Pasangan Ahok dalam Pilkada Babel 2007 jadi Saksi
Selasa, 7 Maret 2017 11:16 WIB
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kedua kiri) berbincang dengan kuasa hukumnya saat sidang lanjutan kasus dugaan penistaan agama di auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (21/2/2017). (ANTARA FOTO/Pool/M Agung Rajasa )
Jakarta (ANTARA News) - Eko Cahyono, mantan pasangan Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) dalam Pilkada Bangka Belitung pada 2007, menjadi saksi
yang dihadirkan kuasa hukum Ahok dalam lanjutan sidang kasus penodaan
agama di auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa.
"Pernah jadi calon wakil gubernur dalam pemilihan tahun 2007 di Provinsi Bangka Belitung. Ada lima pasangan calon, saya sama Pak Basuki nomor urut 3," kata Eko saat menjawab pertanyaan dari Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto.
Eko menyatakan pada saat pemilihan itu dirinya menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Ahok sebagai Bupati Belitung Timur.
"Apakah menang saat itu?" tanya Hakim Dwiarso.
"Kalah, kami urutan kedua selisihnya tipis," jawab Eko.
Ia pun menyatakan bahwa dalam Pilkada Bangka Balitung 2007 itu Ahok dan dirinya diusung oleh beberapa partai, misalnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK), dan lain-lain.
"Yang lain partai-partai kecil, saya agak lupa," katanya.
Setelah kekalahan tersebut, dia mengaku Ahok dan dirinya menggugat ke Mahkamah Agung (MA) namun ditolak.
"Waktu itu banyak sekali pemilih kami yang tidak menerima kartu panggilan, di lapangan ditemukan seperti itu," kata Eko.
Ia pun menyatakan setelah kekalahan dalam Pilkada Bangka Belitung 2007, dirinya kembali bekerja sebagai PNS dengan jabatan sekretaris dari salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
"Kalau Pak Basuki mencalonkan diri jadi anggota DPR RI dari Partai Golkar," ucap Eko.
Dalam sidang ke-13 kasus penodaan agama ini, tim kuasa hukum Ahok dijadwalkan memanggil tiga saksi, antara lain, Bambang Waluyo Djojohadikoesoemo, Analta Amier, dan Eko Cahyono.
Ahok dikenai dakwaan alternatif, yakni Pasal 156a dengan ancaman 5 tahun penjara dan Pasal 156 KUHP dengan ancaman 4 tahun penjara.
"Pernah jadi calon wakil gubernur dalam pemilihan tahun 2007 di Provinsi Bangka Belitung. Ada lima pasangan calon, saya sama Pak Basuki nomor urut 3," kata Eko saat menjawab pertanyaan dari Ketua Majelis Hakim Dwiarso Budi Santiarto.
Eko menyatakan pada saat pemilihan itu dirinya menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Ahok sebagai Bupati Belitung Timur.
"Apakah menang saat itu?" tanya Hakim Dwiarso.
"Kalah, kami urutan kedua selisihnya tipis," jawab Eko.
Ia pun menyatakan bahwa dalam Pilkada Bangka Balitung 2007 itu Ahok dan dirinya diusung oleh beberapa partai, misalnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK), dan lain-lain.
"Yang lain partai-partai kecil, saya agak lupa," katanya.
Setelah kekalahan tersebut, dia mengaku Ahok dan dirinya menggugat ke Mahkamah Agung (MA) namun ditolak.
"Waktu itu banyak sekali pemilih kami yang tidak menerima kartu panggilan, di lapangan ditemukan seperti itu," kata Eko.
Ia pun menyatakan setelah kekalahan dalam Pilkada Bangka Belitung 2007, dirinya kembali bekerja sebagai PNS dengan jabatan sekretaris dari salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).
"Kalau Pak Basuki mencalonkan diri jadi anggota DPR RI dari Partai Golkar," ucap Eko.
Dalam sidang ke-13 kasus penodaan agama ini, tim kuasa hukum Ahok dijadwalkan memanggil tiga saksi, antara lain, Bambang Waluyo Djojohadikoesoemo, Analta Amier, dan Eko Cahyono.
Ahok dikenai dakwaan alternatif, yakni Pasal 156a dengan ancaman 5 tahun penjara dan Pasal 156 KUHP dengan ancaman 4 tahun penjara.
Pewarta : Benardy Ferdiansyah
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Kabar rencana pernikahan Ahok hingga kontroversi tes benchmark Huawei
08 September 2018 14:05 WIB, 2018