Umat Katolik Merapi Prosesi Bancak-Doyok Saat Minggu Palma
Minggu, 9 April 2017 15:38 WIB
Para misdinar bersama umat Katolik kawasan Gunung Merapi prosesi Minggu Palma melewati jalan rusak dari Dusun Kajangkoso hingga Gubug Selo Merapi di Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Minggu (9/4). (Foto: ANTARAJATENG
Magelang, ANTARA JATENG - Umat Katolik di kawasan lereng barat Gunung Merapi Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melakukan prosesi Minggu Palma dengan mengusung properti terbuat dari jerami berbentuk boneka yang disebut sebagai bancak-doyok.
Prosesi mereka yang semarak dengan suasana cerah kawasan Merapi, Minggu itu, untuk mengenang Yesus saat disambut umat sebagai raja memasuki Kota Yerusalem dengan menunggang keledai.
Rohaniwan dari Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Romo Antonius Abas Kurnia Andrianto, memimpin prosesi tersebut. Dalam prosesi itu, Romo Kurnia menaiki traktor tangan yang telah dihiasi dengan hiasan dedaunan dan jerami, serta di bagian depan alat pertanian itu dibuat properti berbentuk tikus.
Setiap umat memegang daun palma dalam prosesi. Ratusan siswa dari SMA Tarsisius I Jakarta yang sedang menjalani program "live ini" di desa setempat, ikut dalam prosesi Minggu Palma.
Mereka membawa properti dari jerami berbentuk boneka yang oleh umat setempat dimaksudkan sebagai sosok bancak-doyok. Bancak-doyok adalah figur dalam salah satu tarian tradisional di kawasan itu.
Prosesi digarap secara menarik oleh seniman setempat yang juga pegiat Tim Edukasi Gubug Selo Merapi (GSPi), penyelenggara program "live in" di daerah setempat, Andreas Susanto.
Lagu-lagu rohani Katolik dilantunkan umat dengan iringan tabuhan sejumlah bende, menyemarakkan prosesi Minggu Palma sejauh sekitar satu kilometer melewati jalan rusak karena dilewati truk pengangkut pasir Merapi, dari halaman rumah umat di Dusun Kajangkoso hingga gedung GSPi di Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun.
"Kita bersyukur, mengenang Yesus yang dielu-elukan sebagai raja, memasuki Yerusalem. Yesus sebagai raja dalam hidup kita," kata Romo Kurnia usai memercikkan air suci sebagai tanda pemberkatan atas daun palma yang dibawa setiap umat, sebelum prosesi.
Ia menyebut tentang keteladanan Yesus sebagai pemimpin yang merakyat, berada dalam pergulatan kaum kecil, dan merengkuh mereka untuk beroleh hidup damai.
"Dengan berperan sebagai bancak-doyok, melambangkan Yesus merengkuh orang kecil yang sederhana, agar kita selalu berpengharapan. Sebagai petani pun kita selalu hidup dalam pengharapan, tidak pernah putus asa," katanya. Sebagian besar masyarakat kawasan Gunung Merapi hidup sebagai petani sayuran.
Perayaan Minggu Palma oleh umat setempat, katanya, juga memperkuat iman mereka terhadap Yesus Kristus yang selalu menyertai umat dalam kehidupan sehari-hari.
Seniman Susanto mengatakan mengemas prosesi Minggu Palma melalui arak-arakan umat sambil membawa properti yang warga setempat sebut sebagai bancak-doyok itu, untuk merefleksikan tentang kehadiran sosok pemimpin yang peduli terhadap kaum lemah.
"Raja tidak harus mewah, ini tentang refleksi pemimpin yang harus bersikap sederhana, mencintai kehidupan sebagaimana petani mencintai kehidupan. Properti tikus dihadirkan untuk mengingatkan bahwa hama pertanian tidak perlu dibasmi tetapi dihalau atau dikendalikan karena mereka juga menjadi bagian penting dalam kehidupan di alam ini," katanya.
Prosesi mereka yang semarak dengan suasana cerah kawasan Merapi, Minggu itu, untuk mengenang Yesus saat disambut umat sebagai raja memasuki Kota Yerusalem dengan menunggang keledai.
Rohaniwan dari Gereja Paroki Santa Maria Lourdes Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Romo Antonius Abas Kurnia Andrianto, memimpin prosesi tersebut. Dalam prosesi itu, Romo Kurnia menaiki traktor tangan yang telah dihiasi dengan hiasan dedaunan dan jerami, serta di bagian depan alat pertanian itu dibuat properti berbentuk tikus.
Setiap umat memegang daun palma dalam prosesi. Ratusan siswa dari SMA Tarsisius I Jakarta yang sedang menjalani program "live ini" di desa setempat, ikut dalam prosesi Minggu Palma.
Mereka membawa properti dari jerami berbentuk boneka yang oleh umat setempat dimaksudkan sebagai sosok bancak-doyok. Bancak-doyok adalah figur dalam salah satu tarian tradisional di kawasan itu.
Prosesi digarap secara menarik oleh seniman setempat yang juga pegiat Tim Edukasi Gubug Selo Merapi (GSPi), penyelenggara program "live in" di daerah setempat, Andreas Susanto.
Lagu-lagu rohani Katolik dilantunkan umat dengan iringan tabuhan sejumlah bende, menyemarakkan prosesi Minggu Palma sejauh sekitar satu kilometer melewati jalan rusak karena dilewati truk pengangkut pasir Merapi, dari halaman rumah umat di Dusun Kajangkoso hingga gedung GSPi di Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun.
"Kita bersyukur, mengenang Yesus yang dielu-elukan sebagai raja, memasuki Yerusalem. Yesus sebagai raja dalam hidup kita," kata Romo Kurnia usai memercikkan air suci sebagai tanda pemberkatan atas daun palma yang dibawa setiap umat, sebelum prosesi.
Ia menyebut tentang keteladanan Yesus sebagai pemimpin yang merakyat, berada dalam pergulatan kaum kecil, dan merengkuh mereka untuk beroleh hidup damai.
"Dengan berperan sebagai bancak-doyok, melambangkan Yesus merengkuh orang kecil yang sederhana, agar kita selalu berpengharapan. Sebagai petani pun kita selalu hidup dalam pengharapan, tidak pernah putus asa," katanya. Sebagian besar masyarakat kawasan Gunung Merapi hidup sebagai petani sayuran.
Perayaan Minggu Palma oleh umat setempat, katanya, juga memperkuat iman mereka terhadap Yesus Kristus yang selalu menyertai umat dalam kehidupan sehari-hari.
Seniman Susanto mengatakan mengemas prosesi Minggu Palma melalui arak-arakan umat sambil membawa properti yang warga setempat sebut sebagai bancak-doyok itu, untuk merefleksikan tentang kehadiran sosok pemimpin yang peduli terhadap kaum lemah.
"Raja tidak harus mewah, ini tentang refleksi pemimpin yang harus bersikap sederhana, mencintai kehidupan sebagaimana petani mencintai kehidupan. Properti tikus dihadirkan untuk mengingatkan bahwa hama pertanian tidak perlu dibasmi tetapi dihalau atau dikendalikan karena mereka juga menjadi bagian penting dalam kehidupan di alam ini," katanya.
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor :
Copyright © ANTARA 2024