London, ANTARA JATENG - Sosok Nyai Ontosoroh dalam karya klasik "Bumi
Manusia" Pramoedya Ananta Toer ditampilkan dalam pertunjukan seni
kontemporer musikal dan tari bertajuk "Ontosoroh" di London dalam
rangkaian Festival Europalia Indonesia di gedung kesenian bergengsi
Kings Place,, Sabtu malam.
"Saya bangga bisa ikut ambil bagian
dalam Festival Europalia Indonesia yang digelar di London," ujar
komposer yang merangkap pesinden atau vokalis dalam pertunjukkan
Ontosoroh, Peni Candra Rini, kepada Antara London sebelum pertunjukkan
dimulai pada pukul 8 malam waktu Inggris.
Sekitar 150 penonton,
yang sebagian besar warga Inggris, terpukau dengan penampilan
"Ontosoroh" yang dibawakan penari Ade Suharto, koreografer asal
Indonesia yang telah menjadi warga Australia. Ia membawakan tarian itu
dengan lenggak lenggok tubuhnya diiringi gamelan yang dimainkan musisi
dari ISI Surakarta.
Ontosoroh merupakan proyek musik dan tarian
kolaboratif antara Peni Candra Rini, sang pesinden yang juga komposer
kontemporer wanita Indonesia jebolan ISI Surakarta, bersama Ade Suharto
yang berbasis di Melbourne serta tiga musisi dari Surakarta, Jawa
Tengah.
Peni sukses menggabungkan teknik vokal tradisional dan
kontemporer, seperti lagu-lagu Jawa klasik, tembang, ditulisnya dalam
bahasa Jawa puitis dan bahasa sehari-hari, serta vokal eksperimental
yang eksploratif.
Sementara Ade menggambarnya dari kosakata gaya
tari Jawa klasik membentuk arus narasi karya yang diilhami oleh
karakter Nyai Ontosoroh dari novel Boemi Manoesia oleh Pramoedya Ananta
Toer, penulis Indonesia yang dicekal dan dipenjara di Pulau Buru.
Ontosoroh
mewakili munculnya suara baru yang radikal dalam budaya Indonesia,
suara-suara yang membuka jalan bagi nasionalisme yang berkembang di
Indonesia dan kemerdekaan selanjutnya.
Sebagai wanita yang
tinggal dan bekerja lebih dari satu abad sejak zaman Ontosoroh,
kolaborasi Peni dan Ade menafsirkan penokohan wanita secara global yang
sangat inspiratif pada pascareformasi sastra Indonesia melalui lensa
kontemporer.
Panitia penyelenggara Festival Europalia Indonesia
di Inggris, Sebastian Merrick, kepada Antara London mengakui bahwa
pertunjukkan seni Indonesia di London sangat krusial dalam membuka
wawasan masyarakat Inggris Raya terhadap seni budaya Indonesia yang
dinilainya sangat tinggi seperti halnya pertunjukkan malam ini, yakni
kolaborasi dari dua seniman wanita berkaliber dunia.
"Pertunjukkan yang sangat memukau," ujarnya.
Lain halnya dengan
kesan Caya Fairrie, seorang diaspora Indonesia yang menonton bersama
sang suami mengakui awalnya ragu tentang penggambaran adaptasi Nyai
Ontosoroh ke dalam karya modern.
Sebab, semua yang pernah membaca
buku Boemi Manoesia tahu tentang kekuatan karakter klasik dari karya
literatur sastra yang luar biasa. Tapi ternyata penampilan mereka
membuktikan sebaliknya, ujarnya.
Hal yang sama juga diakui Sammy
Brett, gadis Inggris yang tergabung dalam kelompok gamelan Siswa Sukra
dari South Bank yang pernah tampil di Indonesia dan berguru kepada Peni
Candra Rini. "Luar biasa menyaksikan karya seni adiluhung Ontosoroh ini,
pertunjukkan yang mengagumkan," ujar Sammy Brett, yang bangga
menyaksikan sang guru tampil di London.
Peni Chandra Rini begitu
kuat bingkai vokalnya saat nyinden dan penghayatan Ade Soeharto dalam
mendalami karakter sang nyai sehingga membawa penonton dengan mudah
masuk ke dalam bingkai tersebut dan memvisualisasikan lyrics Peni dalam
gerak tari nya yang sangat menggugah kalbu yang bikin penonton tidak
mungkin berkedip mata.
Rini tidak banyak menampilkan gerak,
melainkan ia total mengedepankan kekuatan vokal. Kedalaman penghayatan
Rini akan setiap kata yang disenandungkannya, membawa penonton pada
suasana kehidupan sosok Nyai Ontosoroh bertahun-tahun lampau.
Sementara
Ade Suharto, permainan gerak tubuh serta mimik wajahnya, seakan
menyimpan misteri. Tatapannya tajam dan dalam. Namun, pada pertengahan
adegan, menuju klimaks, tiba-tiba Ade Suharto berteriak, seperti sedang
melampiaskan sesuatu yang lama terpendam dalam dirinya.
Penampilan berdurasi sekitar satu jam itu berupaya mengungkap dan
mengeksplorasi kekuatan perempuan serta perjuangan mereka dalam meraih
kebebasan.
Sebelumnya, pada sesi pembuka tampil musisi Inggris
Laura Kidd yang sempat menjalani residensi selama tujuh minggu di
Indonesia dalam rangka pertukaran budaya antar kedua negara Indonesia
dan Inggris atas dukungan British Council dan Kemendikbud.
Tembang-tembang
sekembalinya Laura Kidd dari Indonesia yang ditampilkan sebagai
pembuka telah direkam dan akan dirilis Januari tahun depan. Pemilik blog
She Makes War ini mempelajari instrumen tradisional sebagai bagian dari
festival UK/ID oleh British Council di Indonesia.
Para seniman pendukung yang tampil dalam pertunjukan Ontosoroh selain
Peni dan Ade Suharto yaitu Iswanto pemain gamelan, Boby Budi Santoso
dunek gitar dan Pitutur Tustho Gumawang pemain gamelan.(Editor : Suryanto).
Nyai Ontosoroh Karya Pramoedya Ananta Toer Tampil di London
Minggu, 26 November 2017 20:06 WIB
ontosoroh (Pertunjukan "Ontosoroh" di London, Inggris.)
Pewarta : Zeynita Gibbons
Editor :
Copyright © ANTARA 2024