Delapan Orang Tewas dalam Baku Tembak dengan Abu Sayyaf
Rabu, 12 April 2017 13:55 WIB
Tentara dan polisi Filipina mengawal sandera dari Indonesia Mohammad Safyan setelah ia melarikan diri dari penculik Abu Sayyaf, di Jolo, Sulu di selatan Filipina, Rabu (17/8/2016). (REUTERS/Stringer/cfo)
Manila, ANTARA JATENG- Pasukan Filipina berhasil menewaskan sedikitnya
lima tersangka militan Abu Sayyaf dan menderita kerugian tiga anggota
militer tewas selama baku tembak di provinsi Bohol beberapa hari setelah
peringatan perjalanan yang dikeluarkan negara-negara Barat, kata
pejabat militer, Selasa.
Baku tembak terjadi setelah Kedutaan Amerika Serikat dan Kanada di Manila memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Visayas Tengah, yang mencakup Cebu dan Bohol, di mana kelompok pemberontak mungkin mencoba melakukan penculikan selama Pekan Suci di negara mayoritas Katolik tersebut.
Cebu dan Bohol adalah dua tujuan wisata paling populer di negara itu, jauh dari pulau pertahanan Abu Sayyaf, sebuah kelompok yang dikaitkan dengan ISIS dan dikenal dengan perbuatan pemerasan, pembajakan, dan penculikan untuk meminta tebusan.
Abu Sayyaf saat ini memegang lebih dari dua lusin tawanan di Pulau Jolo wilayah selatan.
"Kami telah menerima laporan bahwa lima dari militan tewas dan kami juga menyita empat senjata api berat milik mereka," kata juru bicara militer Kolonel Edgard Arevalo.
"Tapi sayangnya kami juga kehilangan tiga anggota militer sementara dua lainnya terluka," kata Arevalo menambahkan.
Pasukan keamanan melancarkan operasi setelah menerima laporan intelijen bahwa sebuah kelompok bersenjata berat yang terdiri dari 10 orang terlihat menaiki tiga kapal di sepanjang sungai dari Sitio Ilaya di Kota Inabanga, kata kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano.
Motif kelompok untuk bepergian ke Bohol tidak diketahui. Mereka terpojok dan terisolasi di bagian dari kota.
Awal bulan ini, pasukan pemerintah menewaskan lebih dari 10 gerilyawan Abu Sayyaf dalam upaya untuk membebaskan tawanan Vietnam.
Abu Sayyaf, yang berarti "Pembawa Pedang", awal tahun ini memenggal seorang sandera asal Jerman dan dua tawanan Kanada mengalami nasib yang sama tahun lalu. Mereka dieksekusi ketika tenggat waktu untuk membayar uang tebusan berakhir.
Presiden Rodrigo Duterte mengatakan teroris ISIS sedang mencoba menapakkan pengaruhnya di Filipina bagian selatan yang tengah bergolak, sebuah wilayah yang miskin, terbelakang dan penuh dengan pemberontakan.
Dia telah memohon dengan kelompok separatis Filipina untuk menolak paham ekstremis. Militer telah terlibat dalam serangan berskala besar dengan Abu Sayyaf namun prosesnya telah terhambat oleh kehadiran warga sipil di Pulau Jolo dan Basilan.
Baku tembak terjadi setelah Kedutaan Amerika Serikat dan Kanada di Manila memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Visayas Tengah, yang mencakup Cebu dan Bohol, di mana kelompok pemberontak mungkin mencoba melakukan penculikan selama Pekan Suci di negara mayoritas Katolik tersebut.
Cebu dan Bohol adalah dua tujuan wisata paling populer di negara itu, jauh dari pulau pertahanan Abu Sayyaf, sebuah kelompok yang dikaitkan dengan ISIS dan dikenal dengan perbuatan pemerasan, pembajakan, dan penculikan untuk meminta tebusan.
Abu Sayyaf saat ini memegang lebih dari dua lusin tawanan di Pulau Jolo wilayah selatan.
"Kami telah menerima laporan bahwa lima dari militan tewas dan kami juga menyita empat senjata api berat milik mereka," kata juru bicara militer Kolonel Edgard Arevalo.
"Tapi sayangnya kami juga kehilangan tiga anggota militer sementara dua lainnya terluka," kata Arevalo menambahkan.
Pasukan keamanan melancarkan operasi setelah menerima laporan intelijen bahwa sebuah kelompok bersenjata berat yang terdiri dari 10 orang terlihat menaiki tiga kapal di sepanjang sungai dari Sitio Ilaya di Kota Inabanga, kata kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Eduardo Ano.
Motif kelompok untuk bepergian ke Bohol tidak diketahui. Mereka terpojok dan terisolasi di bagian dari kota.
Awal bulan ini, pasukan pemerintah menewaskan lebih dari 10 gerilyawan Abu Sayyaf dalam upaya untuk membebaskan tawanan Vietnam.
Abu Sayyaf, yang berarti "Pembawa Pedang", awal tahun ini memenggal seorang sandera asal Jerman dan dua tawanan Kanada mengalami nasib yang sama tahun lalu. Mereka dieksekusi ketika tenggat waktu untuk membayar uang tebusan berakhir.
Presiden Rodrigo Duterte mengatakan teroris ISIS sedang mencoba menapakkan pengaruhnya di Filipina bagian selatan yang tengah bergolak, sebuah wilayah yang miskin, terbelakang dan penuh dengan pemberontakan.
Dia telah memohon dengan kelompok separatis Filipina untuk menolak paham ekstremis. Militer telah terlibat dalam serangan berskala besar dengan Abu Sayyaf namun prosesnya telah terhambat oleh kehadiran warga sipil di Pulau Jolo dan Basilan.
Pewarta : Antaranews
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Abu Sayyaf tuntut Rp8,4 miliar untuk pembebasan 5 WNI, Mahfud MD: Baru dapat info dari TV
05 March 2020 16:40 WIB, 2020
Presiden Duterte Minta Abu Sayyaf Hentikan Penculikan dan Mari Berunding
26 November 2016 7:13 WIB, 2016
Kemlu: Empat WNI yang Dibebaskan Abu Sayyaf diserahkan kepada Keluarga
27 September 2016 10:18 WIB, 2016