Akses ke perbankan ternyata bukan satu-satunya yang membuat seseorang enggan berurusan dengan lembaga keuangan itu. Kadang, efisiensi waktu, kemudahan, dan rasa aman juga bisa membuat seseorang lebih mempercayakan urusannya dengan perbankan kepada orang lain.
Seseorang yang tidak mampu secara ekonomi, meski tinggal di kota, lebih rela mengeluarkan biaya untuk membayar orang lain dalam menyelesaikan urusannya dengan perbankan, misalnya, untuk membayar listrik, air, atau keperluan sehari-hari lainnya.
Perkembangan ilmu dan teknologi pada saat ini sepatutnya dapat mengatasi masalah tersebut. Artinya, masyarakat di manapun harus bisa memiliki akses ke perbankan dengan mudah, cerdas, dan aman.
Kalaupun karena kesibukannya dan lebih berpikir praktis membuat masyarakat "malas" pergi ke bank, maka teknologi sepatutnya bisa membantu.
Digitalisasi layanan perbankan bagi masyarakat yang kurang mampu dan mampu harus menjadi keniscayaan. Internet kini makin mudah dijangkau, termasuk penggunaan telepon pintar atau "smartphone" yang jumlahnya makin meningkat.
Bagi perbankan, mendekatkan orang tidak mampu dengan bank memiliki dua sisi positif sekaligus, yakni meringankan beban mereka dan memperluas cakupan nasabah.
Orang miskin di pelosok selama ini ketika berutang membayar bunga sangat mahal kepada rentenir, bahkan bisa mencapai 60 persen per bulan. Meminjam Rp500.000 hanya terima bersih Rp450.000 lalu mengangsur Rp20.000/sehari selama sebulan atau Rp600.000.
Fenomena hubungan masyarakat dengan rentenir itu disebut oleh Wakil Direktur Utama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Djemi Suhenda ternyata menjadi orang miskin itu mahal.
Dengan menggunakan kemajuan teknologi, orang di pelosok pun seharusnya bisa terhubung dengan perbankan. Jarak tidak lagi menjadi kendala sepanjang lokasi tersebut terkoneksi dengan jaringan telekomunikasi.
Kalangan perbankan selama beberapa tahun terakhir, termasuk Bank BTPN, membidik potensi masyarakat itu dalam rangka meningkatkan angka inklusi keuangan, yang kini tengah digencarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Inovasi
Selain melaksanakan layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan ikklusif (Laku Pandai), sejumlah bank juga berinovasi dalam layanan digital perbankan.
Bank BTPN memiliki layanan "BTPN Wow" sejak Maret 2015 dalam berpartisipasi di Laku Pandai. Dalam produk ini nasabah masih perlu menghubungi agen yang ditunjuk bank, tidak bertransaksi dan mengelola keuangannya sendiri.
Djemi menyatakan "BTPN Wow" memang menyasar kelompok bawah yang selama ini belum terlayani bank. Dengan mengandalkan jaringan telekomunikasi, produk ini menyasar kelompok berpenghasilan Rp1 juta-Rp3 juta per bulan.
Keunggulan produk tersebut, kata Djemi, antara lain, kemudahan membuka rekening melalui layanan telepon seluler sederhana. Kemudian, tidak ada biaya administrasi, tanpa saldo minimum, bisa bayar tagihan listrik dan air dari rumah, bisa digunakan transfer antarbank.
Bagi yang ingin berbisnis, "BTPN Wow" pun memberi peluang untuk menjadi agen. Terus bertambahnya jumlah agen sejak diluncurkan hampir dua tahun lalu menjadi bukti produk tersebut juga memberi manfaat nyata bagi banyak orang untuk meraih penghasilan.
Sukses tersebut diapresiasi majalah Fortune 2016 yang memasukkan Bank BTPN, melalui "BTPN Wow", di peringkat 44 dari 50 perusahaan yang mengubah dunia pada 2016.
Bersamaan dengan itu, BTPN juga mengeluarkan produk yang diberi nama "Jenius" sejak Agustus 2016. Produk ini sama dengan tabungan. Nasabah tidak perlu datang ke kantor bank untuk membuka rekening, cukup memanfaatkan "smartphone" berbasis Android maupun iOS.
Jenius merupakan sebuah revolusi dalam bidang perbankan dengan proses digitalisasi yang dimulai sejak awal. Pengguna dapat melakukan pembukaan rekening, mengatur limit kartu, blokir dan buka blokir kartu, serta manajemen keuangan secara swalayan.
Produk tersebut bukan domper digital atau uang elektronik, bukan aplikasi "mobile banking", pengguna dapat menikmati bunga dari saldo simpanan dan tidak memiliki saldo minimum.
Menurut Djemi, produk tersebut, yang sama dengan tabungan, menawarkan suku bunga yang kompetitif dibandingkan dengan tabungan biasa dan dilengkapi dengan fitur seperti Dream Saver yang dapat membantu nasabah mencapai impiannya.
Selain itu, fitur $Cashtag yang merupakan pengganti nomor rekening, Pay Me yang membuat meminta uang sama mudahnya dengan mengirim uang, Send It untuk mengirimkan uang, Pay Bill untuk membayar tagihan, Split Bill untuk membagi tagihan dan Save It yang memiliki bunga menarik.
Juga fitur Card Center, di mana pengguna dapat menentukan banyaknya kartu debit yang ingin dimiliki, dan One Touch yang memungkinkan pengguna untuk "login" ke akun Jenius melalui sidik jari.
"Setiap hari aplikasi Jenius diunduh ribuan orang. Kami optimistis produk ini terus berkembang," kata Djemi kepada redaktur media cetak dan "online" di Bali awal Februari lalu.
Untuk sementara, Jenius baru melayani wilayah Jabodetabek. "Dalam waktu dekat menyusul provinsi-provinsi lain," katanya.
Salah satu tantangan untuk mengembangkan produk tersebut, katanya, adalah dukungan jaringan dan koneksi internet serta peraturan mengenai "know your customer" atau kenali nasabah yang membuat pengguna produk harus tetap bertemu dengan pihak perbankan, khususnya dalam menyerahkan kartu Jenius.
Menuju Akses Perbankan yang Mudah, Cerdas, dan Aman
Rabu, 8 Februari 2017 14:00 WIB
Wakil Direktur Utama Bank BTPN Djemi Suhenda. Foto: ANTARAJATENG.COM/Achmad Zaenal M
Pewarta : Achmad Zaenal M & Ahmad Buchor
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Ratusan pendukung PSIS sempat blokade akses masuk Stadion Jatidiri Semarang
12 December 2024 6:09 WIB