Pedagang Buah Bandungan Jajakan Kelengkeng Impor
Rabu, 8 Februari 2017 17:29 WIB
Semarang, ANTARA JATENG - Sejumlah pedagang buah Pasar Bandungan, Kabupaten Semarang, menjajakan kelengkeng impor dari Thailand karena tanaman kelengkeng setempat belum panen .
"Kalau menunggu kelengkeng lokal panen, setahun hanya sekali dan stoknya tidak bisa diprediksi. Jadi saya membeli kelengkeng impor," kata salah satu pedagang, Sinta, di Bandungan, Kabupaten Semarang, Rabu.
Dia yang sudah 20 tahun berdagang buah di Pasar Bandungan itu, mengatakan bahwa tidak ada perbedaan harga dan kualitas antara kelengkeng produk impor dengan lokal.
Sinta mengatakan tidak hanya menjual dagangannya di daerah sendiri tetapi juga ke luar pulau, seperti Kalimantan, dan Sumatera serta luar negeri di antaranya Belanda, Jepang, dan Tiongkok.
Dia mengakui selalu menjaga kualitas barang dagangannya agar tidak kehilangan pembeli.
"Saya lebih memilih menjual dengan harga yang sedikit mahal namun buahnya masih segar, daripada harga murah namun buahnya stok lama yang hampir busuk," katanya.
Pedagang lain, Tina, mengaku saat ini mendatangkan kelengkeng dari luar negeri karena kelengkeng lokal belum memasuki masa panen.
"Di sini kami menjual kelengkeng, jeruk, apel, pir, anggur, buah naga, dan manggis. Di samping kelengkeng, kami biasanya juga mengimpor buah jeruk dari China," katanya.
Tina mengatakan bahwa harga kelengkeng di pasaran saat ini sedang meningkat. Harga kelengkeng ukuran kecil antara Rp18.000-20.000/kg naik menjadi Rp25.000/kg, sedangkan kelengkeng berukuran besar dari Rp28.000/kg naik menjadi Rp30.000-35.000/kg.
Ia mengatakan pembelinya tidak hanya dari area Kota Semarang, tetapi juga dari Jepara, Jakarta, Malang, bahkan wisatawan dari Belanda yang kebetulan berkunjung ke Bandungan.
"Kalau menunggu kelengkeng lokal panen, setahun hanya sekali dan stoknya tidak bisa diprediksi. Jadi saya membeli kelengkeng impor," kata salah satu pedagang, Sinta, di Bandungan, Kabupaten Semarang, Rabu.
Dia yang sudah 20 tahun berdagang buah di Pasar Bandungan itu, mengatakan bahwa tidak ada perbedaan harga dan kualitas antara kelengkeng produk impor dengan lokal.
Sinta mengatakan tidak hanya menjual dagangannya di daerah sendiri tetapi juga ke luar pulau, seperti Kalimantan, dan Sumatera serta luar negeri di antaranya Belanda, Jepang, dan Tiongkok.
Dia mengakui selalu menjaga kualitas barang dagangannya agar tidak kehilangan pembeli.
"Saya lebih memilih menjual dengan harga yang sedikit mahal namun buahnya masih segar, daripada harga murah namun buahnya stok lama yang hampir busuk," katanya.
Pedagang lain, Tina, mengaku saat ini mendatangkan kelengkeng dari luar negeri karena kelengkeng lokal belum memasuki masa panen.
"Di sini kami menjual kelengkeng, jeruk, apel, pir, anggur, buah naga, dan manggis. Di samping kelengkeng, kami biasanya juga mengimpor buah jeruk dari China," katanya.
Tina mengatakan bahwa harga kelengkeng di pasaran saat ini sedang meningkat. Harga kelengkeng ukuran kecil antara Rp18.000-20.000/kg naik menjadi Rp25.000/kg, sedangkan kelengkeng berukuran besar dari Rp28.000/kg naik menjadi Rp30.000-35.000/kg.
Ia mengatakan pembelinya tidak hanya dari area Kota Semarang, tetapi juga dari Jepara, Jakarta, Malang, bahkan wisatawan dari Belanda yang kebetulan berkunjung ke Bandungan.
Pewarta : Yekti Utami & Aris Wasita
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Cegah rambut rontok, mahasiswa Unsoed bikin sampo dari buah parijoto dan minyak bekatul
10 July 2024 19:02 WIB
Terpopuler - NASIONAL
Lihat Juga
Jateng Bangun Penggilingan Beras Modern Berkapasitas 135.000 ton beras/tahun
07 February 2017 19:24 WIB, 2017