PKB Jateng ajak masyarakat lawan gerakan intoleransi
Selasa, 13 Februari 2018 20:04 WIB
Semarang - Kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Tengah menggelar aksi damai untuk mengajak masyarakat melawan berbagai gerakan intoleransi. (Foto:Wisnu Adhi N.) (Foto:Wisnu Adhi N./)
Semarang (Antaranews Jateng) - Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Provinsi Jawa Tengah mengajak masyarakat melawan berbagai gerakan intoleransi di beberapa daerah yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kami mengajak masyarakat Indonesia dan di Jateng khususnya untuk tidak takut melawan gerakan intoleransi," kata Koordinator Lapangan Mahfudz Shodiq di sela aksi damai yang berlangsung di Jalan Pahlawan Semarang, Selasa.
Para peserta aksi damai terlihat membagikan bunga mawar dan mengatakan kalimat "Kami Tidak Takut!" kepada sejumlah pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut.
Bunga mawar dipilih sebagai simbol kedamaian agar tidak lagi terjadi tragedi kekerasan antarumat di Indonesia.
Menurut dia, aksi damai ini merupakan inisiatif dari para pemuda PKB sebagai wujud kritikan keras terhadap gerakan intoleransi yang menyerang tokoh agama di beberapa daerah.
"Tindak kekerasan dan persekusi yang menimpa Biksu Mulyanto Nurhalim di Kabupaten Tangerang dan penganiayaan terhadap jemaat Gereja Santa Ludwina, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi tamparan bagi kita semua," ujarnya.
Sekretaris DPW PKB Jateng Sukirman menambahkan atas peristiwa tersebut pihaknya menyesalkan seluruh kebiadaban yang sarat dengan sentimen keagamaan.
DPW PKB Jateng ingin mengingatkan pemerintah, pemuka agama, dan ormas-ormas keagamaan bahwa potret nyata kerukunan antarumat beragama itu terletak di tingkat akar rumput.
"Kerukunan antarumat beragama tidak cukup hanya dibangun secara simbolik-elitis dalam acara-acara pertemuan antaragama," katanya.
Kendati demikian, Sukirman mengapresiasi inisiatif pemerintah dan para pemuka agama untuk duduk bersama membangun kesepahaman tentang etika lintas umat demi kerukunan bangsa.
Selain itu, aparat keamanan diminta mewaspadai dan mencegah pola-pola gangguan keamanan yang menyasar tokoh-tokoh agama serta menggunakan sentimen keagamaan untuk memecah belah umat beragama, sekaligus menghancurkan kerukunan di tingkat akar rumput.
"Terkait dengan tahun politik, kami mengingatkan agar seluruh tahapan pilkada dijauhkan dari penggunaan segala macam cara untuk mempolitisasi sentimen primordial, khususnya agama untuk kepentingan jangka pendek," ujarnya.
"Kami mengajak masyarakat Indonesia dan di Jateng khususnya untuk tidak takut melawan gerakan intoleransi," kata Koordinator Lapangan Mahfudz Shodiq di sela aksi damai yang berlangsung di Jalan Pahlawan Semarang, Selasa.
Para peserta aksi damai terlihat membagikan bunga mawar dan mengatakan kalimat "Kami Tidak Takut!" kepada sejumlah pengguna jalan yang melintas di kawasan tersebut.
Bunga mawar dipilih sebagai simbol kedamaian agar tidak lagi terjadi tragedi kekerasan antarumat di Indonesia.
Menurut dia, aksi damai ini merupakan inisiatif dari para pemuda PKB sebagai wujud kritikan keras terhadap gerakan intoleransi yang menyerang tokoh agama di beberapa daerah.
"Tindak kekerasan dan persekusi yang menimpa Biksu Mulyanto Nurhalim di Kabupaten Tangerang dan penganiayaan terhadap jemaat Gereja Santa Ludwina, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi tamparan bagi kita semua," ujarnya.
Sekretaris DPW PKB Jateng Sukirman menambahkan atas peristiwa tersebut pihaknya menyesalkan seluruh kebiadaban yang sarat dengan sentimen keagamaan.
DPW PKB Jateng ingin mengingatkan pemerintah, pemuka agama, dan ormas-ormas keagamaan bahwa potret nyata kerukunan antarumat beragama itu terletak di tingkat akar rumput.
"Kerukunan antarumat beragama tidak cukup hanya dibangun secara simbolik-elitis dalam acara-acara pertemuan antaragama," katanya.
Kendati demikian, Sukirman mengapresiasi inisiatif pemerintah dan para pemuka agama untuk duduk bersama membangun kesepahaman tentang etika lintas umat demi kerukunan bangsa.
Selain itu, aparat keamanan diminta mewaspadai dan mencegah pola-pola gangguan keamanan yang menyasar tokoh-tokoh agama serta menggunakan sentimen keagamaan untuk memecah belah umat beragama, sekaligus menghancurkan kerukunan di tingkat akar rumput.
"Terkait dengan tahun politik, kami mengingatkan agar seluruh tahapan pilkada dijauhkan dari penggunaan segala macam cara untuk mempolitisasi sentimen primordial, khususnya agama untuk kepentingan jangka pendek," ujarnya.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Zuhdiar Laeis
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Upaya mencegah virus intoleransi di kawasan pariwisata super prioritas
06 November 2022 21:55 WIB, 2022
Mahfud MD: Keberagaman kita diuji intoleransi dan pemaksaan kehendak
17 November 2021 16:30 WIB, 2021
Aliansi Kebhinnekaan ajak masyarakat Solo bebas intimidasi dan sikap intoleransi
04 February 2019 11:27 WIB, 2019
Peneliti: Medsos berpotensi semai bibit intoleransi dan radikalisme
15 November 2018 20:33 WIB, 2018