Bangsa ini tengah mengalami ujian ketika ikatan kebinekaan—yang merupakan ciri kelebihan negara kita—nyaris pudar di penghujung tahun 2016.

Oleh karena itu, setiap anak bangsa ini perlu bersikap toleran. Toleransi di antara kita adalah salah satu modal dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal lain yang tidak kalah pentingnya di dalam kehidupan bermasyarakat yang beragam ini adalah saling menghormati antarpemeluk agama. Pada bulan ini, terdapat dua hari keagamaan, yakni peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. pada tanggal 12 Desember 2016 dan Hari Raya Natal (25/12).

Hendaknya hari-hari keagamaan, baik berhubungan dengan agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, maupun Konghucu, menjadi momentum untuk lebih bersikap toleran.

Dengan begitu, kita telah mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sekaligus meguatkan ikatan keanekaragaman agar kita tetap dalam bingkai NKRI sepanjang masa.

Betapa indahnya bila di antara kita saling menghormati dan bekerja sama serta membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap Natal, misalnya, kita melihat Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Gerakan Pemuda Ansor—organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU)—bersama polisi melakukan pengamanan di gereja-gereja.

Kita adalah saudara. Jangan sampai perbedaan agama, ras, dan suku mengendurkan tali persaudaraan. Namun, justru lebih mempererat kita sebagai anak bangsa yang senantiasa mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa salira.