KPAI Larang Penyebaran Video Siswa Salah Sebut Ikan Tongkol
Jumat, 27 Januari 2017 12:34 WIB
Presiden Joko Widodo (kanan) berdialog dengan pelajar saat pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (Rembuknas) 2017 di JIExpo, Jakarta, Kamis (26/1). Dalam perhelatan tersebut Presiden Joko Widodo membagikan 2.844 Kartu Indonesia Pintar (
Jakarta, ANTARA JATENG - Belakangan ini video seorang anak Sekolah Dasar (SD) salah mengucapkan nama ikan di depan Presiden Joko Widodo beredar viral di masyarakat.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam Sholeh mengaku khawatir hal ini bisa berdampak buruk bagi anak. Menurut dia, tawa yang mungkin berujung olok-olok dari mereka yang melihat video itu berpotensi merugikan anak.
"Bisa jadi (ini spontan), dengan kepolosan anak, tetapi itu berdampak tertawaan dan olok-olok yang pasti akan merugikan anak," ujar dia saat dihubungi ANTARA News, Jumat.
(Baca juga: Presiden ingin guru fokus didik karakter murid)
Asrorun menduga anak berpotensi tertekan secara psikis karena menjadi bahan olok-olok rekan-rekan dan masyarakat di sekelilingnya.
Hal senada diungkapkan, Komisioner KPAI, Susanto. Dia mengatakan candaan bisa saja membuat anak tidak nyaman dan ini bisa berbahaya bagi tumbuh kembangn dan relasi sosialnya.
"Jika anak ditertawakan, diolok, dijadikan candaan, potensial anak menjadi tidak nyaman. Ini berbahaya bagi tumbuh kembang mereka, baik dalam relasi sosial, kelangsungan pendidikan maupun aspek lainnya," tutur dia dalam kesempatan berbeda.
Untuk itu, KPAI berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika menghentikan peredaran video kepada publik. Dia juga meminta masyarakat tak lagi menyebarkan video itu.
"Saya sudah langsung komunikasi dengan Menkominfo, juga sudah dengan Subdit Penindakan. Siap ditindaklanjuti. KPAI menyayangkan peredaran materi video anak yang sedang bersama Presiden dan viral secara massif, sebagai bahan tertawaan. KPAI minta segera hentikan peredaran, karena hal itu masuk kategori bully pada anak," kata Asrorun.
Asrorun menambahkan, KPAI dalam waktu dekat juga akan berkunjung ke tempat tinggal anak yang bersangkutan untuk memastikan kondisi terkini anak pasca video berisi dirinya viral.
(Baca juga: Presiden ingin sekolah wajibkan murid ikut kegiatan ekstrakulikuler)
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam Sholeh mengaku khawatir hal ini bisa berdampak buruk bagi anak. Menurut dia, tawa yang mungkin berujung olok-olok dari mereka yang melihat video itu berpotensi merugikan anak.
"Bisa jadi (ini spontan), dengan kepolosan anak, tetapi itu berdampak tertawaan dan olok-olok yang pasti akan merugikan anak," ujar dia saat dihubungi ANTARA News, Jumat.
(Baca juga: Presiden ingin guru fokus didik karakter murid)
Asrorun menduga anak berpotensi tertekan secara psikis karena menjadi bahan olok-olok rekan-rekan dan masyarakat di sekelilingnya.
Hal senada diungkapkan, Komisioner KPAI, Susanto. Dia mengatakan candaan bisa saja membuat anak tidak nyaman dan ini bisa berbahaya bagi tumbuh kembangn dan relasi sosialnya.
"Jika anak ditertawakan, diolok, dijadikan candaan, potensial anak menjadi tidak nyaman. Ini berbahaya bagi tumbuh kembang mereka, baik dalam relasi sosial, kelangsungan pendidikan maupun aspek lainnya," tutur dia dalam kesempatan berbeda.
Untuk itu, KPAI berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika menghentikan peredaran video kepada publik. Dia juga meminta masyarakat tak lagi menyebarkan video itu.
"Saya sudah langsung komunikasi dengan Menkominfo, juga sudah dengan Subdit Penindakan. Siap ditindaklanjuti. KPAI menyayangkan peredaran materi video anak yang sedang bersama Presiden dan viral secara massif, sebagai bahan tertawaan. KPAI minta segera hentikan peredaran, karena hal itu masuk kategori bully pada anak," kata Asrorun.
Asrorun menambahkan, KPAI dalam waktu dekat juga akan berkunjung ke tempat tinggal anak yang bersangkutan untuk memastikan kondisi terkini anak pasca video berisi dirinya viral.
(Baca juga: Presiden ingin sekolah wajibkan murid ikut kegiatan ekstrakulikuler)
Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Editor : Totok Marwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Kesehatan
Lihat Juga
Kemenkes Prioritaskan Kasus Kanker Payudara dan Serviks yang Banyak Diidap Perempuan
01 February 2017 14:42 WIB, 2017
Menkes: Konsumsi Buah Sayur Lokal Penting dalam Mewujudkan Gizi Seimbang
25 January 2017 15:32 WIB, 2017
Menko PMK Akui Layanan BPJS Kesehatan lebih Maju dibanding awal 2014
25 January 2017 12:32 WIB, 2017
Penelitian: Orang yang tinggal dekat Jalan Raya Berisiko Mengidap Demensia
05 January 2017 11:08 WIB, 2017
Presiden Minta Bayi yang masih dalam Kandungan Penting diberi Protein dan Gizi Cukup
05 December 2016 16:26 WIB, 2016