
RMWF 2025 usung "Connections : One Earth, One Love"

Semarang (ANTARA) - Pemerintah Sarawak telah meluncurkan Rainforest World Music Festival (RWMF) ke 28 yang dijadwalkan berlangsung pada 28-30 Juni 2025.
Tema besar yang diangkat tahun ini adalah "Connections : One Earth, One Love", yang mencerminkan tentang berbagi dalam kemanusiaan. Semangat yang membawa RWMF sebagai jembatan antarkebudayaan dalam kebersamaan serta menjaga alam melalui musik. Ada 170 penampil dari 20 negara yang akan mengisi RWMF 2025 yang dipusatkan di Kampung Budaya, Kuching, Sarawak.
Menteri Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Seni Sarawak YB Dato Sri Haji Abdul Karim Hamzah dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Kamis mengatakan, tahun 2024, RWMF berhasil mendatangkan sekitar 26 ribu pengunjung selama ajang musik tiga hari tersebut.
"Tahun ini, kami menargetkan menjadi 30 ribu pengunjung," ujar Abdul Karim Hamzah.
Secara khusus, ada tiga penampil utama yakni Earth, Wind & Fire Experience by Al McKay dari Amerika Serikat yang dikomandoi oleh Al McKay, seorang gitaris peraih Grammy Awards yang akan meramu musik funk, soul dan jazz yang berasal dari bumi, angin dan api.
Lalu Otyken dari Rusia - Siberia, sebuah band tradisional yang menggabungkan nyanyian, musik tradisional dengan alat musik moderen yang menampilkan ciri khas budaya di kawasan Siberia.
Dari Sarawak, ada at Adau yang terbentuk sejak tahun 2014, menampilkan permainan Sape', alat musik tradisional etnis Dayak, yang digabungkan dengan perkusi dari berbagai etnis di Borneo, serta dipadukan dengan musik dunia.
RWMF 2025 juga siap menampilkan musisi dari berbagai negara seperti Gaga Gundul (Perancis dan Indonesia), Kuntaw Mindanao (Filipina), Kulaiwi (Amerika Serikat-Hawaii), La Chiva Gantika (Kolombia - Belgia), Manhu (China).
Kemudian, N’famady Kouyaté (Guinea & Inggris), Paradise Bangkok Molam International Band (Thailand), Rob Ruha (Selandia Baru), Seffarine (Maroko, Kuba, Spanyol, Amerika Serikat dan Iran), Seppuku Pistols (Japan), dan Tal Fry (India).
RWMF 2025 tidak hanya tentang seni dan musik serta budaya, tetapi juga ada upaya untuk menjaga lingkungan berupa penanaman pohon. Setidaknya hingga 2027 ditargetkan ada 10 ribu pohon yang ditanam. Upaya lainnya adalah dengan meniadakan penggunaan botol plastik di kawasan RWMF, bus gratis dari dan ke tempat venue untuk mengurangi emisi karbon. Selain itu, dalam manajemen limbah atau sampah selama kegiatan berlangsung dengan menyiapkan lokasi penampungan sampah yang dapat didaur ulang di dalam kawasan Kampung Budaya Sarawak.
"Jadi, RWMF bukan hanya kegiatan melainkan sebuah gerakan. Gerakan yang menyatukan budaya, merayakan perbedaan, dan menginspirasi masa depan dimana tradisi dan kemajuan berjalan seirama," kata Abdul Karim Hamzah.
Pewarta : Teguh Imam Wibowo
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2025