Rupiah Menguat Menjadi Rp13.312 per Dolar AS
Kamis, 16 Februari 2017 11:29 WIB
Ilustrasi - Nilai Tukar Rupiah Menguat. Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3/16). (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16)
Jakarta, ANTARA JATENG - Nilai tukar rupiah dalam transaksi
antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak naik 19 poin menjadi
Rp13.312 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2017 yang diproyeksikan surplus menjadi salah satu faktor yang menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di area positif.
"Pertumbuhan ekspor diperkirakan masih tinggi, menandakan pengaruh positif dari kenaikan harga komoditas," katanya.
Pemilihan kepala daerah serentak yang berlangsung kondusif, terutama di DKI Jakarta, menurut dia, juga menjadi faktor pendukung.
Kendati demikian, dia mengatakan, ruang apresiasi rupiah terhadap dolar AS kemungkinan terbatas karena pelaku pasar sedang menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia mengenai kebijakan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate).
"Kebijakan BI 7-Day Repo Rate itu cukup penting, ditunggu di tengah potensi inflasi yang naik serta pandangan hawkish Ketua The Fed Janet Yellen mengenai suku bunga acuan (Fed Fund Rate)," katanya.
Selain itu, menurut Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, sentimen mengenai rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan pembaruan pajak masih bisa membuat dolar AS kembali naik.
"Ditambah lagi menjelang penyampaian testimoni The Fed mengenai kebijakan kenaikan suku bunga acuan, itu dapat membuat pergerakan dolar AS kembali terapresiasi di pasar global, termasuk di dalam negeri," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2017 yang diproyeksikan surplus menjadi salah satu faktor yang menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di area positif.
"Pertumbuhan ekspor diperkirakan masih tinggi, menandakan pengaruh positif dari kenaikan harga komoditas," katanya.
Pemilihan kepala daerah serentak yang berlangsung kondusif, terutama di DKI Jakarta, menurut dia, juga menjadi faktor pendukung.
Kendati demikian, dia mengatakan, ruang apresiasi rupiah terhadap dolar AS kemungkinan terbatas karena pelaku pasar sedang menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia mengenai kebijakan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate).
"Kebijakan BI 7-Day Repo Rate itu cukup penting, ditunggu di tengah potensi inflasi yang naik serta pandangan hawkish Ketua The Fed Janet Yellen mengenai suku bunga acuan (Fed Fund Rate)," katanya.
Selain itu, menurut Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, sentimen mengenai rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan pembaruan pajak masih bisa membuat dolar AS kembali naik.
"Ditambah lagi menjelang penyampaian testimoni The Fed mengenai kebijakan kenaikan suku bunga acuan, itu dapat membuat pergerakan dolar AS kembali terapresiasi di pasar global, termasuk di dalam negeri," katanya.
Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024