Pelukis AR Soedarto gelar pameran tunggal
Minggu, 22 Juli 2018 19:56 WIB
Pelukis Ar. Soedarto tengah melihat lukisan yang merupakan lukisan utama miliknya yang dipamerkan pada pameran tunggal seni rupa bertajuk "Bius Rupa Ar. Soedarto" di Museum Kretek Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu (22/7). (FOTO: Akhmad Nazaruddin Lathif)
Kudus (Antaranews Jateng) - Pelukis Ar. Soedarto menggelar pameran tunggal seni rupa bertajuk "Bius Rupa Ar. Soedarto" di Museum Kretek Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, untuk kedua kalinya setelah sepuluh tahun yang lalu juga menggelar pameran serupa.
Sebanyak 19 lukisan hasil karya pria kelahiran Kudus itu, dipamerkan di ruang utama Museum Kretek Kudus yang berlangsung mulai 21-25 Juli 2018.
Menurut Pelukis Ar. Soedarto di Kudus, Minggu, pameran lukisan di Kudus ini merupakan yang kedua, setelah 10 tahun yang lalu dirinya juga menggelar pameran di Kudus.
"Pameran secara keseluruhan, di Kabupaten Kudus ini merupakan pameran tunggal yang kesebelas," ujarnya.
Tema "Bius rupa Ar. Soedarto", katanya, untuk membius seniman dan masyarakat Kudus agar segera bangkit karena selama ini tidak pernah ada pameran lukisan.
Ia menganggap ini merupakan momen untuk bangkit dan meningkatkan perkembangan seni lukis di Kudus. Apalagi, lanjut dia, di Kabupaten Kudus banyak pelukis.
Keberaniannya menggelar pameran tunggal, lanjut dia, salah satunya untuk memantik semangat pelukis di Kabupaten Kudus menggelar kegiatan serupa, agar generasi muda di Kudus juga bisa menikmati keindahan dan makna dari setiap lukisan yang dibuat.
"Laku atau tidak, saya tetap memberanikan diri menggelar pameran tunggal karena Kudus merupakan tanah kelahiran saya dan ini menjadi salah satu bentuk tanggung jawab saya sebagai pelukis untuk menumbuhkembangkan seni lukis di Kudus," ujarnya.
Jika kendala perupa karena soal tempat atau perizinan, kata dia, dirinya saat ini telah membuka pintu karena kegiatannya ini juga didukung oleh Pemkab Kudus dan tidak dikenakan biaya apapun untuk menggelar pameran di Museum Kretek Kudus.
Dari belasan hasil karya lukisan, katanya, terdapat inovasi baru dalam olah kolase.
"Saya mencoba memanfaatkan bekas-bekas keyboard komputer sebagai elemen ekspresi bahwa di era sekarang ini semua masyarakat terbius oleh media sosial yang semuanya berawal dari keyboard," ujarnya.
Semua orang, katanya, bisa dikenal di seluruh Indonesia maupun dunia berawal dari media sosial.
Lukisan yang dianggap sebagai lukisan utama, yakni perjalanan emas yang berukuran 150x300 sentimeter.
Ia mengatakan lukisan tersebut diselesaikan dalam kurun waktu empat bulan dan menceritakan tentang dirinya yang menginginkan perjalanan hidup yang sangat bermakna.
Farach Chilwa, salah seorang pengunjung mengakui kedatangannya ke Museum Kretek memang dalam rangka melihat pameran lukisan.
"Ini merupakan pengalaman pertama melihat pameran lukisan abstrak," ujarnya.
Meskipun untuk memahaminya membutuhkan pengalaman dan pengetahuan tentang seni lukis, dia mengaku, menyukai beberapa lukisan, seperti lukisan daun tembakau yang membentuk gerbang Kudus serta lukisan berjudul bius #1, bius #2, dan bius #3 karena memanfaatkan keyboard bekas bisa menjadi lukisan unik dan menarik.
Berbeda dengan pengunjung lainnya, Puji Lestari mengakui sangat senang bisa melihat pameran lukisan yang jarang ditemui di Kabupaten Kudus, meskipun dirinya kesulitan memahami arti dari setiap lukisan yang ada.
"Mudah-mudahan, kegiatan seperti ini rutin diselenggarakan agar masyarakat juga semakin familiar dengan seni lukis dan bisa menikmati setiap karya pelukis," ujarnya.
Sebanyak 19 lukisan hasil karya pria kelahiran Kudus itu, dipamerkan di ruang utama Museum Kretek Kudus yang berlangsung mulai 21-25 Juli 2018.
Menurut Pelukis Ar. Soedarto di Kudus, Minggu, pameran lukisan di Kudus ini merupakan yang kedua, setelah 10 tahun yang lalu dirinya juga menggelar pameran di Kudus.
"Pameran secara keseluruhan, di Kabupaten Kudus ini merupakan pameran tunggal yang kesebelas," ujarnya.
Tema "Bius rupa Ar. Soedarto", katanya, untuk membius seniman dan masyarakat Kudus agar segera bangkit karena selama ini tidak pernah ada pameran lukisan.
Ia menganggap ini merupakan momen untuk bangkit dan meningkatkan perkembangan seni lukis di Kudus. Apalagi, lanjut dia, di Kabupaten Kudus banyak pelukis.
Keberaniannya menggelar pameran tunggal, lanjut dia, salah satunya untuk memantik semangat pelukis di Kabupaten Kudus menggelar kegiatan serupa, agar generasi muda di Kudus juga bisa menikmati keindahan dan makna dari setiap lukisan yang dibuat.
"Laku atau tidak, saya tetap memberanikan diri menggelar pameran tunggal karena Kudus merupakan tanah kelahiran saya dan ini menjadi salah satu bentuk tanggung jawab saya sebagai pelukis untuk menumbuhkembangkan seni lukis di Kudus," ujarnya.
Jika kendala perupa karena soal tempat atau perizinan, kata dia, dirinya saat ini telah membuka pintu karena kegiatannya ini juga didukung oleh Pemkab Kudus dan tidak dikenakan biaya apapun untuk menggelar pameran di Museum Kretek Kudus.
Dari belasan hasil karya lukisan, katanya, terdapat inovasi baru dalam olah kolase.
"Saya mencoba memanfaatkan bekas-bekas keyboard komputer sebagai elemen ekspresi bahwa di era sekarang ini semua masyarakat terbius oleh media sosial yang semuanya berawal dari keyboard," ujarnya.
Semua orang, katanya, bisa dikenal di seluruh Indonesia maupun dunia berawal dari media sosial.
Lukisan yang dianggap sebagai lukisan utama, yakni perjalanan emas yang berukuran 150x300 sentimeter.
Ia mengatakan lukisan tersebut diselesaikan dalam kurun waktu empat bulan dan menceritakan tentang dirinya yang menginginkan perjalanan hidup yang sangat bermakna.
Farach Chilwa, salah seorang pengunjung mengakui kedatangannya ke Museum Kretek memang dalam rangka melihat pameran lukisan.
"Ini merupakan pengalaman pertama melihat pameran lukisan abstrak," ujarnya.
Meskipun untuk memahaminya membutuhkan pengalaman dan pengetahuan tentang seni lukis, dia mengaku, menyukai beberapa lukisan, seperti lukisan daun tembakau yang membentuk gerbang Kudus serta lukisan berjudul bius #1, bius #2, dan bius #3 karena memanfaatkan keyboard bekas bisa menjadi lukisan unik dan menarik.
Berbeda dengan pengunjung lainnya, Puji Lestari mengakui sangat senang bisa melihat pameran lukisan yang jarang ditemui di Kabupaten Kudus, meskipun dirinya kesulitan memahami arti dari setiap lukisan yang ada.
"Mudah-mudahan, kegiatan seperti ini rutin diselenggarakan agar masyarakat juga semakin familiar dengan seni lukis dan bisa menikmati setiap karya pelukis," ujarnya.
Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Seni dan Budaya
Lihat Juga
"Kumbokarno Mlebu Swargo" di Festival Lima Gunung, perkuat kearifan warga desa
23 September 2024 11:44 WIB