Kudus (ANTARA) - Peternak ayam di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mulai tertarik beternak ayam Kampung Unggulan Balitbangtan (KUB) karena memiliki beberapa keunggulan mulai dari masa panen dan masa bertelur yang lebih cepat dibandingkan ayam kampung biasa.

"Keunggulan lainnya, ayam jenis KUB lebih tahan terhadap penyakit sehingga pantas dicoba untuk meningkatkan usaha ternak," kata salah seorang peternak ayam dari Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Muhammad Sofyan Hadi di Kudus, Kamis.

Sebelumnya, Sofyan mengaku memang memelihara ayam kampung, namun masa panenya terlalu lama kareha menunggu usia enam bulan, sedangkan ayam KUB bisa dipanen lebih cepat karena dalam waktu 90 hari atau tiga bulan dengan bobot berkisar 1,4 kilogram hingga 1,6 kilogram per ekornya.

Menurut dia, prospek KUB di pasaran cukup bagus karena masyarakat sekarang mulai menghindari ayam broiler atau pedaging.

Informasi awal terkait ayam KUB, katanya, diperoleh dari internet, kemudian mencoba mencari informasi untuk mendapatkan bibit (day old chicken/DOC) ayam KUB.

"Saya mendapatkan informasi yang memproduksi DOC ayam KUB di Jateng merupakan BPTP Jateng. Tetapi, pada pertengahan tahun lalu belum melayani masyarakat umum, masih melayani program dari pemerintah pusat untuk wilayah Jawa Barat," ujarnya.

Namun, kata dia, berkat usahanya akhirnya mendapatkan kesempatan memperoleh DOC ayam KUB dari BPTP Jawa Tengah di Ungaran sebanyak 350 ekor.

Sofyan menambahkan berdasarkan penjelasan dari penanggungjawab kandang BPTP Jateng, ayam KUB banyak keunggulan.

Misalnya, bisa dipanen 90 hari atau tiga bulan apabila ingin dijual daging sehingga lebih cepat dibandingkan dengan ayam kampung rumahan biasa yang baru dapat dipanen pada umur minimal enam bulan.

Sementara berat badan saat dipanen berkisar 1,4-1,6 kg dan masa bertelur lebih cepat dibandingkan ayam kampung biasa, sedangkan produktivitas telurnya berkisar 140-160 butir per ekor per tahun atau dua kali lipat ayam biasa.

"Bagi peternak kecil, daya tahan terhadap penyakit serta pakan murah sangat dipertimbangkan," ujarnya.

Untuk harga jual di pasaran per kilogram bobot hidup berkisar mencapai Rp40 ribu, sedangkan penjualan sekarang mencapai Rp50 ribu sehingga keuntungan bersih yang diterima per ekor bisa mencapai Rp17.000 sehingga dengan memelihara 100 ekor saja bisa menghasilkan Rp1,7 juta.

Melihat potensi tersebut, dia berencana membuat DOC ayam KUB sendiri dari sebagian 200 ekor yang dipeliharanya sendiri.

Apabila usahanya berhasil, maka warga sekitar bisa ikut memelihara tanpa harus membeli DOC ke Semarang.