Jepara (Antaranews Jateng) - Sebanyak 36 anak di Bangsri, Kabupaten Jepara yang tempat tinggal berdekatan dengan PLTU Tanjungjati B Jepara, diduga mengalami serangan Infeksi Saluran Pernapasan Akut, kata Ketua Forum Warga Tanjungjati Bersatu Hadi Priyanto.

"Puluhan anak usia 3-17 tahun yang diduga terserang ISPA tersebut merupakan hasil inventarisasi persoalan yang diduga ditimbulkan oleh dampak PLTU Tanjungjati B terhadap masyarakat Dukuh Margokerto, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri," ujarnya di Jepara, Selasa.

Dari hasil inventarisasi tersebut, kata dia, ditemukan pula data status gizi kurang dari 349 anak di Dukuh Margokerto, sedangkan diagnosa sehat dengan status gizi baik tercatat 110 anak dan status gizi kurang 239 anak.

Ia mengungkapkan data tersebut juga disampaikan kepada Anggota DPRD Jateng Helmy Turmudi serta Wakil Ketua Kadin Bidang Properti, Permukiman dan, Lingkungan Hidup, Latifun, ketika berkunjung ke Desa Bondo, Senin (17/9) malam. 

Alokasi dana lewat program tanggung jawab sosial perusahaan (Coorporate Social Responsibility/CSR) untuk dukuh setempat juga relatif kecil jika dibandingkan dengan besarnya dana CSR yang dimiliki PLTU Tanjungjati B.

Dana CSR, katanya, juga ada yang dialokasikan untuk kegiatan yang dinilai tidak tepat, seperti untuk pembangunan Jalan Mulyoharjo-Bawu dan Musium Kartini.

Padahal, lanjut dia, Dukuh Margokerto termasuk daerah ring satu yang jika musim kemarau diduga terpapar langsung oleh polusi yang ditimbulkan oleh PLTU.

"Harusnya kami mendapatkan perhatian lebih," ujar Hadi Priyanto.

Ketua RT03/RW04 Bambang Sungkoro juga mengakui setiap ada peringatan HUT RI warga memang menginginkan adanya bantuan karena program kegiatannya juga pemberdayaan masyarakat, namun tidak bisa mengakses dana CSR PLTU.

Kusmiyati, salah seorang warga Desa Bondo, mengakui anaknya menderita batuk berkepanjangan.

Bahkan, kata dia, dalam rangka mencegah debu masuk rumah, setiap hari pintu selalu ditutup rapat.

Meskipun demikian, lanjut dia, setiap hari harus menyapu lantai rumah hingga dua kali dan dibersihkan dengan lap pel, warna airnya menjadi kehitaman.

Warga lain yang memiliki lahan, seperti Suhirman, Haryono, Munasir, dan Suntono, mengakui hasil pertanian mereka tidak optimal diduga terdampak polusi debu batubara.

DPRD Provinsi Jateng menyarankan kepada warga setempat untuk melaporkannya kepada ketua DPRD provinsi dengan tembusan Gubernur Jateng.

Warga juga diingatkan untuk tetap menjaga situasi wilayah tetap kondusif dan menjaga kekompakan warga selama menuntut hak-haknya.