Sergab, Bulog Semarang Andalkan 12 Mitra Loyal
Kamis, 19 Oktober 2017 8:31 WIB
Semarang - Kepala Bulog Subdivre Semarang Gatot Hendro Waluyo (kanan) memberikan penjelasan kepada rombongan tim penanggung jawab program Serap Gabah (Sergab) yang dipimpin Teddy Rachmat Muliady (dua dari kanan) dari Kementerian Pertanian saat meninj
Semarang, ANTARA JATENG - Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre Semarang mengandalkan 12 mitra loyal untuk Program Serap Gabah (Sergab) dari seluruh mitra yang tersebar di Semarang, Salatiga, Demak, Kendal, dan Grobogan.
"Kami sebenarnya punya 43 mitra, tinggal 12 mitra yang masih bisa diandalkan," kata Kepala Bulog Subdivre Semarang Gatot Hendro Waluyo, di sela tinjauan Tim Pengawal Sergab dari Kementerian Pertanian, di Semarang, Rabu.
Dia menyebutkan, target penyerapan gabah hingga September 2017 sebesar 80 persen baru tercapai 77,8 persen yang diakuinya memang terkendala beberapa faktor, seperti bahan yang menipis hingga ada mitra yang tidak semuanya loyal.
Apalagi, kata dia, gabah yang dihasilkan petani di Purwodadi dan Demak contohnya tidak hanya diambil mitra setempat, melainkan dari daerah lain, seperti Pati, Sragen hingga Jawa Barat karena faktor bahan yang menipis.
"Harga di pasaran, dengan bahan yang sedikit tentu menjadi naik. Ya, masih ada mitra-mitra kami yang loyal, seperti di Depok, Purwodadi ada empat mitra masih jalan, kemudian beberapa mitra juga di Demak," katanya pula.
Hendro menegaskan pihaknya akan terus berupaya memaksimalkan target penyerapan dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk mendorong para mitra untuk lebih loyal demi terwujud ketahanan pangan nasional.
Kepala Bulog Divre Jawa Tengah Djoni Nur Ashari mengakui masih kurang serapan gabah, hingga 17 Oktober 2017 menunjukkan serapan 347.701 ton atau 57 persen dari telah ditetapkan untuk provinsi ini sebanyak 602.275 ton.
"Kami terus lakukan upaya persuasif ke penggilingan-penggilingan padi karena kondisi sekarang memang masih paceklik. Belum ada panen raya lagi. Memang masih ada yang panen, tetapi sifatnya `spot-spot` tertentu," katanya.
Siklus pengadaan di Jateng, kata dia, dua sepertiganya memang berada pada periode Maret-Juni, dan sepertiganya periode Juli-September, sehingga periode Oktober mulai memasuki paceklik hingga siklus panen berikutnya.
"Saya tiap hari keliling ke penggilingan yang masih ada stok, harga bisa masuk. Jateng kan tidak hanya mikir untuk Jateng, tetapi mengirim ke luar. Kami sudah mengirim 42 ribu ton ke Aceh, Medan, Padang, dan Kalimantan," katanya pula.
Penanggung Jawab Sergap Jateng untuk wilayah Subdivre Semarang dan Surakarta dari Pusat Pendidikan Pertanian Kementan Teddy Rachmat Muliady mengatakan penyerapan gabah di Jateng secara keseluruhan masih rendah.
"Makanya, kami terus lakukan dorongan dan percepatan. Semarang memang yang paling tinggi serapannya untuk Jateng, namun kan harus menyeluruh. Tiga minggu ini kami turun ke wilayah-wilayah untuk mendorong percepatan," katanya lagi.
Dia menyebutkan, diawali dari Pekalongan, Pati, Surakarta, kemudian sekarang di Semarang, dilanjutkan di Kedu, dan terakhir Banyumas untuk mendorong penyerapan beras di Jateng bisa mencapai target yang ditetapkan hingga akhir tahun ini.
"Potensi di Semarang seperti disampaikan tadi sebenarnya masih besar, tapi banyak yang lari keluar. Kami cari seperti apa persoalannya, sebab potensi panen Oktober-November 2017 masih memungkinkan," kata dia.
"Kami sebenarnya punya 43 mitra, tinggal 12 mitra yang masih bisa diandalkan," kata Kepala Bulog Subdivre Semarang Gatot Hendro Waluyo, di sela tinjauan Tim Pengawal Sergab dari Kementerian Pertanian, di Semarang, Rabu.
Dia menyebutkan, target penyerapan gabah hingga September 2017 sebesar 80 persen baru tercapai 77,8 persen yang diakuinya memang terkendala beberapa faktor, seperti bahan yang menipis hingga ada mitra yang tidak semuanya loyal.
Apalagi, kata dia, gabah yang dihasilkan petani di Purwodadi dan Demak contohnya tidak hanya diambil mitra setempat, melainkan dari daerah lain, seperti Pati, Sragen hingga Jawa Barat karena faktor bahan yang menipis.
"Harga di pasaran, dengan bahan yang sedikit tentu menjadi naik. Ya, masih ada mitra-mitra kami yang loyal, seperti di Depok, Purwodadi ada empat mitra masih jalan, kemudian beberapa mitra juga di Demak," katanya pula.
Hendro menegaskan pihaknya akan terus berupaya memaksimalkan target penyerapan dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk mendorong para mitra untuk lebih loyal demi terwujud ketahanan pangan nasional.
Kepala Bulog Divre Jawa Tengah Djoni Nur Ashari mengakui masih kurang serapan gabah, hingga 17 Oktober 2017 menunjukkan serapan 347.701 ton atau 57 persen dari telah ditetapkan untuk provinsi ini sebanyak 602.275 ton.
"Kami terus lakukan upaya persuasif ke penggilingan-penggilingan padi karena kondisi sekarang memang masih paceklik. Belum ada panen raya lagi. Memang masih ada yang panen, tetapi sifatnya `spot-spot` tertentu," katanya.
Siklus pengadaan di Jateng, kata dia, dua sepertiganya memang berada pada periode Maret-Juni, dan sepertiganya periode Juli-September, sehingga periode Oktober mulai memasuki paceklik hingga siklus panen berikutnya.
"Saya tiap hari keliling ke penggilingan yang masih ada stok, harga bisa masuk. Jateng kan tidak hanya mikir untuk Jateng, tetapi mengirim ke luar. Kami sudah mengirim 42 ribu ton ke Aceh, Medan, Padang, dan Kalimantan," katanya pula.
Penanggung Jawab Sergap Jateng untuk wilayah Subdivre Semarang dan Surakarta dari Pusat Pendidikan Pertanian Kementan Teddy Rachmat Muliady mengatakan penyerapan gabah di Jateng secara keseluruhan masih rendah.
"Makanya, kami terus lakukan dorongan dan percepatan. Semarang memang yang paling tinggi serapannya untuk Jateng, namun kan harus menyeluruh. Tiga minggu ini kami turun ke wilayah-wilayah untuk mendorong percepatan," katanya lagi.
Dia menyebutkan, diawali dari Pekalongan, Pati, Surakarta, kemudian sekarang di Semarang, dilanjutkan di Kedu, dan terakhir Banyumas untuk mendorong penyerapan beras di Jateng bisa mencapai target yang ditetapkan hingga akhir tahun ini.
"Potensi di Semarang seperti disampaikan tadi sebenarnya masih besar, tapi banyak yang lari keluar. Kami cari seperti apa persoalannya, sebab potensi panen Oktober-November 2017 masih memungkinkan," kata dia.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Indonesia sergap kapal ikan ilegal berbendera Malaysia di Selat Malaka
18 April 2021 11:48 WIB, 2021
Terealisasi 72,5 Persen, Sergap Bulog Banyumas Kesulitan Penuhi Target
04 December 2017 10:35 WIB, 2017
Latihan Tempur Sergap 2016 untuk Pengamanan Pertahanan Udara Nasional
08 August 2016 13:13 WIB, 2016
DPR Berharap Kabareskrim Baru Sergap Dalang Kebakaran Hutan di Sumatera
07 September 2015 8:06 WIB, 2015