Petani Sumbing pertahankan kemurnian tembakau Temanggung
Minggu, 2 September 2018 9:24 WIB
Petani di lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menjemur tembakau. (Heru Suyitno)
Temanggung (Antaranews Jateng) - Para petani di lereng Gunung Sumbing, di Dusun Lamuk Legok, Desa Legoksari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tetap mempertahankan kemurnian tembakau Temanggung meskipun hasil panen tahun ini mengalami penurunan.
Kepala Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Subakir, di Temanggung, Minggu, mengatakan para petani tidak mau mencampur dengan tembakau dari luar daerah meskipun hasil panennya tidak sampai satu keranjang.
"Para petani memproses hasil panen tembakau secara bersama-sama. Upaya ini sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan kemurnian tembakau asli lereng Gunung Sumbing," katanya.
Ia menuturkan panen tembakau tahun ini turun antara 20 hingga 30 persen dari tahun lalu sehingga untuk mendapatkan tembakau dalam jumlah satu keranjang atau minimal 30 kilogram tembakau rajangan kering, maka beberapa petani bergabung menjadi satu saat memproses tembakau.
Menurut dia pada panen tembakau tahun ini, dalam satu hektare tanaman tembakau diperkirakan hanya menghasilkan 700 kilogram tembakau rajangan kering, sedangkan pada kondisi normal satu hektare tanaman tembakau bisa menghasilkan 1.000 kilogram tembakau rajangan kering.
"Turunnya cukup banyak, penurunan produksi ini karena faktor cuaca yang terjadi selama masa tanam hingga panen raya tahun ini hampir tidak ada hujan," katanya.
Ia menjelaskan dari kisaran lahan seluas 2.500 meter persegi pada petik awal hanya bisa mendapatkan antara 70 kilogram hingga 100 kilogram daun tembakau, padahal untuk satu keranjang tembakau minimal dibutuhkan 200 hingga 250 kilogram daun tembakau basah.
"Oleh karena itu, petani lebih memilih memproses tembakau secara bersama atau berkelompok. Pada petik awal hingga petik ketiga memang hasilnya tidak bisa satu keranjang penuh, jadi beberapa petani bergabung menjadi satu untuk mendapatkan satu keranjang penuh," katanya
Ia mengatakan mayoritas petani di desanya memilih cara seperti ini, dari pada harus menambah daun tembakau basah dari luar daerah yang kualitasnya tidak pasti, yang nantinya akan mempengaruhi kualitas tembakau rajangan kering.
"Kualitas daun tembakau dari luar daerah belum tentu sama, apalagi daun tembakau dari luar Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu petani lebih memilih menyatukan hasil panen mereka dari pada harus menambah daun tembakau dari luar daerah," katanya.
Ia menuturkan dengan langkah tersebut, kemurnian tembakau lokal Desa Legoksari khususnya dan Temanggung pada umumnya akan tetap terjaga. Selain itu harga dari tembakau rajangan kering juga akan lebih baik.
Ia mengatakan dalam pembagian hasil panen tidak mengalami kesulitan, karena pembagian dihitung sesuai dengan jumlah daun tembakau dari setiap petani dalam satu kelompok.
"Tidak ada yang dirugikan, justru dengan pola ini petani diuntungkan karena bisa menghemat biaya produksi," katanya.
Kepala Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Subakir, di Temanggung, Minggu, mengatakan para petani tidak mau mencampur dengan tembakau dari luar daerah meskipun hasil panennya tidak sampai satu keranjang.
"Para petani memproses hasil panen tembakau secara bersama-sama. Upaya ini sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan kemurnian tembakau asli lereng Gunung Sumbing," katanya.
Ia menuturkan panen tembakau tahun ini turun antara 20 hingga 30 persen dari tahun lalu sehingga untuk mendapatkan tembakau dalam jumlah satu keranjang atau minimal 30 kilogram tembakau rajangan kering, maka beberapa petani bergabung menjadi satu saat memproses tembakau.
Menurut dia pada panen tembakau tahun ini, dalam satu hektare tanaman tembakau diperkirakan hanya menghasilkan 700 kilogram tembakau rajangan kering, sedangkan pada kondisi normal satu hektare tanaman tembakau bisa menghasilkan 1.000 kilogram tembakau rajangan kering.
"Turunnya cukup banyak, penurunan produksi ini karena faktor cuaca yang terjadi selama masa tanam hingga panen raya tahun ini hampir tidak ada hujan," katanya.
Ia menjelaskan dari kisaran lahan seluas 2.500 meter persegi pada petik awal hanya bisa mendapatkan antara 70 kilogram hingga 100 kilogram daun tembakau, padahal untuk satu keranjang tembakau minimal dibutuhkan 200 hingga 250 kilogram daun tembakau basah.
"Oleh karena itu, petani lebih memilih memproses tembakau secara bersama atau berkelompok. Pada petik awal hingga petik ketiga memang hasilnya tidak bisa satu keranjang penuh, jadi beberapa petani bergabung menjadi satu untuk mendapatkan satu keranjang penuh," katanya
Ia mengatakan mayoritas petani di desanya memilih cara seperti ini, dari pada harus menambah daun tembakau basah dari luar daerah yang kualitasnya tidak pasti, yang nantinya akan mempengaruhi kualitas tembakau rajangan kering.
"Kualitas daun tembakau dari luar daerah belum tentu sama, apalagi daun tembakau dari luar Kabupaten Temanggung. Oleh karena itu petani lebih memilih menyatukan hasil panen mereka dari pada harus menambah daun tembakau dari luar daerah," katanya.
Ia menuturkan dengan langkah tersebut, kemurnian tembakau lokal Desa Legoksari khususnya dan Temanggung pada umumnya akan tetap terjaga. Selain itu harga dari tembakau rajangan kering juga akan lebih baik.
Ia mengatakan dalam pembagian hasil panen tidak mengalami kesulitan, karena pembagian dihitung sesuai dengan jumlah daun tembakau dari setiap petani dalam satu kelompok.
"Tidak ada yang dirugikan, justru dengan pola ini petani diuntungkan karena bisa menghemat biaya produksi," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mugiyanto
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Terpopuler - Bisnis
Lihat Juga
Hashim Djojohadikusumo pikat pendanaan hijau EUR 1,2 miliar untuk sektor kelistrikan
14 November 2024 21:08 WIB