Awas Sering Gunakan Obat Pereda Nyeri, Risiko Terkena Serangan Jantung
Jumat, 12 Mei 2017 8:44 WIB
Sering menggunaan obat pereda rasa nyeri salah satunya ibuprofen bisa meningkatkan risiko terkena serangan jantung, menurut sebuah studi. (inran.it)
Jakarta, ANTARA JATENG - Penggunaan obat pereda rasa nyeri salah satunya ibuprofen terlalu sering, misalnya sekali dalam seminggu bisa meningkatkan risiko terkena serangan jantung, menurut sebuah studi.
Peneliti dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal British Medical (BMJ) itu mengatakan, peningkatan risiko terkena serangan jantung bisa mencapai 50 persen, di minggu-minggu awal penggunaan.
"Entah diberi resep obat pereda nyeri misalnya ibuprofen ataupun membeli sendiri di apotek, Anda harus waspada risiko (serangan jantung) dan obat-obatan alternatif harus dipertimbangkan," ujar Dr Mike Knapton dari British Heart Foundation.
Sebelumnya, penelitian dari Kanada, Finlandia dan Jerman mengungkapkan hal serupa, bahwa risiko terkena serangan jantung paling tinggi terjadi di minggu awal penggunaan.
Penggunaan dosis tinggi yakni lebih dari 1.200 mg per hari ibuprofen sudah masuk dalam kategori berbahaya.
Hanya saja, para peneliti belum menemukan hubungan sebab-akibat antara obat pereda nyeri dan serangan jantung. Risiko serangan jantung bisa saja berawal dari keluhan yang dialami seseorang lalu dia mengonsumsi obat pereda nyeri, bukan karena obat itu sendiri. Demikian seperti dilansir the Telegraph.
Serangan jantung merupakan kondisi medis serius yang terjadi karena suplai darah ke jantung terhambat. Gejala yang umum dirasakan antara lain sesak nafas, nafas menjadi pendek, rasa cemas berlebih.
(Baca: Golongan darah beritahu risiko munculnya masalah jantung)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Peneliti dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal British Medical (BMJ) itu mengatakan, peningkatan risiko terkena serangan jantung bisa mencapai 50 persen, di minggu-minggu awal penggunaan.
"Entah diberi resep obat pereda nyeri misalnya ibuprofen ataupun membeli sendiri di apotek, Anda harus waspada risiko (serangan jantung) dan obat-obatan alternatif harus dipertimbangkan," ujar Dr Mike Knapton dari British Heart Foundation.
Sebelumnya, penelitian dari Kanada, Finlandia dan Jerman mengungkapkan hal serupa, bahwa risiko terkena serangan jantung paling tinggi terjadi di minggu awal penggunaan.
Penggunaan dosis tinggi yakni lebih dari 1.200 mg per hari ibuprofen sudah masuk dalam kategori berbahaya.
Hanya saja, para peneliti belum menemukan hubungan sebab-akibat antara obat pereda nyeri dan serangan jantung. Risiko serangan jantung bisa saja berawal dari keluhan yang dialami seseorang lalu dia mengonsumsi obat pereda nyeri, bukan karena obat itu sendiri. Demikian seperti dilansir the Telegraph.
Serangan jantung merupakan kondisi medis serius yang terjadi karena suplai darah ke jantung terhambat. Gejala yang umum dirasakan antara lain sesak nafas, nafas menjadi pendek, rasa cemas berlebih.
(Baca: Golongan darah beritahu risiko munculnya masalah jantung)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Pewarta : Antaranews.com
Editor :
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Guru Besar Kedokteran UNS minta masyarakat waspadai gejala nyeri dada
15 January 2024 15:15 WIB, 2024
Lapas Semarang: Eddy Rumpoko meninggal di Kariadi karena gagal jantung
30 November 2023 15:39 WIB, 2023