Purwokerto, ANTARA JATENG - Pengeboran sumur panas Bumi untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Baturraden di lereng selatan Gunung Slamet akan dimulai tanggal 15 Desember 2017, kata Area Manager PT Sejahtera Alam Energy (SAE) Bintang Sasongko.

"Pertimbangan untuk segera melaksanakan pengeboran karena telah dilakukan serangkain pemeriksaan," katanya usai acara "Penyampaian Informasi Dimulainya Kegiatan Pengeboran" di Graha Satria, kompleks Sekretariat Daerah Banyumas, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu siang.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pada hari Rabu (13/12) dan Kamis (14/12) dilakukan inspeksi sebelum pengeboran oleh Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sementara untuk mobilisasi alat berat, kata dia, telah dilaksanakan sejak dua bulan lalu melalui jalur Paguyangan, Kabupaten Brebes.

"Peralatan sudah di atas (Gunung Slamet, red.) semua," ujarnya.

Bintang mengatakan sumur pertama yang akan dibor berlokasi di "Well Pad H" dan diberi nama SMT 1.

Menurut dia, pengeboran sumur panas bumi tersebut akan dilakukan oleh sebuah perusahaan asal Amerika Serikat, yakni Halliburton.

Kendati perusahaan tersebut berasal dari Amerika Serikat, dia mengatakan mayoritas atau hampir 95 persen tenaga kerja yang akan diterjunkan dalam pengeboran tersebut berasal dari Indonesia.

"Kebetulan kami bukan ahli bor, SAE kan pengembang, bukan perusahaan pengeboran. Makanya kami melakukan kontrak kepada yang ahli," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan pengeboran tersebut akan dilakukan tegak atau tidak berbelok dan membutuhkan waktu 60 hari.

Dalam hal ini, kata dia, pengeboran tersebut dilakukan untuk mendapatkan data akurat guna membuat "feasibility study" dari eksplorasi menuju eksploitasi.

"Saat ini, Gunung Slamet belum punya data sama sekali. Data temperatur, data `pressure` (tekanan, red) belum ada," katanya.

Ia mengatakan proyek pembangunan PLTPB Baturraden akan tetap berjalan meskipun banyak penolakan dari berbagai pihak.

Sementara saat sosialisasi rencana pengeboran, perwakilan dari Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Bambang Purbianto mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pengeboran dalam proyek pembangunan PLTPB Baturraden karena tidak akan seperti Lapindo maupun mengganggu ketersediaan air tanah.

Menurut dia, hal itu disebabkan pengeboran sumur panas bumi akan dilakukan hingga kedalaman 3.000-3.500 meter sehingga tidak akan mengganggu ketersediaan air tanah.

Dia mencontohkan pengeboran sumur panas bumi di Sokoria, Nusa Tenggara Timur, yang dikenal sebagai daerah sulit air sehingga sempat terjadi penolakan oleh masyarakat.

Akan tetapi setelah dilakukan pendekatan dan saat sekarang telah dilaksanakan pengeboran pertama yang akan berlanjut ke pengeboran kedua, kata dia, air Danau Kelimutu yang ada di sekitar lokasi ternyata tidak kering.

Sosialisasi "Penyampaian Informasi Dimulainya Kegiatan Pengeboran" yang melibatkan perwakilan masyarakat terdampak proyek pembangunan PLTPB Baturraden khususnya Kecamatan Cilongok, Banyumas, sempat diwarnai protes dan penolakan karena proyek tersebut dinilai merusak lingkungan.

Dalam hal ini, proyek pembangunan PLTPB Baturraden dinilai telah membuat air sejumlah aliran sungai termasuk sumber air minum masyarakat menjadi keruh sejak satu tahun lalu.

Bahkan, sejumlah masyarakat dari wilayah terdampak proyek pembangunan PLTPB Baturraden menggelar unjuk rasa di depan kompleks Setda Banyumas.