Jakarta, ANTARA JATENG - Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo,
menegaskan, Indonesia bisa saja menolak pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E bila yang dikirim Rusia tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang diinginkan TNI AU sebagai pengguna.
"Apabila pesawat tempur Sukhoi yang datang tidak sesuai dengan spek
yang diminta kepala staf TNI AU, maka saya perintahkan untuk dibatalkan,
kalau diterima berarti saya dan kepala staf TNI AU melaksanakan
insubkordinasi kepada Presiden Joko Widodo," kata Nurmantyo, di
Cijantung, Jakarta Timur, Selasa.
Dalam keterangan
pers Pusat Penerangan TNI, di Jakarta, Selasa, dia katakan itu usai
meresmikan pembangunan perumahan, sarana pendidikan dan barak prajurit
hasil kerja sama PT BCA Tbk dengan TNI, di Markas Komando Batalion
Kavaleri 7/Serbuan Khusus, di Cijantung, Jakarta Timur.
TNI akan membeli 11 unit pesawat tempur Sukhoi Su-35 Flanker E sesuai persyaratan teknis yang diajukan TNI AU.
Laiknya
pengadaan oleh instansi negara, pihak pemakai alias operator hanya
boleh mengungkapkan spesifikasi teknis dari produk atau sistem yang
diinginkan, tanpa sekalipun menyebut merek, tipe, varian, dan
sebagainya.
Spesifikasi teknis inilah yang
kemudian diajukan kepada negara melalui mekanisme pengadaan yang telah
ditentukan. Pelanggaran dalam hal ini bisa berujung pada pemberian
sanksi bagi pelaku.
"Dalam rapat terbatas, Presiden Joko Widodo
sudah memerintahkan agar pesawat tempur yang dibeli adalah pesawat
Sukhoi Su-35 yang siap tempur," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Sukhoi Su-35 Flanker E yang akan
datang sudah dalam kondisi siap tempur dan dilengkapi sistem
kesenjataan (peluru kendali udara-ke-udara, udara-ke-darat, bom darat),
sistem pendukung, simulator, suku cadang, dan mesin cadangan.
Yang
terakhir ini sangat vital karena usia pakai sistem kesenjataan buatan
Rusia umum dikenal lebih pendek ketimbang buatan Barat.
"Kalau tidak sesuai dengan spesifikasi jangan diterima. Semoga 11
pesawat Sukhoi yang akan datang sudah dilengkapi sesuai dengan
persenjataan yang butuhkan TNI AU, hal ini yang menjadi motivasi TNI
dalam membeli pesawat tempur dari Rusia," kata Nurmantyo.
Terkait pembelian sistem persenjataan TNI, Nurmantyo menjelaskan, selain membeli Sukhoi Su-35 Flanker E dari Rusia, TNI juga sudah membeli pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dan helikopter AH-64 Apache dari Boeing, Amerika Serikat, yang semuanya dilengkapi dengan persenjataan.
Secara terpisah, pejabat tinggi di lingkungan TNI juga menyebut-nyebut akan wacana pengadaan pesawat angkut berat C-130J Hercules baru untuk TNI AU. Inilah varian terkini C-130 Hercules yang memiliki flight management system terkini, berbasis glass cockpit dan fly-by-wire system.
Semua sistem persenjataan itu diproses sejak masa
pemerintahan Presiden Susilo Yudhoyono, untuk memenuhi skema Kekuatan
Esensial Minimum fase II (2014-2019).