Logo Header Antaranews Jateng

"Om Telolet Om", Kegembiraan Bocah Negeri Ini

Kamis, 22 Desember 2016 10:32 WIB
Image Print
Sejumlah pelajar sekolah menuliskan pesan " Om Telolet Om " agar pengemudi bus membunyikan klakson di Jalan Sudirman, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (21/12/2016). Fenomena " Om Telolet Om " yang menjadi "trending topic" di media sosial tersebut menjadikan
Siapa sangka bila teriakan "Om Telolet Om" oleh anak-anak di pinggir jalan sambil mengacungkan telepon selulernya saat bus melintas di jalan menjadi "trending topic" dunia.

Fenomena "Om Telolet Om" ini sudah berlangsung lama di sejumlah daerah. Di Kota Jepara, Jawa Tengah, misalnya. Banyak anak berderet di pinggir jalan raya setiap petang ketika bus-bus besar menuju Jakarta. Mereka minta kerelaan sopir membunyikan klakson bersuara "telolet". Anak-anak itu merekam suara klakson itu.

Dunia internet kadang susah diduga. Suara klakson bus yang memekakkan telinga dan sering bikin jengkel banyak pemakai jalan ketika sopir membunyikan klakson karena memaksa menyalip itu, ternyata malah menjadi "trending topic" dunia. Kini menjadi viral dan jadi perbincangan di jagad maya.

Twitter dan Facebook menjadi media efektif untuk menyebarkan virus "telolet". Data dari Twitter Indonesia menyebutkan "Om Telolet Om" sudah disebut 1,2 juta kali hingga 21 Desember 2016.

Bahkan media dunia sekelas BBC pun sudi menuliskan fenomena "Om Telolet Om".

Viral "Om Telolet Om" bisa menjadi "trending topic" dunia ini tentu bukan karena kerjaan dari para "buzzer" bayaran, yang pada hari-hari ini malang-melintang menggaduhkan dunia virtual.

Virus ini merajalela di dunia virtual semata karena dianggap fenomena unik, aneh. Bagaimana tidak, bunyi klakson yang memekakkan gendang telinga kok bisa menarik perhatian anak-anak hingga mereka rela puluhan menit menunggu bus lewat. Selain itu, ada pula risiko keselamatan jiwa. Untuk mendapatkan suara yang bagus, mereka harus lebih dekat dengan pinggir jalan di mana bus akan melintas.

Setelah sopir menurut keinginanya, bocah-bocah itu melompat gembira sambil mengucapkan terima kasih. Apa yang dilakukan pemburu telolet itu memang berisiko, namun tidak perlu pemerintah sampai melarangnya. Polisi cukup mengawasi mereka agar berada di jarak aman ketika berburu "telolet".

Bisa jadi anak-anak sudah bosan dengan "ring tone" bawaan dari HP atau yang tersedia di toko aplikasi. Mereka butuh sesuatu yang unik, beda, dan diraih dengan cara lebih menantang sehingga menghasilkan sesuatu yang eksklusif.

Fenomena virtual adalah sesuatu yang sesaat. Setelah "Om Telolet Om" mengalami kurva menurun, segera akan berlalu dan digantikan oleh fenomena unik lainnya.

Namun, setidaknya fenomena "Om Telolet Om" di lini masa yang juga ikut dipopulerkan selebritas dunia itu menunjukkan bocah-bocah Indonesia menghasilkan sebuah kegembiraan dalam bentuknya sendiri.

"Om Telolet Om". ***





Pewarta :
Editor: Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA 2024