Mahasiswa Asing Tertarik Belajar Membatik di Laweyan Solo
Selasa, 7 Februari 2017 15:56 WIB
Mahasiswa Tiongkok sedang belajar membatik di perajin Puspa Kencana Kampung Laweyan Solo, Selasa (7/2). Foto: ANTARAJATENG.COM/Bambang Dwi Marwoto.
Solo, ANTARA JATENG - Sejumlah mahasiswa asing yang tergabung dalam Asosiasi Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Internasional (AIESEC) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mempelajari pembuatan batik tulis di Laweyan Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Mereka antara lain berasal dari Tiongkok dan Oman, mengamati cara membatik, seni budaya asli Indonesia yang sudah dikenal di dunia.
Yolanda salah satu mahasiswa perwakilan dari Tiongkok, mengatakan, sangat tertarik dengan cara membatik, yang ternyata prosesnya sangat panjang dan rumit.
"Saya kagum dan tertarik batik Indonesia ini. Batik Solo budaya tradisional Indonesia yang proses pembuatannya sangat panjang dan rumit," kata Yolanda di sela belajar membatik di perajin Puspa Kencana Laweyan Solo.
Menurut Yolanda tertarik Batik Indonesia karena memiliki corak yang bervariasi dan banyak sekali. Batik ternyata sangat rumit mulai dari menggambar di kain, memberikan pewarnaan, pengeringan, dan sebagainya.
"Namun, saya tertarik dengan batik Indonesia. Saya dalam kesempatan ini, ingin belajar membatik." kata Yolanda mahasiswi asal Beijing International Studies University (BISU) Tiongkok.
Menurut Yolanda, pembuatan kain tradisional di Tiongkok tidak ada proses membatik seperti di Indonesia. Batik Tiongkok menggunakan cap semuanya, sehingga prosesnya semuanya dengan mesin.
"Saya awalnya tertarik batik saat melihat di toko-toko Solo, dan kemudian ingin melihat langsung prosesnya di tempat kerajinan Batik Laweyan ini," katanya.
Aisha mahasiswa asal Oman mengatakan Batik Indonesia seni budaya tradisional yang memiliki karakteristik, sehingga prosesnya sangat rumit dan panjang.
"Saya di Solo selain mengenal dan belajar membatik, juga seni budaya lainnya yang cukup unik," kata Aisha.
Diana Ariawan perajin batik Puspa Kencana Laweyan Solo mengatakan kegiatan belajar membatik yang dilakukan mahasiswa UNS dan asing sudah sering dilakukan. Mereka sekarang dari Tiongkok, Oman, dan sebelumnya dari Korea dan Jepang.
"Saya sangat bangga bisa mengenalkan tradisi budaya Indonesia melalui kegiatan belajar membatik dari mahasiswa negara lain, sehingga dapat dikenal di seluruh Dunia," kata Diana.
Menurut Diana kerajinan batik Puspa Kencana berlangsung sejak 1974 hingga sekarang secara turun temurun dari nenek moyangnya.
Menurut dia, batik produksinya berupa lukis dan tulis sehingga prosesnya sangat panjang dan juga tergantung dengan cuaca. Kemampuan produksi rata-rata hanya 100 potong per bulan. Corak batiknya tergantung permintaan pasar, seperti Riau, Padang, dan Aceh lebih suka warna yang cerah, sedangkan Jawa warna tua seperti cokelat.
"Kami selain melayani pasar lokal, juga sudah ekspor ke Malaysia. Harga bervariasi mulai dari Rp100 ribu per potong hingga Rp300 ribu/potong," katanya.
Mereka antara lain berasal dari Tiongkok dan Oman, mengamati cara membatik, seni budaya asli Indonesia yang sudah dikenal di dunia.
Yolanda salah satu mahasiswa perwakilan dari Tiongkok, mengatakan, sangat tertarik dengan cara membatik, yang ternyata prosesnya sangat panjang dan rumit.
"Saya kagum dan tertarik batik Indonesia ini. Batik Solo budaya tradisional Indonesia yang proses pembuatannya sangat panjang dan rumit," kata Yolanda di sela belajar membatik di perajin Puspa Kencana Laweyan Solo.
Menurut Yolanda tertarik Batik Indonesia karena memiliki corak yang bervariasi dan banyak sekali. Batik ternyata sangat rumit mulai dari menggambar di kain, memberikan pewarnaan, pengeringan, dan sebagainya.
"Namun, saya tertarik dengan batik Indonesia. Saya dalam kesempatan ini, ingin belajar membatik." kata Yolanda mahasiswi asal Beijing International Studies University (BISU) Tiongkok.
Menurut Yolanda, pembuatan kain tradisional di Tiongkok tidak ada proses membatik seperti di Indonesia. Batik Tiongkok menggunakan cap semuanya, sehingga prosesnya semuanya dengan mesin.
"Saya awalnya tertarik batik saat melihat di toko-toko Solo, dan kemudian ingin melihat langsung prosesnya di tempat kerajinan Batik Laweyan ini," katanya.
Aisha mahasiswa asal Oman mengatakan Batik Indonesia seni budaya tradisional yang memiliki karakteristik, sehingga prosesnya sangat rumit dan panjang.
"Saya di Solo selain mengenal dan belajar membatik, juga seni budaya lainnya yang cukup unik," kata Aisha.
Diana Ariawan perajin batik Puspa Kencana Laweyan Solo mengatakan kegiatan belajar membatik yang dilakukan mahasiswa UNS dan asing sudah sering dilakukan. Mereka sekarang dari Tiongkok, Oman, dan sebelumnya dari Korea dan Jepang.
"Saya sangat bangga bisa mengenalkan tradisi budaya Indonesia melalui kegiatan belajar membatik dari mahasiswa negara lain, sehingga dapat dikenal di seluruh Dunia," kata Diana.
Menurut Diana kerajinan batik Puspa Kencana berlangsung sejak 1974 hingga sekarang secara turun temurun dari nenek moyangnya.
Menurut dia, batik produksinya berupa lukis dan tulis sehingga prosesnya sangat panjang dan juga tergantung dengan cuaca. Kemampuan produksi rata-rata hanya 100 potong per bulan. Corak batiknya tergantung permintaan pasar, seperti Riau, Padang, dan Aceh lebih suka warna yang cerah, sedangkan Jawa warna tua seperti cokelat.
"Kami selain melayani pasar lokal, juga sudah ekspor ke Malaysia. Harga bervariasi mulai dari Rp100 ribu per potong hingga Rp300 ribu/potong," katanya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Terpopuler - KULINER
Lihat Juga
Pondok Boedihardjo Borobudur Seleksi Pendongeng untuk Lestarikan Dongeng Bocah
12 February 2017 12:08 WIB, 2017