Indonesia-Palestina Bangun Perhimpunan Persahabatan
Selasa, 3 Januari 2017 13:45 WIB
Dokumentasi aktivitas warga Palestina di Tepi Barat. Foto menunjukkan warga Palestina menyaksikan layar besar di Ramallah Tepi Barat, Minggu (13/3), saat guru sekolah dasar setempat, Hanan al-Hroub, menerima penghargaan "Million Dollar Teacher". Al-H
Jakarta Antara Jateng - Indonesia dan Palestina telah membangun dan meresmikan Perhimpunan Persahabatan Masyarakat Palestina Indonesia (PIFA) pada penghujung Desember 2016, di Amman, Yordania.
Keterangan dari Kedutaan Besar Indonesia di Amman yang diterima di Jakarta, Selasa, menyebutkan, pada acara peresmian PIFA, Duta Besar Indonesia untuk KerajaanYordania merangkap Palestina, Teguh Wardoyo, menyatakan, pendirian PIFA satu langkah menguatkan dan meningkatkan hubungan antara masyarakat Palestina dan Indonesia.
Pada kesempatan itu, Wardoyo memaparkan sejarah dukungan Indonesia kepada Palestina yang tumbuh menjadi hubungan bilateral yang kuat dan permanen dan senantiasa akan terus meningkat sejalan waktu berlalu.
Hubungan kenegaraan antara kedua negara semakin berkembang antara rakyat Palestina dan Indonesia yang dilandasi saling mencintai dan menghormati satu sama lain, lanjut dia.
Wardoyo juga mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, pada peringatan 60 tahun Asia Afrika tahun 2015 lalu, "Mungkin saat ini tidak ada isu internasional yang lebih penting bagi Indonesia dan sangat dekat dengan hati rakyat Indonesia selain isu Palestina".
Pembentukan PIFA merupakan inisiatif dari masyarakat Palestina dari berbagai kalangan profesi, antara lain tokoh masyarakat, pengusaha, guru, pegawai pemerintah, jurnalis, dan para alumni penerima pelatihan pembangunan kapasitas yang diselenggarakan di Indonesia.
Wardoyo menyampaikan penghargaan atas inisiatif pembentukan PIFA dan berharap perhimpunan tersebut dapat menjembatani hubungan antar masyarakat yang meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Sementara itu, Kepala Fungsi Politik Ekonomi Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Amman, Nico Adam, menjelaskan, peresmian PIFA awalnya di Hebron, Palestina, sekaligus salah satu rangkaian acara pengakhiran masa tugas Wardoyo kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dan Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Malki, di Ramallah.
Acara yang sudah disusun keprotokolan Palestina itu tidak dapat terlaksana karena Kedutaan Besar Indonesia di Amman tidak mendapatkan izin dari pihak berwenang Israel meskipun pengajuan izin sudah disampaikan sejak tiga bulan yang lalu, jelasnya.
Ramallah berada di Tepi Barat, yaitu 10 kilometer arah utara dari Jerusalem Timur. Pada masa lalu merupakan kota penting Arab Kristen, sempat diduduki Yordania dan direbut Israel pada Perang Enam Hari pada 1967, lalu menjadi kota utama pergerakan pemimpin PLO, Yasser Arafat (di Mukataa, Ramallah). Kini Ramallah menjadi ibukota Otoritas Palestina dan Indonesia konsisten mendukung Palestina sejak awal.
Peresmian PIFA dihadiri anggota Parlemen Nasional Palestina, Bilal Kassem dan Zuhair Soundoka; anggota Organisasi Kemerdekaaan Palestina (PLO) merangkap Biro Politik Arab-Palestina, Imran Al Khatib, dan sejumlah staf Kedutaan Palestina di Amman.
Sementara itu, tokoh Yordania yang hadir antara lain Ketua Komisi Palestina di Parlemen Yordania, Yahya Mohammad Al Saud, dan mantan Menteri Yordania, Samir Habashneh, serta sekitar 125 orang Palestina, dan keluarga besar Kedutaan Besar Indonesia di Amman serta mahasiswa Indonesia.
Keterangan dari Kedutaan Besar Indonesia di Amman yang diterima di Jakarta, Selasa, menyebutkan, pada acara peresmian PIFA, Duta Besar Indonesia untuk KerajaanYordania merangkap Palestina, Teguh Wardoyo, menyatakan, pendirian PIFA satu langkah menguatkan dan meningkatkan hubungan antara masyarakat Palestina dan Indonesia.
Pada kesempatan itu, Wardoyo memaparkan sejarah dukungan Indonesia kepada Palestina yang tumbuh menjadi hubungan bilateral yang kuat dan permanen dan senantiasa akan terus meningkat sejalan waktu berlalu.
Hubungan kenegaraan antara kedua negara semakin berkembang antara rakyat Palestina dan Indonesia yang dilandasi saling mencintai dan menghormati satu sama lain, lanjut dia.
Wardoyo juga mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, pada peringatan 60 tahun Asia Afrika tahun 2015 lalu, "Mungkin saat ini tidak ada isu internasional yang lebih penting bagi Indonesia dan sangat dekat dengan hati rakyat Indonesia selain isu Palestina".
Pembentukan PIFA merupakan inisiatif dari masyarakat Palestina dari berbagai kalangan profesi, antara lain tokoh masyarakat, pengusaha, guru, pegawai pemerintah, jurnalis, dan para alumni penerima pelatihan pembangunan kapasitas yang diselenggarakan di Indonesia.
Wardoyo menyampaikan penghargaan atas inisiatif pembentukan PIFA dan berharap perhimpunan tersebut dapat menjembatani hubungan antar masyarakat yang meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Sementara itu, Kepala Fungsi Politik Ekonomi Sosial dan Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Amman, Nico Adam, menjelaskan, peresmian PIFA awalnya di Hebron, Palestina, sekaligus salah satu rangkaian acara pengakhiran masa tugas Wardoyo kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dan Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Malki, di Ramallah.
Acara yang sudah disusun keprotokolan Palestina itu tidak dapat terlaksana karena Kedutaan Besar Indonesia di Amman tidak mendapatkan izin dari pihak berwenang Israel meskipun pengajuan izin sudah disampaikan sejak tiga bulan yang lalu, jelasnya.
Ramallah berada di Tepi Barat, yaitu 10 kilometer arah utara dari Jerusalem Timur. Pada masa lalu merupakan kota penting Arab Kristen, sempat diduduki Yordania dan direbut Israel pada Perang Enam Hari pada 1967, lalu menjadi kota utama pergerakan pemimpin PLO, Yasser Arafat (di Mukataa, Ramallah). Kini Ramallah menjadi ibukota Otoritas Palestina dan Indonesia konsisten mendukung Palestina sejak awal.
Peresmian PIFA dihadiri anggota Parlemen Nasional Palestina, Bilal Kassem dan Zuhair Soundoka; anggota Organisasi Kemerdekaaan Palestina (PLO) merangkap Biro Politik Arab-Palestina, Imran Al Khatib, dan sejumlah staf Kedutaan Palestina di Amman.
Sementara itu, tokoh Yordania yang hadir antara lain Ketua Komisi Palestina di Parlemen Yordania, Yahya Mohammad Al Saud, dan mantan Menteri Yordania, Samir Habashneh, serta sekitar 125 orang Palestina, dan keluarga besar Kedutaan Besar Indonesia di Amman serta mahasiswa Indonesia.
Pewarta : Antaranews
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Politik dan Hankam
Lihat Juga
Zulkifli Hasan Berharap Jakarta Kembali Tenang dan Damai Setelah Pilkada
02 February 2017 6:50 WIB, 2017
Agus: Saya hanya Sampaikan "Salam Hormat" ke Pak Maruf dan Pengurus PBNU
01 February 2017 19:04 WIB, 2017
" Presiden Jokowi Ingin Bertemu Saya, Tapi Dilarang Dua-Tiga di Sekeliling Beliau," Kata SBY
01 February 2017 18:35 WIB, 2017
Tim Anies-Sandi: Kegiatan PT MWS pada Masyarakat Tentang Reklamasi Pulau G Memaksakan Ambisi
01 February 2017 17:17 WIB, 2017
Setnov: NU Salalu Hadir sebagai Organisasi yang Suarakan Perdamaian dan Kesejukan
01 February 2017 16:41 WIB, 2017
Ahok Menyayangkan ada Pihak yang Mengadu Domba bahwa Dia Menghina Integritas PBNU
01 February 2017 16:12 WIB, 2017
Din: Tudingan Ahok Terhadap Maruf Bernada Sarkastik dan Sangat Menghina
01 February 2017 15:58 WIB, 2017
SBY perlu Klarifikasi Pernyataan Kuasa Hukum Ahok yang Mengkaitkan Fatwa MUI
01 February 2017 14:56 WIB, 2017