ESDM Jateng: Jepara aman untuk dibangun PLTN
Kamis, 11 Oktober 2018 11:16 WIB
ilustrasi. Pemandangan PLTN Cruas, wilayah selatan Prancis. (Foto: ANTARA/REUTERS/Benoit Tessier)
Semarang (Antaranews Jateng) - Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Teguh Dwi Paryono menyebut Kabupaten Jepara aman dibangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) untuk memenuhi kebutuhan energi di masa mendatang yang terus bertambah.
"Jepara dianggap paling aman karena dari hasil kajian, struktur geologinya 'safe', tidak ada kegempaan, tsunami juga tidak dimungkinkan karena pantai utara tidak ada pertemuan lempeng bumi, yang ada (kemungkinan terjadinya tsunami, red) di pantai selatan," katanya di Semarang, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa pemanfaatan nuklir saat ini telah menyasar pada segi perekonomian masyarakat, bahkan radiasi yang dihasilkan oleh energi nuklir sudah digunakan untuk pengembangan varietas benih pertanian.
Selain itu, energi nuklir juga telah dimanfaatkan untuk mencari sumber mata air di suatu daerah, meskipun dengan biaya yang cukup mahal.
"Teknologi itu sudah berjalan tiga tahun terakhir, dan sudah saatnya Jateng memanfaatkan energi nuklir," ujarnya.
Ia mengungkapkan jika rencana pembangunan PLTN di daerah pesisir Kabupaten Jepara itu sudah masuk rencana kerja alternatif pembangkit listrik meskipun mendapat penolakan dari masyarakat.
Menurut dia, warga setempat masih takut dengan isu radiasi dari energi nuklir yang bisa merusak sel tubuh manusia dalam jangka panjang.
"Sosialisasi mengenai energi nuklir memang masih kurang, masyarakat menganggap nuklir itu seperti bom atom yang punya radiasi berbahaya, padahal tidak sebahaya itu karena lat-alat medis modern juga pakai teknogi nuklir untuk rontgen dan radiografi. Nuklir semakin hari semakin aman," katanya.
Teguh menyarankan Pemerintah Pusat untuk serius memilih membangun PLTN pada masa mendatang dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.
"Jepara dianggap paling aman karena dari hasil kajian, struktur geologinya 'safe', tidak ada kegempaan, tsunami juga tidak dimungkinkan karena pantai utara tidak ada pertemuan lempeng bumi, yang ada (kemungkinan terjadinya tsunami, red) di pantai selatan," katanya di Semarang, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa pemanfaatan nuklir saat ini telah menyasar pada segi perekonomian masyarakat, bahkan radiasi yang dihasilkan oleh energi nuklir sudah digunakan untuk pengembangan varietas benih pertanian.
Selain itu, energi nuklir juga telah dimanfaatkan untuk mencari sumber mata air di suatu daerah, meskipun dengan biaya yang cukup mahal.
"Teknologi itu sudah berjalan tiga tahun terakhir, dan sudah saatnya Jateng memanfaatkan energi nuklir," ujarnya.
Ia mengungkapkan jika rencana pembangunan PLTN di daerah pesisir Kabupaten Jepara itu sudah masuk rencana kerja alternatif pembangkit listrik meskipun mendapat penolakan dari masyarakat.
Menurut dia, warga setempat masih takut dengan isu radiasi dari energi nuklir yang bisa merusak sel tubuh manusia dalam jangka panjang.
"Sosialisasi mengenai energi nuklir memang masih kurang, masyarakat menganggap nuklir itu seperti bom atom yang punya radiasi berbahaya, padahal tidak sebahaya itu karena lat-alat medis modern juga pakai teknogi nuklir untuk rontgen dan radiografi. Nuklir semakin hari semakin aman," katanya.
Teguh menyarankan Pemerintah Pusat untuk serius memilih membangun PLTN pada masa mendatang dengan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai.
Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Seorang menteri Israel sebut bom nuklir di Gaza adalah sebuah pilihan
06 November 2023 9:45 WIB, 2023
Kajian : Dunia dalam ancaman risiko penggunaan senjata nuklir level tertinggi
13 June 2022 8:43 WIB, 2022
Harga emas naik setelah Rusia serang pembangkit nuklir terbesar di Eropa
04 March 2022 10:52 WIB, 2022
Australia batalkan pesanan kapal selam Prancis, Dubes: Itu kesalahan besar
19 September 2021 16:37 WIB, 2021