Pertamina Uji Keunggulan Dexlite untuk Mesin Diesel
Selasa, 21 November 2017 17:01 WIB
Region Manager Retail Fuel Marketing PT Pertamina MOR IV Iin Febrian (memegang bendera) saat melepas keberangkatan dua unit bus PO Sinar Jaya untuk melaksanakan uji komparasi Dexlite dan Biosolar di Cikarang, Bekasi, Selasa (21/11) (Foto: ANTARAJATEN
Cikarang, Bekasi, ANTARA JATENG - PT Pertamina Marketing Operating Region (MOR) IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menguji keunggulan bahan bakar dexlite dibanding biosolar pada mesin solar.
Pengujian itu dilakukan menggunakan dua unit bus armada PO Sinar Jaya yang diberangkatkan dari pangkalan bus yang terletak di Cikarang, Bekasi, Selasa.
"Uji komparasi ini dilakukan antara bahan bakar jenis dexlite dan biosolar yang bersubsidi," kata Region Manager Retail Fuel Marketing PT Pertamina MOR IV Iin Febrian, usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Runtest Dexlite di Pangkalan PO Sinar Jaya.
Dua armada yang dijadikan sarana uji komparasi adalah bus Mercedez Benz Double Decker dan Hino RN yang akan menempuh rute Pulo Gebang-Pekalongan dan Cikarang-Pekalongan sejauh 20 ribu kilometer.
Ia menjelaskan uji komparasi itu dilakukan dengan menggandeng LAPI (Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri) Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pihak independen.
Dengan uji komparasi dua jenis bahan bakar solar itu, kata dia, akan diketahui keunggulan dexlite terhadap mesin diesel yang selama ini terus berinovasi menyesuaikan perkembangan teknologi.
"Dexlite memiliki kandungan Cetane Number 51, Sulfur Content maksimal 1.200 ppm, dan punya Aditif Detergensi, sementara Biosolar memiliki kandungan Cetane Number 48 dan Sulfur Content 2.500 ppm," katanya.
Sebagai informasi, kata dia, kandungan sulfur yang semakin tinggi pada mesin diesel merupakan musuh utama karena dampaknya yang menyebabkan korosi, kerak, penyumbatan filter, dan memengaruhi kadar emisi gas buang.
Artinya, Iin menambahkan uji komparasi itu juga untuk mengedukasi pelanggan mengenai jenis bahan bakar minyak (BBM) yang berkualitas, ramah lingkungan, dan menyesuaikan teknologi permesinan.
Konsultan Senior BBM dan Pelumas LAPI Tri Yus Wijayanto mengatakan uji komparasi itu akan melihat dan mengamati semua parameter teknis kendaraan untuk mengetahui kemampuan masing-masing bahan bakar.
"Supaya tidak ada pertanyaan dan keraguan lagi, misalnya tingkat keiritan. Kalau kendaraan kosong dan jalan mendatar kan irit, misalnya begitu. Jadi, ada alat yang sebenarnya sudah di-`support` pabrikan di kendaraan modern, tetapi jarang orang awam tahu fungsinya," katanya.
Ia mencontohkan kemampuan alat bawaan mobil modern untuk membaca seberapa banyak BBM yang diinjeksikan ke silinder, kecepatan piston, termasuk berapa koreksi yang harus diberikan jika terjadi perubahan.
Proses uji komparasi itu, kata dia, juga sudah disiapkan matang oleh PO Sinar Jaya selaku pemilik armada, seperti penggantian semua filter oli dan menguras semua isi tangki bahan bakar sebelum diisi Dexlite atay Biosolar.
Secara teknis, Yus menyebutkan dua armada tersebut akan kembali ke pangkalan setiap menempuh 5.000 km untuk dilakukan pengecekan, sebagaimana pola perawatan rutin yang selama ini dilakukan PO Sinar Jaya.
Sementara itu, Presiden Direktur PO Sinar Jaya Teddy Rusli mengatakan perusahaan itu sudah beroperasi sejak 35 tahun lalu, termasuk prosedur pemeliharaan rutin setiap armada menempuh jarak 5.000 km.
Diakuinya, uji komparasi Dexlite dan Biosolar itu penting bagi pengusaha otobus karena bisa mengetahui secara ilmiah keunggulan yang memengaruhi efisiensi dan "maintenance" armada.
"Bahan bakar naik saya pikir tidak akan berpengaruh jika ternyata Dexlite mampu menghasilkan efisiensi yang lebih dan pola `maintenance` yang lebih lama," katanya.
Hasil uji komparasi itu akan diumumkan setelah melewati 20 ribu km atau kurang lebih satu bulan mendatang, khususnya kepada Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) dan Organisasi Angkutan Darat (Organda). ***1***
(U.KR-ZLS/B/B012/B012) 21-11-2017 16:37:06
Pengujian itu dilakukan menggunakan dua unit bus armada PO Sinar Jaya yang diberangkatkan dari pangkalan bus yang terletak di Cikarang, Bekasi, Selasa.
"Uji komparasi ini dilakukan antara bahan bakar jenis dexlite dan biosolar yang bersubsidi," kata Region Manager Retail Fuel Marketing PT Pertamina MOR IV Iin Febrian, usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Runtest Dexlite di Pangkalan PO Sinar Jaya.
Dua armada yang dijadikan sarana uji komparasi adalah bus Mercedez Benz Double Decker dan Hino RN yang akan menempuh rute Pulo Gebang-Pekalongan dan Cikarang-Pekalongan sejauh 20 ribu kilometer.
Ia menjelaskan uji komparasi itu dilakukan dengan menggandeng LAPI (Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri) Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai pihak independen.
Dengan uji komparasi dua jenis bahan bakar solar itu, kata dia, akan diketahui keunggulan dexlite terhadap mesin diesel yang selama ini terus berinovasi menyesuaikan perkembangan teknologi.
"Dexlite memiliki kandungan Cetane Number 51, Sulfur Content maksimal 1.200 ppm, dan punya Aditif Detergensi, sementara Biosolar memiliki kandungan Cetane Number 48 dan Sulfur Content 2.500 ppm," katanya.
Sebagai informasi, kata dia, kandungan sulfur yang semakin tinggi pada mesin diesel merupakan musuh utama karena dampaknya yang menyebabkan korosi, kerak, penyumbatan filter, dan memengaruhi kadar emisi gas buang.
Artinya, Iin menambahkan uji komparasi itu juga untuk mengedukasi pelanggan mengenai jenis bahan bakar minyak (BBM) yang berkualitas, ramah lingkungan, dan menyesuaikan teknologi permesinan.
Konsultan Senior BBM dan Pelumas LAPI Tri Yus Wijayanto mengatakan uji komparasi itu akan melihat dan mengamati semua parameter teknis kendaraan untuk mengetahui kemampuan masing-masing bahan bakar.
"Supaya tidak ada pertanyaan dan keraguan lagi, misalnya tingkat keiritan. Kalau kendaraan kosong dan jalan mendatar kan irit, misalnya begitu. Jadi, ada alat yang sebenarnya sudah di-`support` pabrikan di kendaraan modern, tetapi jarang orang awam tahu fungsinya," katanya.
Ia mencontohkan kemampuan alat bawaan mobil modern untuk membaca seberapa banyak BBM yang diinjeksikan ke silinder, kecepatan piston, termasuk berapa koreksi yang harus diberikan jika terjadi perubahan.
Proses uji komparasi itu, kata dia, juga sudah disiapkan matang oleh PO Sinar Jaya selaku pemilik armada, seperti penggantian semua filter oli dan menguras semua isi tangki bahan bakar sebelum diisi Dexlite atay Biosolar.
Secara teknis, Yus menyebutkan dua armada tersebut akan kembali ke pangkalan setiap menempuh 5.000 km untuk dilakukan pengecekan, sebagaimana pola perawatan rutin yang selama ini dilakukan PO Sinar Jaya.
Sementara itu, Presiden Direktur PO Sinar Jaya Teddy Rusli mengatakan perusahaan itu sudah beroperasi sejak 35 tahun lalu, termasuk prosedur pemeliharaan rutin setiap armada menempuh jarak 5.000 km.
Diakuinya, uji komparasi Dexlite dan Biosolar itu penting bagi pengusaha otobus karena bisa mengetahui secara ilmiah keunggulan yang memengaruhi efisiensi dan "maintenance" armada.
"Bahan bakar naik saya pikir tidak akan berpengaruh jika ternyata Dexlite mampu menghasilkan efisiensi yang lebih dan pola `maintenance` yang lebih lama," katanya.
Hasil uji komparasi itu akan diumumkan setelah melewati 20 ribu km atau kurang lebih satu bulan mendatang, khususnya kepada Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) dan Organisasi Angkutan Darat (Organda). ***1***
(U.KR-ZLS/B/B012/B012) 21-11-2017 16:37:06
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor :
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Dexlite dan Pertamina Dex jadi rujukan batas emisi Euro 4 resmi ditetapkan
12 April 2022 14:30 WIB, 2022
Pertamina beri cashback 50 persen untuk 10.000 angkot yang isi Pertalite dan Dexlite tiap hari
03 May 2020 13:40 WIB, 2020
Pertamina Terus Sosialisasasikan Dexlite ke Pengusaha Angkutan Umum
09 November 2016 13:51 WIB, 2016
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB