"Aku bersyukur dikasih kesempatan Tuhan menjadi orang yang berbeda dengan dulu, tetap optimistis dan lebih empati, lebih mensyukuri apa yang aku dapat," kata Agatha di acara Pantene #SiapaBilangGakBisa, Jakarta, Selasa.
Anak sulungnya, Kahlia berusia 8 tahun, anak keduanya Arsa berusia 6 tahun, keduanya mempunyai masalah sensory processing disorder (SPD) sehingga butuh perhatian lebih. SPD adalah kondisi neurologis rumit, di mana otak sulit menerima dan merespon informasi yang diterima oleh sistem syaraf. SPD juga bisa membuat otak salah mengartikan informasi atau hal yang dialami.
Berbagai terapi sudah dijalankan, tapi Agatha tetap tegar menjalaninya.
"Walau perjuangan ini tidak mudah dan tidak memiliki batas waktu, aku pasti terus maju."
Awalnya ia sempat mempertanyakan apa yang salah ketika sedang mengandung, entah itu makanan atau faktor lain, yang membuat buah hatinya memiliki kebutuhan khusus. Pada akhirnya dia berhenti mencari tahu dan memutuskan untuk berdamai dengan diri sendiri.
"Kita tidak bisa membanding-bandingkan diri dengan orang lain karena semua orang punya situasi masing-masing," ujar dia, menekankan yang penting adalah optimistis dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang positif.
Beruntung, orang-orang terdekat senantiasa mendukung. Agatha mengenang apa kata ibunya yang meyakinkan ini adalah rencana Tuhan untuknya, "Mama saya bilang, 'Apa yang kamu dapat sekarang bukan berarti karena karma buruk, bukan karena hal buruk, tetapi karena Tuhan tahu kamu bisa menjalani dan kamu orang tua terbaik bagi cucu mama'", tutur Agatha.(Editor : Alviansyah Pasaribu).