Gus Sholah: Hari Santri Jangan Upacara Saja
Minggu, 22 Oktober 2017 14:15 WIB
Sholahudin Wahid (kedua kiri) (ANTARA/Rosa Panggabean)
Jombang, ANTARA JATENG - Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur, KH Sholahudin Wahid mengatakan bahwa para santri
saat memperingati hari santri jangan hanya dengan upacara saja, tapi
juga harus meningkatkan kemampuan diri untuk siap bersaing.
"Tidak ada kata lain, harus belajar yang rajin, banyak membaca. Hari santri jangan hanya diperingati dengan upacara saja, tapi yang awal harus belajar," katanya di Jombang, saat dikonfirmasi terkait dengan hari santri, Minggu.
Ia mengatakan, pondok pesantren saat ini banyak yang sudah maju. Namun, semua masih harus dikembangkan, salah satu contohnya di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang. Di pesantren ini ia merasa masih harus ditingkatkan berbagai fasilitasnya serta kualitas sumber daya manusia, sehingga siap berdaya saing.
"Di Tebuireng perlu ditingkatkan lagi mudah-mudahan secepatnya baik. Ini juga harus terjadi pada semua pesantren. Jika ingin baik, semua tergantung pesantrennya, kemampuan guru, kesadaran pengasuh pesantren serta murid," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah ini.
Memperingati Hari Santri 2017, di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, digelar berbagai macam kegiatan. Sebelumnya, telah digelar kegiatan seminar tentang resolusi jihad, membedah pemikiran dan perjuangan KH Hasyim Asyari yang dihadiri sejumlah tokoh penting lainnya pada Sabtu (21/10). Selain Gus Sholah, juga hadir Ketua MPR Zulkifli Hasan, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi, mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan serta pakar sejarah Ali Haidar.
Setelahnya, juga digelar "Istigatsah kubro" serta parade selawat banjari dan Ishari Cukir. Acara tersebut juga dilanjutkan dengan pembacaan kilas resolusi jihad oleh KH Sholeh Qosim yang merupakan pejuang hizbullah.
Rangkaian peringatan hari santri juga masih dilanjutkan dengan kegiatan apel bersama di terminal kawasan makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Acaara itu juga diikuti ratusan santri putra maupun putri serta dari berbagai badan otonom Nahdlatul Ulama.
Dalam kegiatan tersebut, juga digelar drama kolosal perjuangan, seni bela diri dan dilanjutkan dengan kirab resolusi jihad. Kegiatan itu dilakukan di sepanjang jalan protokol dekat dengan Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang.
"Dari Pesantren Tebuireng memang sudah mengagendakan untuk peringatan Hari Santri. Beberapa agenda yang kami lakukan seperti parade selawat banjari dan ishari, setelah selesai langsung kilas resolusi jihad. Pada Minggu ini, kami mengadakan apel bersama dengan disertai drama kolosal perjuangan dan seni bela diri dan dilanjutkan kirab resolusi jihad," kata Kepala Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang Iskandar.
"Tidak ada kata lain, harus belajar yang rajin, banyak membaca. Hari santri jangan hanya diperingati dengan upacara saja, tapi yang awal harus belajar," katanya di Jombang, saat dikonfirmasi terkait dengan hari santri, Minggu.
Ia mengatakan, pondok pesantren saat ini banyak yang sudah maju. Namun, semua masih harus dikembangkan, salah satu contohnya di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang. Di pesantren ini ia merasa masih harus ditingkatkan berbagai fasilitasnya serta kualitas sumber daya manusia, sehingga siap berdaya saing.
"Di Tebuireng perlu ditingkatkan lagi mudah-mudahan secepatnya baik. Ini juga harus terjadi pada semua pesantren. Jika ingin baik, semua tergantung pesantrennya, kemampuan guru, kesadaran pengasuh pesantren serta murid," kata pria yang akrab disapa Gus Sholah ini.
Memperingati Hari Santri 2017, di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, digelar berbagai macam kegiatan. Sebelumnya, telah digelar kegiatan seminar tentang resolusi jihad, membedah pemikiran dan perjuangan KH Hasyim Asyari yang dihadiri sejumlah tokoh penting lainnya pada Sabtu (21/10). Selain Gus Sholah, juga hadir Ketua MPR Zulkifli Hasan, Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Yudian Wahyudi, mantan Menteri Agama KH Tolchah Hasan serta pakar sejarah Ali Haidar.
Setelahnya, juga digelar "Istigatsah kubro" serta parade selawat banjari dan Ishari Cukir. Acara tersebut juga dilanjutkan dengan pembacaan kilas resolusi jihad oleh KH Sholeh Qosim yang merupakan pejuang hizbullah.
Rangkaian peringatan hari santri juga masih dilanjutkan dengan kegiatan apel bersama di terminal kawasan makam mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. Acaara itu juga diikuti ratusan santri putra maupun putri serta dari berbagai badan otonom Nahdlatul Ulama.
Dalam kegiatan tersebut, juga digelar drama kolosal perjuangan, seni bela diri dan dilanjutkan dengan kirab resolusi jihad. Kegiatan itu dilakukan di sepanjang jalan protokol dekat dengan Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang.
"Dari Pesantren Tebuireng memang sudah mengagendakan untuk peringatan Hari Santri. Beberapa agenda yang kami lakukan seperti parade selawat banjari dan ishari, setelah selesai langsung kilas resolusi jihad. Pada Minggu ini, kami mengadakan apel bersama dengan disertai drama kolosal perjuangan dan seni bela diri dan dilanjutkan kirab resolusi jihad," kata Kepala Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang Iskandar.
Pewarta : Destyan Hendri Sujarwoko/ Asmaul Chusna
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
PH: Gus Sholah cendekiawan muslim, nasionalis yang santun dan moderat
03 February 2020 9:39 WIB, 2020