Rumah Arca menjadi tujuan menarik mengenal sejarah
Sabtu, 14 Juli 2018 8:49 WIB
Karninto sedang membersihkan koleksi arca yang ada di Rumah Arca Boyolali (Foto: Aris Wasita)
Boyolali (Antaranews Jateng) - Rumah Arca Boyolali menjadi tujuan menarik untuk mengenal sejarah Keraton Pengging yang terletak di Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
"Tepatnya saat ini ada sebanyak 272 arca yang menjadi koleksi di Rumah Arca Boyolali," kata pengelola Rumah Arca Karninto di Boyolali, Sabtu.
Menurut dia, lebih dari 90 persen jumlah arca ditemukan di Kecamatan Banyudono yang menjadi petilasan keraton yang berhubungan erat dengan keberadaan Keraton Surakarta tersebut.
Ia mengatakan Rumah Arca yang dikelola langsung oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah tersebut cukup memiliki banyak pengunjung baik masyarakat umum maupun pelajar.
"Dalam satu bulan bisa sampai ratusan pengunjung, ada yang sekadar jalan-jalan. Ada juga yang belajar," katanya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, arca yang ada di Rumah Arca tersebut terdiri dari berbagai ukuran. Untuk arca yang paling besar yaitu Ganesha dan Yoni dengan ukuran masing-masing tinggi 153 cm dan 143 cm serta lebarnya 125 cm.
"Untuk arca Ganesa dan Yoni ini ditemukan di lokasi yang sama, yaitu di Kecamatan Musuk," katanya.
Mengenai penemuan arca tersebut, dikatakannya, lebih banyak ditemukan oleh masyarakat. Untuk lokasi penemuannya juga beragam, di antaranya di pinggir jalan, pinggir sungai, dan pelataran rumah warga.
Sebagai apresiasi, pihaknya juga memberikan piagam kepada warga yang telah menemukan dan bersedia melaporkannya kepada BPCB Provinsi Jawa Tengah.
Meski tak menyebutkan tahun penemuannya, Karninto mengatakan untuk data inventarisasi arca yang tercatat oleh BPCB Provinsi Jawa Tengah sudah sejak tahun 1976.
"Semua tercatat dan jumlahnya masih utuh. Hanya memang sejak ada Museum R Hamong Wardoyo, ada 11 koleksi yang ditempatkan di sana. Selebihnya semua ada di Rumah Arca," katanya.
Sebagaimana diketahui, Rumah Arca Boyolali sekitar dua tahun yang lalu dipindahkan dari Taman Kota Sono Kridanggo ke kompleks bangunan bekas Kabupaten Boyolali dalam rangka penataan.
Karninto mengatakan dengan perpindahan tersebut jumlah pengunjung makin banyak karena selain berkunjung ke Rumah Arca, masyarakat juga melihat Rusa Totol yang kandangnya bersebelahan dengan Rumah Arca tersebut.
"Tetapi kalau dari sisi keamanan lebih baik di lokasi sebelumnya karena kan ada teralis besinya. Kalau sekarang lebih terbuka. Sebetulnya keamanan penting untuk menghindari perusakan atau pencurian oleh orang yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Meski demikian sejak menjadi juru pelihara sejak tahun 1991, dikatakannya, belum pernah ada kejadian tidak mengenakkan yang dialami oleh Karninto seperti arca hilang atau rusak.
"Tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat cukup baik. Bahkan ketika memegang mereka juga berhati-hati," katanya.
Mengenai pemeliharaan, dikatakannya, cukup sederhana yaitu hanya disikat dengan menggunakan sikat ijuk dan sapu.
"Saya juga memastikan lokasi terus bersih supaya masyarakat makin tertarik untuk datang dan mereka juga nyaman selama ada di sini," katanya.
"Tepatnya saat ini ada sebanyak 272 arca yang menjadi koleksi di Rumah Arca Boyolali," kata pengelola Rumah Arca Karninto di Boyolali, Sabtu.
Menurut dia, lebih dari 90 persen jumlah arca ditemukan di Kecamatan Banyudono yang menjadi petilasan keraton yang berhubungan erat dengan keberadaan Keraton Surakarta tersebut.
Ia mengatakan Rumah Arca yang dikelola langsung oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah tersebut cukup memiliki banyak pengunjung baik masyarakat umum maupun pelajar.
"Dalam satu bulan bisa sampai ratusan pengunjung, ada yang sekadar jalan-jalan. Ada juga yang belajar," katanya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, arca yang ada di Rumah Arca tersebut terdiri dari berbagai ukuran. Untuk arca yang paling besar yaitu Ganesha dan Yoni dengan ukuran masing-masing tinggi 153 cm dan 143 cm serta lebarnya 125 cm.
"Untuk arca Ganesa dan Yoni ini ditemukan di lokasi yang sama, yaitu di Kecamatan Musuk," katanya.
Mengenai penemuan arca tersebut, dikatakannya, lebih banyak ditemukan oleh masyarakat. Untuk lokasi penemuannya juga beragam, di antaranya di pinggir jalan, pinggir sungai, dan pelataran rumah warga.
Sebagai apresiasi, pihaknya juga memberikan piagam kepada warga yang telah menemukan dan bersedia melaporkannya kepada BPCB Provinsi Jawa Tengah.
Meski tak menyebutkan tahun penemuannya, Karninto mengatakan untuk data inventarisasi arca yang tercatat oleh BPCB Provinsi Jawa Tengah sudah sejak tahun 1976.
"Semua tercatat dan jumlahnya masih utuh. Hanya memang sejak ada Museum R Hamong Wardoyo, ada 11 koleksi yang ditempatkan di sana. Selebihnya semua ada di Rumah Arca," katanya.
Sebagaimana diketahui, Rumah Arca Boyolali sekitar dua tahun yang lalu dipindahkan dari Taman Kota Sono Kridanggo ke kompleks bangunan bekas Kabupaten Boyolali dalam rangka penataan.
Karninto mengatakan dengan perpindahan tersebut jumlah pengunjung makin banyak karena selain berkunjung ke Rumah Arca, masyarakat juga melihat Rusa Totol yang kandangnya bersebelahan dengan Rumah Arca tersebut.
"Tetapi kalau dari sisi keamanan lebih baik di lokasi sebelumnya karena kan ada teralis besinya. Kalau sekarang lebih terbuka. Sebetulnya keamanan penting untuk menghindari perusakan atau pencurian oleh orang yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Meski demikian sejak menjadi juru pelihara sejak tahun 1991, dikatakannya, belum pernah ada kejadian tidak mengenakkan yang dialami oleh Karninto seperti arca hilang atau rusak.
"Tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat cukup baik. Bahkan ketika memegang mereka juga berhati-hati," katanya.
Mengenai pemeliharaan, dikatakannya, cukup sederhana yaitu hanya disikat dengan menggunakan sikat ijuk dan sapu.
"Saya juga memastikan lokasi terus bersih supaya masyarakat makin tertarik untuk datang dan mereka juga nyaman selama ada di sini," katanya.
Pewarta : Aris Wasita
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2025