Tingkatkan Kualitas Produksi, Banyak UKM Perlukan Standardisasi
Kamis, 14 September 2017 15:04 WIB
Kepala Bidang Akreditasi Produk, Pelatihan, dan Personal BSN Donny Purnomo Januardhi Effyandono saat memberikan penjelasan di acara lokakarya. (Foto: ANTARAJATENG.COM/Aris Wasita Widiastuti)
Solo, ANTARA JATENG - Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyatakan proses standardisasi untuk produk usaha kecil dan menengah (UKM) jangan dianggap sebagai regulasi pengawasan tetapi untuk meningkatkan kualitas produk.
"Mengenai proses standardisasi ini banyak UKM yang memerlukan stadardisasi, UKM itu kadang menghadapi masalah, keinginannya produk UKM bisa dijual secara ritel dan bisa diterima di pasar modern tetapi terkadang kualitas masih menjadi masalah," kata Kepala Bidang Akreditasi Produk, Pelatihan, dan Personal BSN Donny Purnomo Januardhi Effyandono di acara Lokakarya Spin Off Pemasaran Produk Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Dunia Industri Melalui Pameran Internasional di Hotel Best Western Solo, Kamis.
Ia mengatakan akan sulit bagi UKM untuk menjual produk secara ritel di pasar-pasar modern jika tidak ada fasilitasi dari pemerintah terkait standardisasi kualitas. Menurut dia, standardisasi ini sebagai bentuk pernyataan bahwa produk yang dihasilkan oleh pelaku UKM layak dijual di pasar modern.
"Ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah supaya produk UKM punya jaminan bahwa produk layak dijual. Dari sisi pemerintah sedang mengubah strategi," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar masyarakat khususnya pelaku UKM agar menganggap bahwa standardisasi adalah bagian dari infrastruktur.
"Artinya standar adalah piranti yang harus digunakan oleh pemerintah untuk memfasilitasi supaya industri itu besar. Sebelum ini jadi aturan harus dipastikan (UKM, red) yang kecil tidak jadi menderita," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya juga berharap adanya keterlibatan dari perguruan tinggi untuk ikut meneliti dan mengembangkan produk UKM agar siap dihilirisasi.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS Ari Setiawan mengatakan melalui kegiatan tersebut pihaknya ingin memperkenalkan kepada peserta lokakarya bahwa UNS mempunyai suatu badan yang bertugas untuk memberikan pelayanan dalam pengembangan unit usaha dan mengoptimalkan perolehan sumber-sumber pendanaan universitas bagi peneliti-peneliti yang produknya siap untuk dihilirisasi.
Selain itu, dikatakannya, kegiatan tersebut bertujuan agar peserta mampu menciptakan iklim pengembangan inovasi teknologi
dari produk hasil riset yang siap dikomersialkan dan dapat dipasarkan di masyarakat.
"Selain itu juga mampu mengembangkan peran dan fungsi penelitian dalam penerapan dan penguasaan teknologi guna mewujudkan industri nasional yang kuat dan berdaya saing secara internasional," katanya.
"Mengenai proses standardisasi ini banyak UKM yang memerlukan stadardisasi, UKM itu kadang menghadapi masalah, keinginannya produk UKM bisa dijual secara ritel dan bisa diterima di pasar modern tetapi terkadang kualitas masih menjadi masalah," kata Kepala Bidang Akreditasi Produk, Pelatihan, dan Personal BSN Donny Purnomo Januardhi Effyandono di acara Lokakarya Spin Off Pemasaran Produk Hasil Penelitian dan Pengabdian pada Dunia Industri Melalui Pameran Internasional di Hotel Best Western Solo, Kamis.
Ia mengatakan akan sulit bagi UKM untuk menjual produk secara ritel di pasar-pasar modern jika tidak ada fasilitasi dari pemerintah terkait standardisasi kualitas. Menurut dia, standardisasi ini sebagai bentuk pernyataan bahwa produk yang dihasilkan oleh pelaku UKM layak dijual di pasar modern.
"Ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah supaya produk UKM punya jaminan bahwa produk layak dijual. Dari sisi pemerintah sedang mengubah strategi," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya berharap agar masyarakat khususnya pelaku UKM agar menganggap bahwa standardisasi adalah bagian dari infrastruktur.
"Artinya standar adalah piranti yang harus digunakan oleh pemerintah untuk memfasilitasi supaya industri itu besar. Sebelum ini jadi aturan harus dipastikan (UKM, red) yang kecil tidak jadi menderita," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya juga berharap adanya keterlibatan dari perguruan tinggi untuk ikut meneliti dan mengembangkan produk UKM agar siap dihilirisasi.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNS Ari Setiawan mengatakan melalui kegiatan tersebut pihaknya ingin memperkenalkan kepada peserta lokakarya bahwa UNS mempunyai suatu badan yang bertugas untuk memberikan pelayanan dalam pengembangan unit usaha dan mengoptimalkan perolehan sumber-sumber pendanaan universitas bagi peneliti-peneliti yang produknya siap untuk dihilirisasi.
Selain itu, dikatakannya, kegiatan tersebut bertujuan agar peserta mampu menciptakan iklim pengembangan inovasi teknologi
dari produk hasil riset yang siap dikomersialkan dan dapat dipasarkan di masyarakat.
"Selain itu juga mampu mengembangkan peran dan fungsi penelitian dalam penerapan dan penguasaan teknologi guna mewujudkan industri nasional yang kuat dan berdaya saing secara internasional," katanya.
Pewarta : Aris Wasita Widiastuti
Editor :
Copyright © ANTARA 2024