Retas Pilpres AS, Rusia Dendam Terhadap Hillary Clinton
Selasa, 13 Desember 2016 6:17 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (REUTERS/Alexander Zemlianichenko/Pool/cfo)
Jakarta, Antara Jateng - Mantan duta besar Amerika Serikat untuk Rusia Michael McFaul mengatakan latar belakang atau motivasi Rusia meretas proses Pemilihan Presiden AS yang kemudian dimenangkan Donald Trump itu ada dua.
"Pertama, adalah balas dendam terhadap Hillary Clinton. Harap ingat Vladimir Putin pernah menganggap Hillary telah mengintervensi pemilihan dia (Pemilu Rusia), pemilu legislatif pada Desember 2011, dan dia sering mengungkapkan hal itu di depan publik. Dan saya pernah dengar dia membicarakan soal ini secara pribadi."
"Kedua, Presiden terpilih Trump mendukung banyak posisi kebijakan luar negeri yang disokong Vladimir Putin. Dan jadinya itu menjadi sangat masuk akal, menurut pandangan saya, bahwa dia lebih senang melihat Presiden terpilih Trump menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya ketimbang Hillary Clinton," kata McFaul dalam "Meet the Press" dari jaringan televisi NBC.
"Sekarang saya mau menambahkan satu faktor lainnya. Kadang orang menarik kesimpulan bahwa ini entah bagaimana dikoordinasikan dengan Presiden Terpilih Trump. Saya tak percaya teori ini sedikit pun."
"Tetapi apakah Rusia mengambil langkah-langkah untuk membantu dia (Trump)? Saya kira buktinya cukup nyata sehingga kita sungguh-sungguh memerlukan investigasi independen yang bipartisan ini sebagaimana diseru pihak lain," sambung McFaul.
McFaul juga ditanya soal niat Trump memilih Bos ExxonMobil Rex Tillerson sebagai menteri luar negerinya dan dia menjawab pilihan itu "mengganggu" karena Tillerson memiliki hungan bisnis dan personal dengan Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
"Pertama, adalah balas dendam terhadap Hillary Clinton. Harap ingat Vladimir Putin pernah menganggap Hillary telah mengintervensi pemilihan dia (Pemilu Rusia), pemilu legislatif pada Desember 2011, dan dia sering mengungkapkan hal itu di depan publik. Dan saya pernah dengar dia membicarakan soal ini secara pribadi."
"Kedua, Presiden terpilih Trump mendukung banyak posisi kebijakan luar negeri yang disokong Vladimir Putin. Dan jadinya itu menjadi sangat masuk akal, menurut pandangan saya, bahwa dia lebih senang melihat Presiden terpilih Trump menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya ketimbang Hillary Clinton," kata McFaul dalam "Meet the Press" dari jaringan televisi NBC.
"Sekarang saya mau menambahkan satu faktor lainnya. Kadang orang menarik kesimpulan bahwa ini entah bagaimana dikoordinasikan dengan Presiden Terpilih Trump. Saya tak percaya teori ini sedikit pun."
"Tetapi apakah Rusia mengambil langkah-langkah untuk membantu dia (Trump)? Saya kira buktinya cukup nyata sehingga kita sungguh-sungguh memerlukan investigasi independen yang bipartisan ini sebagaimana diseru pihak lain," sambung McFaul.
McFaul juga ditanya soal niat Trump memilih Bos ExxonMobil Rex Tillerson sebagai menteri luar negerinya dan dia menjawab pilihan itu "mengganggu" karena Tillerson memiliki hungan bisnis dan personal dengan Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Pewarta : Antaranews
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Empat menteri hadir di MK untuk memberikan keterangan pada sidang lanjutan perkara PHPU
05 April 2024 8:51 WIB
Terpopuler - Gadget
Lihat Juga
Prancis: Keputusan Donald Trump "Risiko Serius" bagi Tatanan Perdagangan Global
01 February 2017 6:29 WIB, 2017