Perenang putri Nurul Fajar Fitriyati mengaku kecewa pada waktu yang dicatatnya dua menit 19,38 detik yang menempatkannya pada peringkat ketujuh pada babak final nomor 200 meter gaya punggung putri.
"Jelek sih (hasilnya), soalnya tadi menunggu lama jadi 'mood' keburu turun juga," kata Nurul saat ditemui wartawan di Stadion Akuatik, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu malam.
Perenang 22 tahun yang memiliki catatan waktu terbaik dua menit 17 detik untuk nomor 200 meter gaya punggung putri itu bertekad tampil lebih baik pada perlombaan nomor 100 meter gaya punggung putri pada 22 Agustus mendatang.
Sama seperti Nurul, Adinda Larasti Dewi pun mengaku tidak tampil maksimal pada nomor 4x100 gaya bebas putri, bersama tiga temannya Ressa Kania Dewi, Patricia Yosita Hapsari, dan Sagita Putri Krisdewanti.
Pada nomor yang dimenangi oleb Jepang dengan waktu tiga menit 36,52 detik itu tim putri Indonesia berada di peringkat ketujuh dengan catatan waktu tiga menit 51,52 detik.
"Dari awal sudah ketinggalan tetapi kami mencoba mengejar. Memang kurang puas dengan hasilnya, saya juga masih 'nervous'," ujar Adinda.
Nasib baik juga belum berpihak pada perenang putra unggulan Tanah Air, I Gede Siman Sudartawa, yang gagal menyumbang medali pada nomor 100 meter gaya punggung putra.
Karena kurang fokus, Siman tidak melihat bendera lima meter sehingga gagal bersalto dengan mulus.
"Jadi harusnya salto aku hand touch. Ini jadi pengalaman. Lebih fokus lagi soalnya hari ini kurang fokus, soalnya bendera lima meter sampai tidak kelihatan," kata Siman.
Selain kurang fokus, ia mengaku euforia penonton serta harapan besar yang ditumpukan di pundaknya sebagai tuan rumah menjadi tekanan tersendiri.
Tidak dipungkiri lawannya terhitung berat dalam final tersebut, yakni juara dunia renang dari China Xu Jiayu serta atlet Jepang juara Asian Games 2014 Irie Ryosuke yang keduanya menunjukkan persaingan ketat.
Sementara wakil Indonesia pada nomor 1.500 meter gaya bebas putri Ressa Kania Dewi tidak jadi berlomba tanpa diketahui alasannya.