Umat Konghucu Pekalongan Gelar Ritual Pek Cun
Rabu, 31 Mei 2017 6:59 WIB
Sejumlah warga keturunan Tionghoa memainkan Liong di depan perahu naga saat perayaan Peh Cun di Pantai Pasir Kencana, Pekalongan, Jawa Tengah Sabtu (20/6). Perayaan Peh Cun menjadi ungkapan syukur masyarakat keturunan Tionghoa kepada Tuhan YME serta
Pekalongan, ANTARA JATENG - Umat Konghucu Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menggelar tradisi ritual Pek Cun di Objek Wisata Pasir Kencana, Selasa.
Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Bratayana Ongkowijaya di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa Pek Cun atau Tuan merupakan tuntunan kitab suci umat Konghucu untuk melakukan ibadah besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Ritual ini dilakukan pada saat fenomena alam mengalami disharmoni, yaitu di mana kondisi letak tata surya, khususnya antara matahari, bulan, dan bumi dalam keadaan khusus, yaitu saling tarik menarik magnet alami yang berakibat pada bumi mengalami kondisi ekstrem," katanya.
Ia mengatakan pada kondisi ekstrem tersebut, umat Konghucu harus ingat, bahwa manusia bukan apa-apa di bagian alam ini, sedangkan kejadian alam tidak dimaknai dengan hukuman.
Ritual Pek Cun, kata dia, dimulai kirab sesaji dengan diiringi barongsai yang dibawakan oleh perkumpulan Naga Mas, kemudian dilanjutkan dengan doa dan lomba menegakkan telur.
"Selanjutnya pada sore hari, ritual dilanjutkan dengan melarung sebuah replika perahu atau sedekah laut," katanya.
Wakil Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz berharap tradisi Pek Cun dapat menjadi promosi wisata tersendiri di daerah setempat yang nantinya dapat menumbuhkan perekonomian warga.
"`Event` ini langka karena ritual Pek Cun sudah menjadi tradisi dan budaya warga Kota Pekalongan," katanya.
Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Bratayana Ongkowijaya di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa Pek Cun atau Tuan merupakan tuntunan kitab suci umat Konghucu untuk melakukan ibadah besar kepada Tuhan Yang Maha Esa.
"Ritual ini dilakukan pada saat fenomena alam mengalami disharmoni, yaitu di mana kondisi letak tata surya, khususnya antara matahari, bulan, dan bumi dalam keadaan khusus, yaitu saling tarik menarik magnet alami yang berakibat pada bumi mengalami kondisi ekstrem," katanya.
Ia mengatakan pada kondisi ekstrem tersebut, umat Konghucu harus ingat, bahwa manusia bukan apa-apa di bagian alam ini, sedangkan kejadian alam tidak dimaknai dengan hukuman.
Ritual Pek Cun, kata dia, dimulai kirab sesaji dengan diiringi barongsai yang dibawakan oleh perkumpulan Naga Mas, kemudian dilanjutkan dengan doa dan lomba menegakkan telur.
"Selanjutnya pada sore hari, ritual dilanjutkan dengan melarung sebuah replika perahu atau sedekah laut," katanya.
Wakil Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz berharap tradisi Pek Cun dapat menjadi promosi wisata tersendiri di daerah setempat yang nantinya dapat menumbuhkan perekonomian warga.
"`Event` ini langka karena ritual Pek Cun sudah menjadi tradisi dan budaya warga Kota Pekalongan," katanya.
Pewarta : Kutnadi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Penganut Konghucu di Solo lepas ratusan burung dan ikan jelang Imlek
08 January 2023 18:46 WIB, 2023
Matakin: Umat Konghucu tidak boleh Melupakan Orang-Orang Berjasa pada kita
08 February 2016 16:16 WIB, 2016