Kapolda Jateng Pimpin Apel Akbar Bersama Bangkit Bersatu NKRI
Sabtu, 20 Mei 2017 11:43 WIB
Kepala Polda Jateng Irjen Pol Condro Kirono (tengah) sedang memimpin Apel Bersama Bangkit Bersatu untuk NKRI di depan Plasa Manahan Solo, Sabtu. (Foto: ANTARA JATENG.COM/Bambang Dwi Marwoto)
Solo, ANTARA JATENG - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono memimpin apel akbar bersama "Bangkit Bersama untuk Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)" yang digelar di depan Patung Bung Karno Plaza Manahan Solo, Sabtu.
Apel bersama yang diikuti ribuan orang berbagai elemen masyarakat di Kota Solo tersebut dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh tanggal 20 Mei ini, dengan kegiatan pawai dari depan Plaza Manahan Jalan Adi Sucipto menuju ke Bentang Vastenburg Jenderal Sudirman atau berjarak sekitar emat kilometer.
Kapolda Irjen Pol Condro Kirono dalam kesempatan tersebut mengatakan, pihaknya apresiasi semua unsur yang terlibat dalam kegiatan apel akbar dalam memperingatai Hari Kebangkitan Nasional.
"Kita hari ini, menunjukan kepada leluhur kita bahwa kita bangsa yang tidak melupakan sejarah. Kita tahun berdirinya Indonesia diatas keberagaman, suku, agama, ras antargolongan adalah takdir. Kita tahu dari Aceh sampai Papua 1.340 suku yang menghuni," kata Kapolda.
Menurut Kapolda sebagai warga negara sudah sepakat terbentuknya Negara Indonesia karena keberagaman, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi harga mati.
Bangsa Indonesia berdiri merdeka, kata Kapolda, karena dua faktor yakni internal dari 1.340 suku yang sudah bosan dijajah, sedangkan Budi Utomo pada 1908 mulai bergolakan untuk menentang penjajah.
Bahkan, Sumpah Pemuda pada 1928 lebih melekatkan kembali kepada Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai pemuda, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Selebes, Jong Maluku, Jong Papua, Jong Sulawesi, semuanya sepakat bahwa bangsa yang satu Indonesia.
"Tanah Air Kita satu Tanah Air Indonesia, dan Bahasa kita satu Bahasa Indonesia," ujar Kapolda, menegaskan.
Menurut Kapolda pada 1945 Bung Soekarno dan Hatta telah mengikrarkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan Sabtu ini, warga Kota Solo dan sekitarnya berdiri di depan monumen patung Bung Karno. Beliau melihat bahwa warga Indonesia tidak pernah melupakan sejarah.
Pada 1945 Bangsa Indonesia merdeka karena suda sepakat mengusir penjajah baik Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Setelah kemerdekaan diisi bagaimana untuk mensejahteraan rakyat Indonesia.
"Kita walaupun berdiri di atas keberagaman. Pancasila sudah final sebagai ideologi kita, dan tidak boleh ada yang mengubah, karena dapat mengayomi keberagaman, serta kebijakannya Kebhinekaan," tuturnya.
Oleh karena itu, Kapolda mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga Pancasila yang menjadi ideologi untuk mengayomi keberagaman Bangsa Indonesia.
"Pada zaman dahulu musuh kita bagaimana bisa mengusir penjajah, dan sekarang musuh kita bagaimana bisa mensejahterakan rakyat," kata Kapolda.
Menurut dia, jangan malah justru setelah reformasi identitas-identotas aliran muncul yang ingin mementingkan kelompok sendiri. Hal itu, harus direduksi, dan rakyat sudah sepakat momentum ini, bangkit bersama bersatu untuk NKRI.
"Mari kita jaga dan rawat NKRI. Kita harus rawat keberagaman, dan yang kecil kita lindungi serta yang besar kita hargai," ujar Kapolda.
Apel bersama yang diikuti ribuan orang berbagai elemen masyarakat di Kota Solo tersebut dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh tanggal 20 Mei ini, dengan kegiatan pawai dari depan Plaza Manahan Jalan Adi Sucipto menuju ke Bentang Vastenburg Jenderal Sudirman atau berjarak sekitar emat kilometer.
Kapolda Irjen Pol Condro Kirono dalam kesempatan tersebut mengatakan, pihaknya apresiasi semua unsur yang terlibat dalam kegiatan apel akbar dalam memperingatai Hari Kebangkitan Nasional.
"Kita hari ini, menunjukan kepada leluhur kita bahwa kita bangsa yang tidak melupakan sejarah. Kita tahun berdirinya Indonesia diatas keberagaman, suku, agama, ras antargolongan adalah takdir. Kita tahu dari Aceh sampai Papua 1.340 suku yang menghuni," kata Kapolda.
Menurut Kapolda sebagai warga negara sudah sepakat terbentuknya Negara Indonesia karena keberagaman, sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi harga mati.
Bangsa Indonesia berdiri merdeka, kata Kapolda, karena dua faktor yakni internal dari 1.340 suku yang sudah bosan dijajah, sedangkan Budi Utomo pada 1908 mulai bergolakan untuk menentang penjajah.
Bahkan, Sumpah Pemuda pada 1928 lebih melekatkan kembali kepada Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai pemuda, Jong Java, Jong Sumatera, Jong Selebes, Jong Maluku, Jong Papua, Jong Sulawesi, semuanya sepakat bahwa bangsa yang satu Indonesia.
"Tanah Air Kita satu Tanah Air Indonesia, dan Bahasa kita satu Bahasa Indonesia," ujar Kapolda, menegaskan.
Menurut Kapolda pada 1945 Bung Soekarno dan Hatta telah mengikrarkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan Sabtu ini, warga Kota Solo dan sekitarnya berdiri di depan monumen patung Bung Karno. Beliau melihat bahwa warga Indonesia tidak pernah melupakan sejarah.
Pada 1945 Bangsa Indonesia merdeka karena suda sepakat mengusir penjajah baik Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Setelah kemerdekaan diisi bagaimana untuk mensejahteraan rakyat Indonesia.
"Kita walaupun berdiri di atas keberagaman. Pancasila sudah final sebagai ideologi kita, dan tidak boleh ada yang mengubah, karena dapat mengayomi keberagaman, serta kebijakannya Kebhinekaan," tuturnya.
Oleh karena itu, Kapolda mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tetap menjaga Pancasila yang menjadi ideologi untuk mengayomi keberagaman Bangsa Indonesia.
"Pada zaman dahulu musuh kita bagaimana bisa mengusir penjajah, dan sekarang musuh kita bagaimana bisa mensejahterakan rakyat," kata Kapolda.
Menurut dia, jangan malah justru setelah reformasi identitas-identotas aliran muncul yang ingin mementingkan kelompok sendiri. Hal itu, harus direduksi, dan rakyat sudah sepakat momentum ini, bangkit bersama bersatu untuk NKRI.
"Mari kita jaga dan rawat NKRI. Kita harus rawat keberagaman, dan yang kecil kita lindungi serta yang besar kita hargai," ujar Kapolda.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor :
Copyright © ANTARA 2024