BPCB pugar talud Situs Liyangan
Rabu, 24 Oktober 2018 19:17 WIB
Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah memugar talud di kompleks Situs Liyangan di Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. (Foto: Heru Suyitno)
Temanggung (Antaranews Jateng) - Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah memugar talud di kompleks Situs Liyangan di Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Juru Pugar BPCB Jateng Budiono di Temanggung, Rabu, mengatakan talud yang dipugar berada di antara teras satu dengan teras dua Situs Liyangan.
Sebelum dilakukan pemugaran, tim BPCB mencari dan menyatukan batu di talud yang membujur ke utara tersebut.
Pada 2017 tim BPCB telah berhasil memugar pagar candi induk Situs Liyangan yang membujur ke barat dan memugar trap tangga di bagian talud yang membujur ke utara.
Situs Liyangan ditemukan pada kedalaman 10 hingga 12 meter terpendam material yang diduga akibat letusan Gunung Sindoro. Akibat bencana alam tersebut, kondisi situs peninggalan zaman Mataram Kuno itu tidak utuh lagi, bangunan dari kayu hancur dan sebagian ditemukan berupa arang dan bangunan dari batu sebagian berserakan.
Budiono mengatakan dalam pemugaran ini, tim membongkar talud berupa balok-balok batu sedangkan batu isian di dalamnya tetap dibiarkan.
"Balok-balok batu yang dibongkar itu kemudian dikembalikan lagi bersama balok-balok patah yang masih bisa disambung, sedangkan balok-balok batu yang hancur diganti dengan balok batu baru," katanya.
Ia mengatakan untuk batu isian yang hilang diganti batu andesit yang didatangkan dari sekitar Gunung Merapi, termasuk balok-balok batu baru.
Menurut dia, karena banyak balok batu yang hancur maka dalam pemugaran ini dibutuhkan ratusan balok batu baru agar talud tersebut bisa menjadi utuh lagi.
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Sugeng Riyanto yang tengah melakukan penelitian bersama timnya di Situs Liyangan menuturkan talud yang membatasi teras kedua dan teras ketiga diduga awalnya bukan dari balok-balok batu, tetapi dari batu-batu kali seperti yang ditemukan talud di tempat lain kemudian ditutup balok-balok batu itu setelah terpengaruh agama Hindu.
"Batu-batu kali yang merupakan bangunan asli ini sebagai bagian dari formasi budaya punden berundak yang membatasi teras kedua dan teras ketiga," katanya.
Juru Pugar BPCB Jateng Budiono di Temanggung, Rabu, mengatakan talud yang dipugar berada di antara teras satu dengan teras dua Situs Liyangan.
Sebelum dilakukan pemugaran, tim BPCB mencari dan menyatukan batu di talud yang membujur ke utara tersebut.
Pada 2017 tim BPCB telah berhasil memugar pagar candi induk Situs Liyangan yang membujur ke barat dan memugar trap tangga di bagian talud yang membujur ke utara.
Situs Liyangan ditemukan pada kedalaman 10 hingga 12 meter terpendam material yang diduga akibat letusan Gunung Sindoro. Akibat bencana alam tersebut, kondisi situs peninggalan zaman Mataram Kuno itu tidak utuh lagi, bangunan dari kayu hancur dan sebagian ditemukan berupa arang dan bangunan dari batu sebagian berserakan.
Budiono mengatakan dalam pemugaran ini, tim membongkar talud berupa balok-balok batu sedangkan batu isian di dalamnya tetap dibiarkan.
"Balok-balok batu yang dibongkar itu kemudian dikembalikan lagi bersama balok-balok patah yang masih bisa disambung, sedangkan balok-balok batu yang hancur diganti dengan balok batu baru," katanya.
Ia mengatakan untuk batu isian yang hilang diganti batu andesit yang didatangkan dari sekitar Gunung Merapi, termasuk balok-balok batu baru.
Menurut dia, karena banyak balok batu yang hancur maka dalam pemugaran ini dibutuhkan ratusan balok batu baru agar talud tersebut bisa menjadi utuh lagi.
Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Sugeng Riyanto yang tengah melakukan penelitian bersama timnya di Situs Liyangan menuturkan talud yang membatasi teras kedua dan teras ketiga diduga awalnya bukan dari balok-balok batu, tetapi dari batu-batu kali seperti yang ditemukan talud di tempat lain kemudian ditutup balok-balok batu itu setelah terpengaruh agama Hindu.
"Batu-batu kali yang merupakan bangunan asli ini sebagai bagian dari formasi budaya punden berundak yang membatasi teras kedua dan teras ketiga," katanya.
Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Semen Gresik bangun tebing sungai Rp175 juta di Desa Pasucen Rembang
06 October 2022 17:48 WIB, 2022
Talud Kantor Camat Watumalang Wonosobo longsor, dua orang meninggal
17 February 2021 20:18 WIB, 2021