Rembang, ANTARA JATENG - Sejumlah warga di Desa Kadiwono, Tegaldowo, Pasucen, dan Kajar, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah sepakat menjaga situasi yang kondusif di sekitar pabrik PT Semen Indonesia.

"Kami hanya warga di sekitar pabrik semen hidup rukun, saling menghargai dan menghormati, baik yang pro maupun kontra," kata Kepala Desa Kadiwono Ahmad Ridwan di Kabupaten Rembang, Minggu.

Sebagai bukti kesepakatan bersama dalam menjaga situasi yang kondusif itu, keempat kepala desa yang berlokasi paling dekat pabrik semen Rembang telah menandatangani surat pernyataan pada Sabtu (11/2) malam dengan disaksikan tokoh masyarakat dari masing-masing desa.

Keempat kepala desa itu adalah Kepala Desa Kadiwono Ahmad Ridwan, Kepala Desa Kajar Sugiyanto, Kepala Desa Pasucen Salamun, dan Kepala Desa Tegaldowo Suntono.

Ia menyayangkan adanya isu yang berkembang di masyarakat mengenai pembakaran mushalla beserta beberapa alat ibadah di dalamnya saat pembongkaran tenda penolak dan pendukung pabrik semen pada Jumat (10/2).

Menurut dia, pembongkaran tenda dari kedua belah pihak secara bersama-sama oleh warga di sekitar pabrik itu dilakukan dalam rangka menjaga kerukunan dan netralitas warga sekitar pabrik semen Rembang.

"Dalam pembongkaran tersebut, sama sekali tidak ada aksi anarkistis berupa pembakaran musala beserta alat ibadah seperti Alquran, mukena, sajadah, dan sarung karena sebelum pembongkaran warga telah mengamankan barang-barang itu dan saat ini diamankan pihak kepolisian," ujarnya.

Ia mempersilakan warga penolak pabrik semen yang tidak terima dengan adanya pembongkaran tenda itu untuk melapor ke kepolisian.

"Silakan saja melapor ke Polda Jateng, kami punya alat buktinya," ucapnya.

Kepala Desa Tegaldowo Suntono menambahkan, pembongkaran tenda dan bangunan kayu tidak permanen dari kubu penolak dan pendukung pabrik semen di sekat pintu masuk pabrik itu merupakan kesepakatan bersama warga.

"Yang dibakar itu adalah puing-puing bangunan kayu tidak permanen, bukan mushalla seperti yang disebutkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab serta ingin mengadu domba itu," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Laskar Brotoseno Ahmad Akhid menyebutkan bahwa berdasarkan fakta di lapangan tidak ada pembakaran tenda, apalagi bangunan semi permanen yang difungsikan sebagai tempat shalat.

"Yang terjadi adalah pembongkaran, dengan semua isinya diselamatkan lebih dulu," tuturnya.

Ia menegaskan, semua insiden ini sama sekali tidak berkait dengan PT Semen Indonesia karena jika pihak semen ingin melakukannya, pasti sudah sejak awal dilakukan sebagai respon atas tindakan warga penolak semen yang mendirikan tenda.

"Selain itu, warga penolak pabrik semen sering melakukan kegiatan yang tentu saja mengganggu akses masuk keluar ke lokasi pabrik semen," ujarnya.