Dalam lakon yang disajikan hingga Selasa(19/6) tengah malam itu, putri Kerajaan Bagdad bernama Johar Manik (Gredina) harus mengalami perjuangan hidup yang sulit karena dituduh berzina oleh guru nujumnya Lukman Hakim (Saparno) melalui surat berisi kabar hoaks kepada bapaknya, Sultan Badarul Kamari (Untung Pribadi).
Joharisman (Widyo Sumpeno), anak lelaki sang sultan yang diperintah menghukum mati Putri Johar Manik, tidak tega melaksanakan perintah itu. Ia kemudian menyelamatkan adiknya itu dengan meninggalkannya di hutan yang ada satu sumber air.
Dalam adegan lain dikisahkan pertemuan Syekh Turijan (Riswoko) dari Kerajaan Ngesam dengan Putri Johar Manik di mata air itu. Mereka kemudian menjadi pasangan suami isteri.
Setelah memiliki anak, sang putri ingin bertemu ayahnya di Bagdad. Tetapi Syekh Turijan tidak bisa mengantar karena Kerajaan Ngesam sedang menghadapi masalah besar.
Johar Manik diantar ke Bagdad oleh Patih Dawil Kasut (Marmujo), namun di tengah jalan sang patih kembali menyatakan cintanya. Sang putri kabur dan bertemu dengan para berandal yang juga menggondanya.
Para berandal tersebut diceritakan baru saja mencuri pakaian kebesaran kerajaan serta mahkota Ratu Maharani (Umi) dari Kerajaan Ngerum.
Oleh karena sayembara yang dibuat Johar Manik, para berandal saling tarung dan pakaian kebesaran Kerajaan Ngerum berhasil diamankan sang putri. Dengan penampilan sebagai lelaki, Johar Manik ke Kerajaan Ngerum untuk mengembalikan pakaian itu kepada Ratu Maharani.
Dikisahkan dalam pementasan yang ditonton dengan saksama oleh masyarakat kawasan Gunung Merapi di desa itu, bahwa Johar Manik meminta juru gambar kerajaan untuk melukis wajahnya dan kemudian menempatkan gambar itu di alun-alun dengan ketentuan siapa saja yang mengagumi lukisan itu harus ditangkap dan dipenjara.
Sultan Badarul Kamari, Syekh Turijan, Patih Dawil Kasut, para berandal diceritakan datang ke alun-alun melihat dan terkagum-kagum terhadap lukisan itu. Begitu juga guru nujum Lukman Hakim datang dan terpesona dengan lukisan itu.
Mereka ditangkap oleh prajurit kerajaan, sedangkan Lukman Hakim juga diadili karena menjadi sumber penderitaan Putri Johar Manik.
"Melalui pentas ketoprak ini, pesan yang hendak disampaikan supaya kita semua menjadi pribadi yang teguh memegang tanggung jawab, amanah, dan menjaga kepercayaan yang disandangnya," kata pemimpin Padeponan Tjipto Boedojo Tutup Ngisor, Sitras Anjilin.
Pada era sekarang di mana beredar banyak kabar tentang apa saja, terutama melalui media sosial hingga ke desa-desa, ujar dia didampingi salah seorang pemain ketoprak itu, Untung Pribadi, masyarakat diajak untuk mencermati kebenaran setiap kabar yang beredar supaya tidak salah dalam mengambil langkah.
"Jangan begitu saja, gampang percaya dengan kabar yang beredar. Harus cek dan ricek, supaya tidak salah dalam mengambil keputusan," ujarnya.
Pementasan kesenian rakyat tersebut sebagai salah satu di antara empat pergelaran kesenian secara turun-temurun dalam setahun yang wajib dilaksanakan seniman petani di panggung padepokan tersebut.
Keempat pementasan wajib tersebut yakni bertepatan dengan perayaan Idul Fitri, tahun baru dalam kalender jawa "Sura", peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, dan peringatan Hari Kemerdekaan RI.