Perangkat pemantau Merapi dipastikan berfungsi optimal
Jumat, 1 Juni 2018 15:08 WIB
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar ketika mengunjungi tempat pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan Kabupaten Magelang, pascaletusan Jumat (1/6) pagi. (Foto: Hari Atmoko)
Magelang (Antaranews Jateng) - Berbagai perangkat pemantauan Gunung Merapi yang wilayahnya meliputi beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta hingga saat ini berfungsi dengan optimal, kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Rudy Suhendar.
"Seperti yang dilihat di sini (Pos Babadan Kabupaten Magelang, red.) monitor semua bekerja, terekam dengan baik, yang `di-setting` di puncak yang selama ini kejadian (letusan, red.) tanggal 11 Mei sampai dengan saat ini, itu tidak terganggu," katanya ketika mengunjungi tempat pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan Kecamatan Dukung, Kabupaten Magelang di Magelang, Jumat.
Ia mencontohkan perangkat pemantau seperti CCTV juga bekerja dengan baik atau tidak ada gangguan. Begitu juga dengan berbagai alat lainnya.
Kunjungannya ke pos tersebut yang berjarak sekitar 4,4 kilometer barat daya dari puncak Gunung Merapi dan sebelumnya ke Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi di Yogyakarta, untuk mengecek berbagai perangkat pemantauan perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Rudy yang didampingi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani dan petugas pengamat Gunung Merapi di Pos Babadan Triyono, tiba di tempat itu beberapa jam setelah terjadi letusan Merapi pada pukul 08.20 WIB selama sekitar dua menit dengan ketinggian kolom asap sekitar enam ribu meter dari puncak gunung berapi yang hingga saat ini statusnya di level II atau waspada.
"Semua peralatan kita yang kita miliki bekerja, memonitor terus 24 jam, bekerja dengan baik," katanya.
Pada kesempatan itu, Rudy juga mengatakan bahwa di BPPTK Yogyakarta juga telah dibuka "media center", sebagai tempat penyebaran informasi terkait dengan perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Terkait dengan sosialisasi dan penyebaran informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi, ujarnya, juga dilakukan dengan baik melalui kerja sama dengan setiap pemerintah daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah di sekitar Merapi, lembaga swadaya masyarakat, dan relawan.
"Terus dilakukan oleh BPPTKG, tujuannya supaya semua selalu siap karena ada peningkatan. Kita `open data`. Baik masyarakat, teman media, sumbernya harusnya satu, supaya tidak kabur ke mana-mana," ucapnya.
Ia mengimbau masyarakat, terutama mereka yang tinggal di kawasan Gunung Merapi untuk tetap tenang dan terus meningkatkan kewaspadaan terkait aktivitas Merapi dengan memperhatikan berbagai informasi dari pihak berwenang.
"Masyarakat harus tetap tenang, harus waspada memperhatikan komando-komando dari teman-teman kita yang terus berkomunikasi di antara kita," katanya.
Hingga sekitar pukul 14.50 WIB aktivitas masyarakat sekitar Merapi tetap normal, sejumlah warga lainnya, terutama jajaran relawan, masih memantau Gunung Merapi dari sekitar Pos Babadan.
Situasi di kawasan Merapi cerah sehingga tubuh hingga puncak gunung tersebut terlihat jelas.
"Seperti yang dilihat di sini (Pos Babadan Kabupaten Magelang, red.) monitor semua bekerja, terekam dengan baik, yang `di-setting` di puncak yang selama ini kejadian (letusan, red.) tanggal 11 Mei sampai dengan saat ini, itu tidak terganggu," katanya ketika mengunjungi tempat pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan Kecamatan Dukung, Kabupaten Magelang di Magelang, Jumat.
Ia mencontohkan perangkat pemantau seperti CCTV juga bekerja dengan baik atau tidak ada gangguan. Begitu juga dengan berbagai alat lainnya.
Kunjungannya ke pos tersebut yang berjarak sekitar 4,4 kilometer barat daya dari puncak Gunung Merapi dan sebelumnya ke Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi di Yogyakarta, untuk mengecek berbagai perangkat pemantauan perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Rudy yang didampingi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani dan petugas pengamat Gunung Merapi di Pos Babadan Triyono, tiba di tempat itu beberapa jam setelah terjadi letusan Merapi pada pukul 08.20 WIB selama sekitar dua menit dengan ketinggian kolom asap sekitar enam ribu meter dari puncak gunung berapi yang hingga saat ini statusnya di level II atau waspada.
"Semua peralatan kita yang kita miliki bekerja, memonitor terus 24 jam, bekerja dengan baik," katanya.
Pada kesempatan itu, Rudy juga mengatakan bahwa di BPPTK Yogyakarta juga telah dibuka "media center", sebagai tempat penyebaran informasi terkait dengan perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
Terkait dengan sosialisasi dan penyebaran informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi, ujarnya, juga dilakukan dengan baik melalui kerja sama dengan setiap pemerintah daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah di sekitar Merapi, lembaga swadaya masyarakat, dan relawan.
"Terus dilakukan oleh BPPTKG, tujuannya supaya semua selalu siap karena ada peningkatan. Kita `open data`. Baik masyarakat, teman media, sumbernya harusnya satu, supaya tidak kabur ke mana-mana," ucapnya.
Ia mengimbau masyarakat, terutama mereka yang tinggal di kawasan Gunung Merapi untuk tetap tenang dan terus meningkatkan kewaspadaan terkait aktivitas Merapi dengan memperhatikan berbagai informasi dari pihak berwenang.
"Masyarakat harus tetap tenang, harus waspada memperhatikan komando-komando dari teman-teman kita yang terus berkomunikasi di antara kita," katanya.
Hingga sekitar pukul 14.50 WIB aktivitas masyarakat sekitar Merapi tetap normal, sejumlah warga lainnya, terutama jajaran relawan, masih memantau Gunung Merapi dari sekitar Pos Babadan.
Situasi di kawasan Merapi cerah sehingga tubuh hingga puncak gunung tersebut terlihat jelas.
Pewarta : Maximianus Hari Atmoko
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024