumi" sehari penuh, secara total di setiap perayaan Nyepi.
"Sungguh indah, keheningan Nyepi di Pulau Bali, alam pun melebur pada diri setiap manusia, manusia menyatu dengan semesta dalam jeda setiap individu. Hening, senyap, suci, kesemuanya mengajak kita untuk melakukan introspeksi personal," ujar dia.
Menurut dia, seandainya dapat direkomendasikan dalam forum tersebut, suatu kesepakatan kebudayaan mendukung gerakan satu menit hening dalam Hari Bumi. Makna pada Hari Bumi tersebut, dapatlah diperluas sebagaimana Hari Raya Nyepi.
Dengan demikian, jeda individu, menjadi jeda kolektif, dan selanjutnya, menjadi jeda dunia.
"Dengan satu menit hening bagi seluruh umat manusia di dunia, setiap tahun, saya yakin kita bisa membuktikan, bahwa ternyata modernisasi tidak akan mampu menenggelamkan manusia. Kemajuan tekhnologi tidak akan sanggup menjadikan manusia menjadi mahluk mekanik yang teralienasi dan teratomisasi," paparnya.
Dia mengatakan hening akan menjadi cara menemukan ruang introspeksi untuk kembali pada jati diri sebagai manusia otentik.
"Ini ruang untuk otokritik dari perjalanan hidup yang telah kita pilih. Akan terjadi satu menit perenungan dunia yang dilakukan seluruh warga bangsa hingga akhirnya dunia kembali pada pertanyaan yang sangat filosofis siapa kita, bagaimana bumi kita, hendak dibawa ke mana planet bumi ini?," kata Megawati.
Menurut dia, bukan hal yang mustahil dengan satu menit hening untuk bumi dapat membawa harapan agar semua konflik dan pertentangan, termasuk penindasan, pemiskinan, kekerasan dengan alasan apa pun, termasuk juga peperangan dapat menemukan solusi yaitu berakhir dengan cara damai.
"Penduduk Bali sangatlah heterogen, terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras, bahkan ada yang berwarga negara asing tinggal di Bali. Mayoritas rakyat Bali memeluk agama Hindu, dan salah satu hari besarnya adalah Nyepi yang dirayakan tidak dengan pesta pora, tapi dengan penuh keheningan," kata Megawati pada pembukaan World Culture Forum (WCF) 2016 di Nusa Dua, Kamis.
Ia mengatakan masyarakat Bali yang memeluk agama Hindu, pada perayaan Nyepi melakukan Catur Brata Penyepian dengan menjalankan amati geni (tidak menyalakan api), amati lelanguan (tidak berkegiatan), amati karya (tidak bekerja), dan amati lelungan (tidak bepergian).
Bali, lanjutnya, adalah satu-satunya pulau di dunia, yang mampu "mengistirahatkan bumi" sehari penuh, secara total di setiap perayaan Nyepi.
"Sungguh indah, keheningan Nyepi di Pulau Bali, alam pun melebur pada diri setiap manusia, manusia menyatu dengan semesta dalam jeda setiap individu. Hening, senyap, suci, kesemuanya mengajak kita untuk melakukan introspeksi personal," ujar dia.
Menurut dia, seandainya dapat direkomendasikan dalam forum tersebut, suatu kesepakatan kebudayaan mendukung gerakan satu menit hening dalam Hari Bumi. Makna pada Hari Bumi tersebut, dapatlah diperluas sebagaimana Hari Raya Nyepi.
Dengan demikian, jeda individu, menjadi jeda kolektif, dan selanjutnya, menjadi jeda dunia.
"Dengan satu menit hening bagi seluruh umat manusia di dunia, setiap tahun, saya yakin kita bisa membuktikan, bahwa ternyata modernisasi tidak akan mampu menenggelamkan manusia. Kemajuan tekhnologi tidak akan sanggup menjadikan manusia menjadi mahluk mekanik yang teralienasi dan teratomisasi," paparnya.
Dia mengatakan hening akan menjadi cara menemukan ruang introspeksi untuk kembali pada jati diri sebagai manusia otentik.
"Ini ruang untuk otokritik dari perjalanan hidup yang telah kita pilih. Akan terjadi satu menit perenungan dunia yang dilakukan seluruh warga bangsa hingga akhirnya dunia kembali pada pertanyaan yang sangat filosofis siapa kita, bagaimana bumi kita, hendak dibawa ke mana planet bumi ini?," kata Megawati.
Menurut dia, bukan hal yang mustahil dengan satu menit hening untuk bumi dapat membawa harapan agar semua konflik dan pertentangan, termasuk penindasan, pemiskinan, kekerasan dengan alasan apa pun, termasuk juga peperangan dapat menemukan solusi yaitu berakhir dengan cara damai.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - Umum
Lihat Juga
Kak Seto Minta Dinsos Awasi Panti agar tidak Terjadi Tindak Kekerasan
31 January 2017 15:39 WIB, 2017
Ketinggian Air Bengawan Solo di Lamongan Siaga I , Daerah Hilir diminta Waspada
31 January 2017 11:31 WIB, 2017
Khofifah Bangga Lahir dari "Rahim" NU Dibesarkan dalam Tradisi Organisasi Islam
31 January 2017 11:22 WIB, 2017
Menlu: 24 Jenazah Korban Kapal sudah Ditemukan, Delapan Siap Dipulangkan
27 January 2017 18:48 WIB, 2017
Menlu Pastikan Endah Cakrawati menjadi Korban Pesawat Jatuh di Australia
27 January 2017 17:38 WIB, 2017