Tujuh Gunungan Hasil Bumi jadi Rebutan Ratusan Warga dalam Grebeg Syawal
Senin, 26 Juni 2017 15:26 WIB
ilustrasi grebeg (rebeg)
Yogyakarta, ANTARA JATENG - Ratusan warga dari berbagai daerah berebut
Lima Gunungan "Grebeg Syawal" dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di
halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, Senin.
Dalam acara Grebeg Syawal, 1 Syawal 1950 AJ (tahun Jawa) tersebut, tujuh gunungan hasil bumi yang terdiri atas gunungan kakung, puteri, gepak, darat, pawuhan dan dua gunungan jaler diarak ratusan prajurit dari Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Lima di antaranya diarak menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sedangkan dua gunungan lainnya menuju Kantor Kepatihan dan Puro Pakualaman.
Ratusan warga yang sudah menunggu langsung berlari memperebutkan isi gunungan itu, tidak terkecuali wisatawan mancanegara, beberapa waktu setelah selesai didoakan oleh penghulu Keraton Ngayogyakarta di serambi masjid Gedhe.
Menurut Tepas Keprajuritan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonegoro gunungan berupa hasil bumi yang dibagikan kepada masyarakat merupakan simbol sedekah raja kepada rakyatnya sekaligus wujud rasa syukur raja Sultan HB X terhadap Allah SWT.
"Secara historis gunungan itu merupakan sedekah raja kepada rakyatnya sebagai rasa syukur raja kepada Allah SWT," kata dia.
Grebeg Syawal sendiri, kata dia, lebih tepatnya adalah perayaan telah selesainya bulan Ramadan.
"Karena Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam, Grebeg selalu dilakukan memperingati hari-hari besar Islam, selain Grebeg Syawal, juga ada Grebeg Besar dan Grebeg Maulud," kata dia.
Dalam acara Grebeg Syawal, 1 Syawal 1950 AJ (tahun Jawa) tersebut, tujuh gunungan hasil bumi yang terdiri atas gunungan kakung, puteri, gepak, darat, pawuhan dan dua gunungan jaler diarak ratusan prajurit dari Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Lima di antaranya diarak menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sedangkan dua gunungan lainnya menuju Kantor Kepatihan dan Puro Pakualaman.
Ratusan warga yang sudah menunggu langsung berlari memperebutkan isi gunungan itu, tidak terkecuali wisatawan mancanegara, beberapa waktu setelah selesai didoakan oleh penghulu Keraton Ngayogyakarta di serambi masjid Gedhe.
Menurut Tepas Keprajuritan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Raden Tumenggung Kusumonegoro gunungan berupa hasil bumi yang dibagikan kepada masyarakat merupakan simbol sedekah raja kepada rakyatnya sekaligus wujud rasa syukur raja Sultan HB X terhadap Allah SWT.
"Secara historis gunungan itu merupakan sedekah raja kepada rakyatnya sebagai rasa syukur raja kepada Allah SWT," kata dia.
Grebeg Syawal sendiri, kata dia, lebih tepatnya adalah perayaan telah selesainya bulan Ramadan.
"Karena Keraton Yogyakarta merupakan kerajaan Islam, Grebeg selalu dilakukan memperingati hari-hari besar Islam, selain Grebeg Syawal, juga ada Grebeg Besar dan Grebeg Maulud," kata dia.
Pewarta : Luqman Hakim
Editor :
Copyright © ANTARA 2024